Simbolisme Prosesi Pengelisan, Pengresikan, dan Sosolan Tiga Jenis Satwa dalam Upacara Dewa Yadnya: Telaah Filosofis terhadap Pembersihan Pikiran, Ucapan, dan Perbuatan dalam Perspektif Sloka Hindu
Oleh:
I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Abstrak
Dalam pelaksanaan upacara Dewa Yadnya, masyarakat Hindu Bali memiliki tradisi simbolik berupa pengelisan, pengresikan, dan sosolan yang menggunakan tiga jenis satwa yaitu bebek, ayam, dan babi. Ketiganya tidak semata-mata dilihat dari nilai material, tetapi mengandung makna simbolis pembersihan pikiran, ucapan, dan perbuatan. Artikel ini mengkaji nilai spiritual dan filosofis dari prosesi tersebut dengan dasar kutipan sloka Hindu dari Veda dan Smrti sebagai fondasi ajaran pembersihan diri.
Pendahuluan
Dalam ajaran Hindu, pembersihan lahir dan batin (śuddhi) merupakan syarat mutlak sebelum melakukan upacara suci. Salah satu bentuk praktik pembersihan simbolis dalam upacara di Bali adalah penggunaan sosolan bebek pada gidat dan bibir, sosolan siap pada tangan, serta sosolan kucit pada kaki. Proses ini dikenal sebagai pengelisan dan pengresikan, yang menandakan kesiapan lahir-batin manusia sebagai medium yadnya.
Makna Simbolis Prosesi
1. Sosolan Bebek di Gidat dan Bibir
Makna simbolis: Menghilangkan mala pikiran dan ucapan
- Bebek dikenal sebagai hewan yang berhati-hati dan hanya berjalan di jalur yang aman.
- Gidat (dahi) adalah pusat pikiran, dan bibir sebagai organ ucapan.
- Pembersihan dengan bebek berarti menuntun pikiran dan ucapan ke arah kebenaran (satya).
Sloka Hindu:
Sanskerta:
manasā karmaṇā vācā nityam dharmaṁ samācaret
Makna:
"Dengan pikiran, perbuatan, dan ucapan hendaknya seseorang senantiasa menjalankan dharma."
2. Sosolan Ayam (Siap) pada Kedua Telapak Tangan
Makna simbolis: Menghilangkan kekotoran tangan (perbuatan buruk)
- Ayam adalah hewan yang aktif dan rajin, melambangkan semangat dalam bekerja dan bertindak benar.
- Tangan adalah simbol perbuatan (kriya karma).
- Menyucikan tangan dengan ayam adalah upaya membersihkan tindakan dari unsur kekerasan, kemalasan, dan keangkuhan.
Sloka Hindu:
Sanskerta:
kāyena vācā manasendriyairvā buddhyātmanā vā prakṛteḥ svabhāvāt
Makna:
"Dengan tubuh, ucapan, pikiran, indra, atau bahkan oleh kebiasaan alamiah—jika seseorang berbuat, biarlah itu untuk persembahan kepada Tuhan."
3. Sosolan Babi (Kucit) pada Kedua Kaki
Makna simbolis: Menghilangkan kekotoran kaki (arah tujuan kehidupan)
- Babi sebagai hewan yang mencari makanan di tanah melambangkan pembersihan dari sifat rendah dan keinginan duniawi yang membelenggu arah hidup manusia.
- Kaki sebagai simbol arah perjalanan hidup (dharma mārga).
- Pembersihan ini bermakna agar setiap langkah di jalan kehidupan menuju ke arah yang benar.
Sloka Hindu:
Sanskerta:
adharmaṁ dharmato dṛṣṭvā dharmaṁ ca adharmataḥ punaḥ
Makna:
"Melihat adharma sebagai dharma dan dharma sebagai adharma, orang seperti itu berjalan di jalan gelap, jauh dari kebenaran."
Pembahasan
Prosesi simbolik ini adalah wujud nyata dari ajaran tri kaya parisudha (pikiran, ucapan, dan perbuatan yang suci). Dalam setiap tahapnya, umat diajak untuk menyadari bahwa yadnya bukan hanya ritual lahiriah, tetapi juga laku batin yang mengharuskan kemurnian total. Tiga hewan yang digunakan bukan sekadar sesajen, tetapi sarana refleksi spiritual.
Penutup
Simbolisme pengelisan, pengresikan, dan sosolan menunjukkan keagungan filosofi Hindu dalam membumikan ajaran kesucian melalui praktik yang membentuk kesadaran. Dengan membersihkan pikiran, ucapan, dan perbuatan, umat Hindu mempersiapkan dirinya sebagai persembahan tulus kepada Tuhan. Sloka-sloka Weda menjadi dasar spiritual dari proses ini, menjadikan ritual bukan sekadar budaya, tetapi jalan menuju moksha.
Daftar Pustaka:
- Manusmṛti
- Bhagavad Gītā
- Taittirīya Upaniṣad
- Lontar Yadnya Prakerti
- Titib, I Made. Veda dan Upacara Hindu di Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar