Sabtu, 31 Mei 2025

Leluhur Itu Ada

📰 KORAN HINDU

Edisi Khusus: Sabtu, 31 Mei 2025
Judul Ilmiah:
"Leluhur Itu Ada: Panggilan Atma, Tempat Mulia, dan Kesadaran Anak-Cucu sebagai Dharma Pitṛyajña"

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

> “LELUHUR ITU ADA. DIA AKAN SELALU DATANG PADA TEMPAT-TEMPAT YANG DIMULIAKAN OLEH ANAK CUCU NYA.”
---

Kutipan Sloka Hindu:

Sanskerta:

> पितॄणां तर्पणं कुर्यात् स्वाध्यायं च न संशयः ।
यत्र पित्रो रमन्ते तत्र एव देवता रमन्ति ॥

Transliterasi:

> pitṝṇāṁ tarpaṇaṁ kuryāt svādhyāyaṁ ca na saṁśayaḥ
yatra pitro ramante tatra eva devatā ramanti

Makna:

> “Seseorang hendaknya mempersembahkan tarpaṇa kepada para leluhur dan melaksanakan svādhyāya (pembacaan pustaka suci), tiada keraguan akan hal itu. Di tempat para leluhur berbahagia, di sanalah para dewa pun turut hadir dan bersuka cita.”
---

Abstrak Ilmiah:

Kehadiran leluhur dalam ranah spiritualitas Hindu bukanlah sekadar kenangan, melainkan suatu eksistensi halus yang nyata, yang beresonansi dengan tempat-tempat yang dimuliakan oleh anak-cucunya. Dalam ajaran Hindu, penghormatan terhadap pitaraḥ (roh leluhur) menjadi bagian integral dari yajña yang disebut Pitṛyajña. Artikel ini menganalisis hubungan antara tempat suci, kesadaran anak-cucu, dan panggilan atma para leluhur berdasarkan sloka Veda dan Itihasa.
---

Pendahuluan:

Dalam teks suci seperti Taittirīya Āraṇyaka dan Garuda Purāṇa, leluhur digambarkan sebagai roh-roh luhur yang menunggu dikaitkan kembali dengan cinta dan penghormatan anak cucunya melalui ritual dan kesadaran rohani. Ketika tempat dijadikan mulia — baik pura keluarga, sanggah kemulan, griya, maupun altar rohani lainnya — maka ruang itu menjadi portal spiritual bagi turunnya atman para leluhur yang telah mencapai loka luhur seperti Pitṛloka atau Devaloka.
---

Konteks Filosofis:

Menurut ajaran Smṛti dan Śruti, ketika tempat-tempat tertentu dimuliakan oleh keturunan, maka roh-roh leluhur akan datang — bukan sebagai entitas gentayangan, tetapi sebagai pancaran energi berkat (anugraha) yang membantu mendharmakan hidup anak-cucu. Ini sejalan dengan konsep Hindu bahwa hidup tak hanya tentang diri sendiri, tetapi tentang merawat jalinan karma dan ikatan dharma antargenerasi.
---

Sloka Tambahan Penguat:

Sanskerta:

> देवान्भावयतानेन ते देवा भावयन्तु वः ।
परस्परं भावयन्तः श्रेयः परमवाप्स्यथ ॥

Transliterasi:

> devānbhāvayatānena te devā bhāvayantu vaḥ
parasparaṁ bhāvayantaḥ śreyaḥ paramavāpsyatha

Makna:

> “Dengan memuliakan para dewa dan leluhur, mereka pun akan memuliakanmu. Dengan saling mendukung satu sama lain, kamu akan memperoleh kemajuan rohani yang tertinggi.”
(Bhagavad Gītā III.11)
---

Penutup:

Pernyataan: “Leluhur itu ada, dan dia akan selalu datang pada tempat-tempat yang dimuliakan oleh anak cucunya”, bukanlah sekadar filosofi sentimental, melainkan bagian dari realitas metafisika Hindu. Tempat yang dimuliakan bukan semata fisik, tetapi batin yang tulus, laku hidup yang dharmika, dan hubungan spiritual yang aktif antara generasi masa kini dan leluhur. Dalam penghormatan itulah kita menjadi jembatan, menjadi lampu, dan menjadi nyala api yang tidak pernah padam.
---

Referensi Pustaka:

1. Garuda Purāṇa, Bab Pitṛyajña.

2. Taittirīya Āraṇyaka, Bab Tarpana Vidhāna.

3. Bhagavad Gītā oleh Śrī Kṛṣṇa Vyāsa.

4. Manu Smṛti, Bab III tentang Ṛṣi, Deva, dan Pitṛ-yajña.

5. Lontar Pitṛ Tattwa (terj. Bali Agama Tattwa).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar