"Sammā Vācā: Jalan Ucapan Benar sebagai Laku Kesucian Lahir dan Batin dalam Perspektif Etika Hindu"
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Abstrak:
Ucapan adalah manifestasi niat, pikiran, dan kesadaran yang menjadi tolok ukur kematangan spiritual seseorang. Dalam ajaran Aṣṭāṅga Mārga (Jalan Mulia Berunsur Delapan), ucapan benar atau Sammā Vācā merupakan salah satu unsur utama. Artikel ini membahas dimensi filosofis dan etis dari ucapan benar menurut Hindu Dharma, mengulas larangan berbohong (musāvādā), memfitnah (piśunāvācā), berkata kasar (pharuṣāvācā), dan pergunjingan (sambhappalāpa), serta merumuskan empat syarat utama ucapan yang benar. Artikel ini juga mengaitkan perilaku sosial masa kini dengan nilai spiritual, membedakan antara hidup mudah namun hina, dengan hidup sukar yang mulia.
---
Pendahuluan
Dalam kehidupan yang beretika, kekuatan kata memiliki pengaruh luar biasa terhadap pembentukan watak dan harmoni sosial. Dalam Hindu Dharma, ucapan tidak hanya bernilai komunikasi, tetapi juga sebagai bentuk persembahan suci (vāg yajña). Ucapan benar (sammā vācā) menjadi salah satu unsur penting dalam ajaran Dharma, karena dari ucapanlah muncul kebenaran atau kehancuran moral.
---
Pengertian Sammā Vācā dalam Ajaran Hindu
Sammā Vācā berasal dari bahasa Sanskerta Samyak Vāc yang berarti “ucapan yang tepat dan benar”. Dalam konteks spiritual, ini merupakan salah satu dari delapan jalan utama dalam Aṣṭāṅga Mārga (Jalan Mulia Berunsur Delapan). Ucapan yang benar ialah yang:
1. Benar adanya (satyam)
2. Berdasarkan alasan yang tepat (yuktam)
3. Bermanfaat (hitam)
4. Tepat pada waktu dan tempatnya (kālavācya)
Ucapan benar merupakan pantangan terhadap:
Musāvādā (berbohong)
Piśunāvācā (memfitnah)
Pharuṣāvācā (berkata kasar)
Sambhappalāpa (berbicara sia-sia/pergunjingan)
---
Kutipan Sloka Hindu Terkait Ucapan Benar
1. Bhagavad Gītā XVII.15
Sanskerta:
anudvega-karaḿ vākyaḿ satyaḿ priya-hitaḿ ca yat,
svādhyāyābhyasanaḿ caiva vāń-mayaḿ tapa ucyate.
Transliterasi:
Anudvega-karam vākyam satyam priya-hitam ca yat,
Svādhyāyābhyasanam caiva vāṅmayam tapa ucyate.
Makna:
Ucapan yang tidak menimbulkan kegelisahan, benar, menyenangkan, dan bermanfaat, serta diiringi pembelajaran kitab suci, disebut sebagai tapa dalam bentuk ucapan (pengendalian diri melalui kata).
2. Ṛg Veda X.71.2
Sanskerta:
vācam-asti yām vadataḥ patho devīṁ bṛhatīm anu,
yām śiśriye purā kavīnāṁ nāvaṁ iva samudriṇām.
Transliterasi:
Vācam asti yām vadataḥ patho devīm bṛhatīm anu,
Yām śiśriye purā kavīnām nāvam iva samudriṇām.
Makna:
Ada sabda agung yang dijalani oleh para resi agung, laksana kapal di lautan luas yang dipandu oleh kebijaksanaan. Sabda itu adalah jalan menuju cahaya kebenaran.
---
Konteks Sosial dan Moral: Hidup Mudah vs Hidup Sukar
Kalimat reflektif ini memiliki relevansi sosial dan spiritual:
> “Hidup ini MUDAH bagi orang yang tidak TAHU MALU, yang suka menonjolkan diri seperti burung gagak, suka memfitnah, tidak tahu sopan santun, pongah, dan menjalankan hidup kotor.”
> “Hidup ini SUKAR bagi orang yang TAHU MALU, yang senantiasa mengejar kesucian, bebas dari kemelekatan, rendah hati, menjalankan hidup bersih dan penuh perhatian.”
Pernyataan tersebut selaras dengan nilai śauca (kemurnian) dan satya (kebenaran), di mana seseorang yang berjuang dalam jalan dharma akan mengalami tantangan moral, tetapi itulah jalan menuju pencerahan.
---
Membiasakan yang Benar, Bukan Membenarkan Kebiasaan
Pernyataan:
> “Mulai MEBIASAKAN YANG BENAR bukan MEMBENARKAN KEBIASAAN, adalah sebuah langkah sukar yang mesti ditempuh oleh para pejuang dalam jalur kesucian lahir dan batin.”
Ini mencerminkan ajaran svadharma (kewajiban luhur pribadi) dan niścaya (tekad). Para pejalan spiritual mesti berani melawan arus kebiasaan buruk sosial dan membentuk karakter melalui ucapan yang bersih dan bermakna.
---
Penutup
Ucapan benar bukanlah sekadar etika komunikasi, tetapi merupakan jalan kesucian dalam Hindu Dharma. Melalui sammā vācā, seorang pelaku dharma belajar untuk menyelaraskan kata-katanya dengan kebenaran, kasih, dan kesadaran waktu. Ucapan benar menjadi cerminan kedalaman spiritual seseorang yang mengarah kepada pembebasan diri (mokṣa).
Sloka Penutup:
Satyam eva jayate nānṛtam (Muṇḍaka Upaniṣad 3.1.6)
Transliterasi:
Satyam eva jayate nānṛtam.
Makna:
Hanya kebenaranlah yang menang, bukan kepalsuan.
---
Rahayu…
Śāntiḥ, Śāntiḥ, Śāntiḥ…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar