Caru Sander Kilap: Harmoni Penebus Kilap di Karang Umah
Dalam tradisi Bali yang sarat nilai magis dan simbolik, dikenal satu bentuk caru penetral energi yang sangat penting: Caru Sander Kilap. Upakara ini merupakan bentuk penyucian karang umah (lahan pekarangan) yang kasambering kilap—yakni tertimpa kilat/glap sebagai penanda adanya gangguan tak kasat mata atau disharmoni di alam.
Makna Sander Kilap
Kata sander berarti ‘terkena/timpa’ dan kilap bermakna ‘kilat atau glap’. Jika suatu tempat, entah itu carik, tegal, atau karang, tertimpa kilat secara tidak wajar, masyarakat Bali memandangnya sebagai bentuk indikasi kelainan tatanan energi alam. Maka perlu dilakukan ritual caru sander kilap untuk memulihkan keharmonisan antara Bhuana Agung (alam luar) dan Bhuana Alit (diri manusia).
Jenis Sarana Caru Sander Kilap
Tergantung berat ring pengaruh gangguan (sederhana hingga kompleks), ada beberapa tingkatan sarana:
-
Caru Eka Sata – seekor ayam brumbun sebagai korban suci, disertai:
- Beras sakulak
- Pirak (perak) limang likur kepeng
- Nyuh sabungkul
- Gedar sabha (daun-daunan)
- Tutukon raga jinah (uang logam disusun)
- Pangsang: sanggah pras panyeneng
- Sesayut sasantun, simbol permohonan kepada bhuta kala
- Iwak pinanggang (ikan panggang)
-
Mantra Penglukatan:
Pukulun sira Hyang Kala Bhuja Sakti, aja sira migrahana manusanira...
Merupakan permohonan kepada kekuatan kala agar tidak mencelakai penghuni rumah dan menerima persembahan sebagai tebusan. -
Upakara Pelengkap: Bila terjadi sampai menimpa jiwa (misalnya seseorang tersambar kilat di tegalan), wajib dilengkapi dengan:
- Caru Panca Sanak (5 jenis ayam korban)
- Caru Rsi Ghana dipuput oleh sulinggih atau pandita
- Upacara Ngadegang Padma, pelinggih Hyang Indra Balaka di tempat tertimpa
Tujuan Caru
- Menetralkan energi glap (negatif)
- Memulihkan keseimbangan antara bhuta kala dan manusia
- Melindungi penghuni dari sakit, rejeki macet, atau konflik
- Membersihkan rumah dari cacad niskala (umah puun katunuan)
Tanda-Tanda Rumah Tertimpa Glap
- Pohon rubuh tanpa sebab wajar
- Rumah sering kena petir
- Penghuni sakit-sakitan
- Suasana mencekam, sering mimpi buruk
- Binatang peliharaan gelisah
Jika tanda-tanda itu hadir, maka perlu dilakukan caru seperti dalam teks pustaka berikut:
“Yen sampun kacarunia, lakar laad puwun tan dados malih angge paumahan cacad, genah balene puun punika tandurin jagung 3 sasih.”
(Artinya: Jika telah dilaksanakan caru, maka tidak boleh lagi digunakan sebagai tempat tinggal cacad, tanami dengan jagung selama tiga bulan.)
Harmoni Menurut Sloka Hindu
“Saṃgacchadhvaṃ saṃvadadhvaṃ saṃ vo manāṃsi jānatām”
(Ṛgveda X.191.2)
Transliterasi: Bersatulah kamu dalam hati, dalam ucapan, dan dalam pikiran.
Makna: Ritual caru adalah bentuk konkret menyatukan pikiran, kata, dan perbuatan umat Hindu dalam menjaga kesucian tempat tinggal.
Penutup
Caru sander kilap bukan sekadar tradisi, melainkan upaya spiritual menjaga keseimbangan jagat. Dalam konsep Tri Hita Karana, keharmonisan dengan alam adalah pondasi utama kelangsungan hidup di Bali. Maka, melalui tetandingan banten dan bimbingan rohani para sulinggih, setiap rumah layak untuk kembali "suung" — suci dan tenteram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar