"Bangsa yang Rendah dalam Literasi akan Selalu Rendah dalam Peradaban: Telaah Filosofis Hindu tentang Pentingnya Jñāna (Pengetahuan) dalam Pembangunan Peradaban"
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Abstrak:
Artikel ini menelaah hubungan antara rendahnya tingkat literasi suatu bangsa dengan keterbelakangan peradabannya dalam perspektif filsafat Hindu. Melalui telaah teks-teks suci Hindu, terutama kitab Veda dan Upanishad, ditemukan bahwa pengetahuan (jñāna) merupakan fondasi utama bagi kemajuan spiritual dan sosial. Literasi bukan hanya kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup pemahaman mendalam tentang nilai-nilai dharma. Rendahnya literasi menyebabkan hilangnya kesadaran kritis, ketergantungan pada opini tanpa penalaran, dan kerapuhan budaya. Dengan demikian, peningkatan literasi adalah prasyarat mutlak untuk kemajuan peradaban.
---
Pendahuluan:
Peradaban manusia tidak lahir dari kekuatan fisik semata, melainkan dibentuk oleh kekuatan pengetahuan yang terlembagakan dalam bentuk tulisan, kitab, dan pemahaman budaya. Bangsa yang gagal menanamkan budaya literasi pada generasinya akan menghadapi stagnasi intelektual dan kehancuran nilai. Dalam konteks Hindu, literasi dikaitkan erat dengan jñāna, yang merupakan jalan menuju mokṣa (pembebasan). Oleh karena itu, tulisan ini mengkaji sloka-sloka Hindu yang menekankan pentingnya literasi sebagai pondasi peradaban.
---
Telaah Sloka Hindu:
1. Sloka dari Chandogya Upanishad VII.1.2
Sanskerta:
sa vā eṣa mahān aja ātmā vijñānamayo manomayaḥ saṅkalpamayaḥ cintāmayaḥ kratumayaḥ jñānamayaḥ vijñānamayaḥ
Transliterasi:
sa vā eṣa mahān aja ātmā vijñānamayo manomayaḥ saṅkalpamayaḥ cintāmayaḥ kratumayaḥ jñānamayaḥ vijñānamayaḥ
Makna:
"Sungguh, diri yang agung dan tidak lahir itu tersusun dari pengetahuan, pikiran, kehendak, perenungan, tekad, dan kebijaksanaan."
Penafsiran:
Sloka ini menekankan bahwa struktur dasar dari eksistensi manusia adalah pengetahuan. Dalam konteks ini, literasi adalah wahana aktualisasi dari jñāna dan vijñāna, yang membawa manusia dari ketidaktahuan menuju cahaya peradaban.
---
2. Sloka dari Manusmṛti II.213
Sanskerta:
vidyā nāsti vinā śraddhā śraddhā nāsti vinā gurum
Transliterasi:
vidyā nāsti vinā śraddhā śraddhā nāsti vinā gurum
Makna:
"Tak ada pengetahuan tanpa kepercayaan, dan tak ada kepercayaan tanpa seorang guru."
Penafsiran:
Literasi bukan hanya hasil kemampuan mandiri, tetapi dibentuk melalui sistem pendidikan dan guru. Bangsa yang tidak menghargai pendidikan dan guru akan kehilangan kemampuan membangun nilai peradaban.
---
3. Sloka dari Rig Veda X.71.4
Sanskerta:
yad vāci mithyāṁ vadanti manīṣiṇo niyatāḥ kathāḥ
Transliterasi:
yad vāci mithyāṁ vadanti manīṣiṇo niyatāḥ kathāḥ
Makna:
"Ketika kata-kata digunakan secara salah, para bijak memperingatkan tentang keburukan yang akan datang."
Penafsiran:
Penyalahgunaan literasi—baik dengan hoaks, kebodohan, atau propaganda—dapat menghancurkan tatanan peradaban. Maka dari itu, kemampuan literasi harus diiringi dengan integritas dan kebijaksanaan.
---
Pembahasan:
Literasi memiliki dimensi lebih dalam dalam Hindu. Ia bukan hanya kemampuan membaca-tulis, melainkan bentuk kesadaran akan realitas, simbol, dan nilai dharma. Ketika literasi rendah, bangsa kehilangan kemampuan mentransmisikan pengetahuan suci, sejarah, dan etika, yang menyebabkan kemunduran budaya dan spiritual. Peradaban hanya dapat tumbuh ketika masyarakatnya aktif membaca, menganalisis, dan menulis dengan dasar kebenaran.
---
Penutup:
Bangsa yang rendah dalam literasi akan selalu berada dalam bayang-bayang bangsa lain yang lebih tercerahkan. Sloka-sloka Hindu membimbing kita untuk menghargai jñāna sebagai kekuatan utama pembangunan peradaban. Oleh karena itu, peningkatan literasi bukan hanya tugas negara, tetapi menjadi bagian dari dharma pribadi dan kolektif seluruh umat manusia.
---
Daftar Pustaka:
Chandogya Upanishad
Manusmṛti
Ṛg Veda Samhita
Swami Sivananda, Essence of Vedanta
Kapur, G. L. (1994). Hindu Ethics and Education
Tidak ada komentar:
Posting Komentar