POHON AREN: HARTA KARUN TERSEMBUNYI DALAM TRANSISI ENERGI NASIONAL
Studi Potensial Bioetanol, Ketahanan Energi, dan Relevansi Dharma Alam Semesta
CEO Pertamina New and Renewable Energy (PNRE)
Abstrak
Pohon aren (Arenga pinnata) selama ini dianggap tanaman pinggiran, namun memiliki potensi besar sebagai sumber bahan bakar alternatif berbasis bioetanol. Artikel ini mengeksplorasi nilai strategis pohon aren dalam mendukung ketahanan energi nasional, pemberdayaan masyarakat, dan pembangunan berkelanjutan. Dibingkai dalam pandangan Hindu yang memuliakan alam sebagai perwujudan energi suci (śakti), pohon aren layak dijuluki sebagai “harta karun tersembunyi” yang mendukung laku dharma dalam menjaga kehidupan dan harmoni.
---
Pendahuluan
Pohon aren adalah tanaman multifungsi yang tersebar luas di berbagai daerah Indonesia. Selain menghasilkan gula aren, ijuk, dan buah kolang-kaling, kini ditemukan potensi luar biasa sebagai penghasil bioetanol—bahan bakar nabati yang dapat menggantikan energi fosil. Dalam konteks krisis iklim dan ketergantungan pada energi impor, pengembangan bioetanol dari aren adalah jawaban strategis.
---
Mengapa Pohon Aren Disebut “Harta Karun”?
CEO Pertamina New and Renewable Energy (PNRE), John Anis, mengemukakan bahwa:
Indonesia membutuhkan sekitar 40 juta liter bioetanol.
Dengan memanfaatkan 1 juta hektare pohon aren, dapat dihasilkan 24 juta liter bioetanol.
Indonesia memiliki 2 juta hektare lahan potensial, yang berarti bisa mendekati atau bahkan melampaui kebutuhan nasional bioetanol.
Ini menjadikan pohon aren sebagai “harta karun” energi terbarukan yang tersembunyi di balik lanskap pertanian tradisional.
---
Manfaat Strategis Pohon Aren
1. Ketahanan Energi Nasional
Mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar fosil sejalan dengan prinsip swadeshi (kemandirian) dalam ajaran Hindu.
2. Pembangunan Berkelanjutan
Pohon aren dapat ditanam tanpa merusak hutan, sejalan dengan prinsip ṛta (keteraturan alam) dan bhūta yajña (penghormatan terhadap unsur alam).
3. Pemberdayaan Masyarakat
Petani aren akan mendapatkan nilai ekonomi yang lebih tinggi, membuka lapangan kerja, dan membangun desa berbasis energi terbarukan.
---
Perspektif Hindu: Alam sebagai Dharma
Dalam Weda dan Upanishad, alam bukan hanya sumber daya, tetapi praṇava śakti (energi kosmik) yang suci. Pemanfaatan aren harus dilakukan dengan dharma, bukan eksploitasi.
> सर्वं खल्विदं ब्रह्म
Sarvaṁ khalvidaṁ brahma
(Chāndogya Upaniṣad 3.14.1)
Artinya: “Segala sesuatu ini sesungguhnya adalah Brahman.”
(Makna: Tanaman, air, tanah, dan energi — semuanya manifestasi Brahman. Maka pemanfaatannya adalah bagian dari dharma, bukan sekadar produksi.)
---
Sloka Hindu Relevan
> पृथिव्यां त्रिणि रत्नानि जलं अन्नं सुभाषितम्।
मूर्खाः पाषाणखण्डेषु रत्नसंज्ञां प्रयोजयन्ति॥
Pṛthivyāṁ triṇi ratnāni jalaṁ annaṁ subhāṣitam,
mūrkhāḥ pāṣāṇa-khaṇḍeṣu ratna-saṁjñāṁ prayojayanti.
Artinya: “Di bumi ini ada tiga permata sejati: air, pangan, dan kata bijak. Namun orang bodoh menyebut batu permata sebagai harta sejati.”
— Chanakya Nīti Śāstra
Makna: Aren menghasilkan air nira (sumber pangan dan energi), menjadikannya permata sejati bumi. Bioetanol dari aren jauh lebih berharga daripada batu permata yang hanya menyilaukan, bukan menyelamatkan bumi.
---
Kesimpulan
Pohon aren bukan sekadar tanaman lokal, melainkan pilar transisi energi nasional. Dengan nilai ekonomi, ekologi, dan spiritual yang tinggi, aren layak menjadi ikon baru energi hijau Indonesia. Dalam terang ajaran Hindu, memuliakan alam bukan hanya etika, tetapi laku spiritual. Maka, menjadikan pohon aren sebagai basis energi adalah realisasi dharma dalam era modern.
---
Rekomendasi Kebijakan
1. Revitalisasi lahan aren sebagai proyek strategis nasional.
2. Insentif dan pelatihan bagi petani dan pengusaha lokal.
3. Kolaborasi PNRE dengan lembaga keagamaan dan adat untuk edukasi ekologis berbasis dharma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar