Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
---
Abstrak
Artikel ini membahas langkah konkret penanganan banjir di kawasan Teguan–Pengembungan melalui kolaborasi antara warga, dinas pemadam kebakaran, dan perangkat desa dengan pendekatan ekososial berbasis nilai Hindu. Pemasangan sekat besi atau saringan sampah pada gorong-gorong merupakan simbol upaya kolektif menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Dalam etika Hindu, tindakan ini selaras dengan ajaran ṛta (keteraturan kosmis) dan ahiṁsā (tidak merusak). Penekanan diberikan pada pentingnya perubahan perilaku masyarakat sebagai solusi jangka panjang.
---
Pendahuluan
Banjir lokal yang sering terjadi di pertigaan Banjar Teguan–Pengembungan menimbulkan kerugian material, gangguan aktivitas, serta ancaman kesehatan bagi masyarakat. Salah satu penyebab utamanya adalah tersumbatnya gorong-gorong oleh sampah domestik. Menanggapi hal tersebut, aparat desa bersama Dinas Pemadam Kebakaran melakukan:
Pemetaaan titik rawan banjir
Pembersihan saluran tersumbat
Pemasangan saringan besi (sekat sampah) di gorong-gorong
Lokasi prioritas dimulai dari Banjar Tanggayuda, Kedewatan, dan Pengembungan.
Namun upaya teknis ini tidak akan efektif tanpa kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan. Oleh karena itu, pembentukan kebiasaan baru dan edukasi berkelanjutan menjadi inti dalam upaya ini.
---
Landasan Etika Hindu dalam Pelestarian Lingkungan
1. Konsep Ṛta (Keteraturan Alam)
Ṛta adalah prinsip keteraturan universal yang menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Gangguan terhadap ṛta akibat ulah manusia—seperti membuang sampah sembarangan—dapat mengundang bencana.
Sloka Ṛgveda I.22.18
Sanskerta:
ṛtena ṛtam apihitaṁ dhruvaṁ viśvam pratiṣṭhitam
Makna:
Dengan hukum keteraturan (ṛta), seluruh ciptaan semesta berdiri tegak dan tertata.
Relevansi:
Jika masyarakat menghormati keteraturan alam, maka banjir dapat dicegah melalui perilaku sadar lingkungan.
---
2. Ajaran Ahiṁsā (Tidak Merusak)
Membuang sampah ke gorong-gorong adalah tindakan merusak (hiṁsā) terhadap alam dan sesama.
Sloka Mahābhārata Anuśāsana Parva 115.1
Sanskerta:
ahiṁsā paramo dharmaḥ
Makna:
Tidak menyakiti adalah dharma tertinggi.
Relevansi:
Tindakan kecil seperti menjaga kebersihan saluran air adalah bentuk ahiṁsā, karena mencegah penderitaan akibat banjir.
---
3. Karma Phala (Hukum Sebab-Akibat)
Perilaku abai terhadap lingkungan akan mendatangkan akibat buruk, sesuai prinsip karma phala.
Sloka Bhagavad Gītā IV.17
Sanskerta:
gahanā karmaṇo gatiḥ
Makna:
Misterius dan dalamlah jalan akibat dari setiap perbuatan.
Relevansi:
Banjir tidak terjadi tiba-tiba. Ia adalah akibat dari akumulasi perbuatan salah—baik disengaja atau tidak—yang dilakukan manusia terhadap lingkungannya.
---
Pemasangan Sekat Sampah: Simbol Kesadaran dan Kolaborasi
Sekat sampah bukan hanya benda logam yang menghalangi sampah masuk gorong-gorong. Ia adalah simbol satya kriyā—kebenaran dalam tindakan. Dari Tanggayuda hingga Pengembungan, inisiatif ini menyatukan:
Pemerintah desa
Dinas teknis (Damkar)
Kesadaran dan partisipasi masyarakat
Sloka Ṛgveda X.191.2
Sanskerta:
samānī prapā sāhavoṣānaḥ samānam astu vo manaḥ
Makna:
Minumlah dari sumber yang sama, bersatulah dalam tekad dan pikiran.
Relevansi:
Kebersamaan dalam tindakan adalah kunci keberhasilan menjaga lingkungan dari banjir.
---
Edukasi Berbasis Kearifan Lokal: Dari Kebiasaan Lama ke Kebiasaan Dharma
Mengubah kebiasaan membuang sampah ke gorong-gorong bukan hal mudah. Tapi kebiasaan yang benar harus dibiasakan, bukan kebiasaan yang dibenarkan.
Sloka dari Manusmṛti IV.138
Sanskerta:
śaucāc ca niyatāh āhāraḥ śraddhadhānam tapo damaḥ
Makna:
Kebersihan, pola hidup teratur, keyakinan, pengendalian diri, dan disiplin adalah wujud tapa yang utama.
Relevansi:
Mengajak warga Bongkasa membiasakan hidup bersih dan disiplin membuang sampah adalah wujud tapa desa menuju harmoni.
---
Penutup
Penanggulangan banjir tidak cukup dengan kerja teknis semata. Ia menuntut perubahan sikap, moral, dan partisipasi warga. Pemasangan sekat sampah menjadi ikon tindakan dharmis. Tapi menjaga efektivitasnya butuh satu hal: kesadaran kolektif untuk tidak lagi membuang sampah sembarangan.
Sloka Penutup – Atharva Veda XIX.9.1
Sanskerta:
bhadraṁ paśyema akṣabhiryajatrāḥ
Makna:
Semoga kita senantiasa melihat kebaikan dengan mata kita yang suci.
---
Rahayu...
Shantiḥ, Shantiḥ, Shantiḥ…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar