Kolaborasi Praktikum Tatalungguh Kepemangkuan antara Mahasiswa D3 Kepanditaan, Mahasiswa S1 Teologi UHN I Gusti Bagus Sugriwa, dan Pinandita Wiwa Diklat Griya Agung dalam Penutupan Diklat ke-27 Kadasarin: Studi Liturgis pada Upacara Caru Jigramaya, Ayam Brumbun, dan Ayaban di Pura Panataran Mrajan Agung Dalem Tangsub
Oleh:
I Sugata Yadnya Manuaba
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
---
Abstrak
Artikel ini membahas bentuk kolaborasi liturgis dan edukatif antara mahasiswa D3 Kepanditaan, mahasiswa S1 Teologi, dan Pinandita Wiwa Diklat Griya Agung dalam momentum penutupan Diklat ke-27 Kadasarin pada Minggu, 25 Mei 2025. Praktikum ini berlangsung di Pura Panataran Mrajan Agung Dalem Tangsub dan mencakup upacara caru Jigramaya, ayam brumbun, serta ayaban, yang melibatkan sinergi teoretis dan praksis liturgis Hindu Bali. Kegiatan ini juga dihadiri oleh para tutor sulinggih Kapurusan Griya Agung Bangkasa serta pengurus Yayasan Widya Dasa Dharma, yang memperkuat validitas spiritual, etis, dan akademis dari proses pembelajaran kepemangkuan berbasis tatalungguh.
---
1. Pendahuluan
Pembentukan sumber daya manusia rohani Hindu yang berlandaskan tattwa, susila, dan upacara merupakan misi utama pendidikan teologi dan kepanditaan. Kolaborasi praktikum antara mahasiswa D3 Kepanditaan, mahasiswa S1 Teologi UHN I Gusti Bagus Sugriwa, dan Pinandita Wiwa Diklat Griya Agung menjadi model integratif yang memadukan landasan akademik dan penghayatan spiritual dalam format tatalungguh kepemangkuan. Penutupan Diklat ke-27 Kadasarin menjadi momen sakral sekaligus strategis untuk merealisasikan capaian pembelajaran ini dalam bingkai yadnya.
---
2. Tinjauan Teoretis
Konsep tatalungguh dalam kepemangkuan merujuk pada etika duduk, berdiri, serta struktur perilaku spiritual dalam ruang suci. Hal ini berakar pada ajaran śikṣā (pendidikan suci) dan ācāra śuddha (etika bersuci). Dalam teks Manavadharmasastra (VI.92) ditegaskan:
Sanskerta:
ācāraḥ paramaṁ dharmaḥ śrutayo vidhisaṁhitāḥ |
tasminn evācaran nityaṁ sarvān kāmān avāpnuyaḥ
Transliterasi:
ācāraḥ paramaṁ dharmaḥ śrutayo vidhisaṁhitāḥ,
tasminn evācaran nityaṁ sarvān kāmān avāpnuyaḥ.
Makna:
Perilaku (ācāra) adalah dharma tertinggi, bersumber dari śruti dan kitab suci. Barang siapa senantiasa berperilaku menurutnya, akan memperoleh segala tujuan hidupnya.
---
3. Metodologi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi partisipatif liturgis. Data diperoleh melalui observasi langsung pada upacara penutupan Diklat ke-27 Kadasarin, wawancara dengan peserta diklat, serta dokumentasi kegiatan di Pura Panataran Mrajan Agung Dalem Tangsub.
---
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Kolaborasi Liturgis Akademik
Kolaborasi melibatkan:
Mahasiswa D3 Kepanditaan: Bertugas dalam pembacaan mantra, ngarga tirta, dan pengaturan tapak upakara.
Mahasiswa S1 Teologi: Bertugas sebagai penyusun narasi teologis dan penyampai pesan dharma wacana.
Pinandita Wiwa Diklat: Bertindak sebagai pengayah aktif, serta ujung tombak praktik konkret dalam pelaksanaan yadnya.
Kolaborasi ini memperlihatkan praktik integratif antara aspek teori (śāstra), keterampilan (karma), dan moralitas (bhāvana).
4.2 Pelaksanaan Caru Jigramaya dan Ayam Brumbun
Upacara caru Jigramaya dan ayam brumbun sebagai bentuk panyupatan jagat dilaksanakan pada panggungan alit menggunakan media pejati, taluh, pengarak, dan ayam brumbun. Pelaksanaan didasari teks Śānti Kalpa dan Bhūta Yajña Vidhāna.
4.3 Ayaban di Panataran Mrajan Agung
Ayaban (permohonan keselamatan dan restu suci) dilakukan dengan mengatur segehan agung, diiringi puja pemujaan oleh Ida Pinandita, serta penyerahan pramana śakti kepada para peserta diklat. Kehadiran para tutor Ida Sulinggih dari Griya Agung Bangkasa memberikan nuansa dikṣā vidhi dalam tradisi guru-śiṣya parampara.
---
5. Simpulan
Praktikum tatalungguh kepemangkuan dalam penutupan Diklat ke-27 Kadasarin bukan hanya sebuah ritual simbolik, tetapi realisasi konkret pendidikan transdisipliner antara ranah teologi, kepanditaan, dan kebudayaan Bali. Kolaborasi ini mengokohkan jalur kaderisasi pemangku muda Hindu yang berwawasan śāstra, memiliki integritas liturgis, serta dilandasi oleh spirit bhakti. Kegiatan ini juga menjadi model pendidikan rohani berbasis komunitas suci yang patut dikembangkan secara berkelanjutan.
---
Daftar Pustaka
Manusmṛti. (2001). Manavadharmasastra. Gita Press Gorakhpur.
Śānti Kalpa. (n.d.). Lontar koleksi Griya Agung Bangkasa.
Titib, I Wayan. (2003). Teologi dan Filsafat Hindu. Surabaya: Paramita.
Manuaba, I G.S.Y. (2024). Japa Mala dan Laku Pandita. Denpasar: Widya Dharma Publications.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar