Senin, 05 Mei 2025

Panca Wahya Tusti

Panca Wahya Tusti: Lima Kesenangan Duniawi yang Mengikat Jiwa

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Om Awignam Astu Namo Siddham
Semoga tiada halangan dan semua usaha mencapai keberhasilan.

Dalam ajaran etika Hindu, dikenal istilah Panca Wahya Tusti, yakni lima bentuk kesenangan atau kenikmatan duniawi yang sering kali menjadi penghalang utama bagi kemajuan spiritual manusia. Meskipun kelima hal ini adalah bagian dari pengalaman hidup manusia, jika tidak dikendalikan, mereka dapat memperkuat keterikatan, memperdalam ego, dan menjauhkan manusia dari dharma dan moksha.


---

Makna dan Penjabaran Panca Wahya Tusti

Bahasa Bali:

1. ARYANA
Oneng ring ngeruruh artha brana tanpa wiweka sane becik
(Senang mencari kekayaan tanpa pertimbangan baik-buruk.)


2. RAKSANA
Oneng ngeraksa artha brana antuk sakancan naya-upaya
(Senang menjaga kekayaan dengan segala cara dan upaya.)


3. KSAYA
Oneng yening ngakehang, Takut yening kailangan Artha brana
(Senang jika hartanya bertambah, takut jika berkurang.)


4. SANGGA
Oneng ring sanggama
(Senang bersenggama atau mengejar kenikmatan seksual.)


5. HIMSA
Oneng ring amati-mati
(Senang menyakiti, membunuh, atau merugikan makhluk lain.)




---

Bahasa Indonesia:

1. Aryana – Kesenangan dalam mencari harta tanpa mempertimbangkan moral atau dharma.


2. Raksana – Kesenangan dalam mempertahankan kekayaan dengan segala cara, meskipun merugikan orang lain.


3. Ksaya – Perasaan senang bila kekayaan bertambah dan takut bila kehilangan, menciptakan kecemasan batin.


4. Sangga – Kesenangan dalam hubungan seksual yang berlebihan tanpa kesucian tujuan.


5. Himsa – Kesenangan dalam menyakiti, membunuh, atau melukai makhluk hidup, baik fisik maupun batin.




---

Sloka Sansekerta Penegas:

> संसारस्य बन्धनानि कामक्रोधलोभमोहाः।
saṁsārasya bandhanāni kāma-krodha-lobha-mohāḥ

Transliterasi:
Keinginan, kemarahan, keserakahan, dan kebingungan adalah belenggu kehidupan duniawi.

Makna:
Keempat emosi dan nafsu tersebut memperkuat saṁsāra (lingkaran kelahiran dan kematian), serta menjauhkan jiwa dari kebebasan spiritual (moksha).



Kelima unsur Panca Wahya Tusti sangat berkaitan dengan sloka ini. Mereka adalah wujud dari keterikatan batin terhadap kenikmatan duniawi, yang menjauhkan manusia dari kedamaian sejati dan kebebasan spiritual.


---

Pesan Spiritual: Mengendalikan, Bukan Menolak

Ajaran Hindu tidak mengajarkan penolakan mutlak terhadap dunia, melainkan pengendalian dan penempatan segala sesuatu pada tempatnya secara dharmika. Kekayaan, seksualitas, dan bahkan kekuatan bisa menjadi positif jika diarahkan dengan benar dan digunakan untuk dharma.

Namun, bila dikendalikan oleh Panca Wahya Tusti, manusia akan terperangkap dalam siklus keinginan tanpa akhir. Oleh karena itu, para yogi dan pandita mengajarkan:

> "यदा सत्त्वे प्रवृद्धे तु प्रलयं याति देहभृत्।"
yadā sattve pravṛddhe tu pralayaṁ yāti dehabhṛt

Ketika kualitas sattva (kesucian) meningkat dalam diri seseorang, maka saat kematian ia mencapai pembebasan.
(Bhagavad Gītā 14.14)




---

Penutup

Panca Wahya Tusti adalah cermin batin manusia—refleksi dari nafsu duniawi yang, jika tak dikendalikan, dapat memperkeruh jalan spiritual. Namun dengan kekuatan śraddhā (iman), viveka (kebijaksanaan), dan tapas (pengendalian diri), manusia bisa melampaui keterikatan tersebut dan kembali pada jati diri sejatinya sebagai atma yang suci.

Om Kṣamasvāmam
Mohon maaf atas segala kekurangan.
Om Śānti, Śānti, Śānti Om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar