"Makna Filosofis Simbolik Tangan dalam Memberi sebagai Realisasi Kesadaran Bahwa Segalanya Milik Tuhan: Kajian Hindu dengan Kutipan Sloka Weda"
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Abstrak:
Memberi adalah salah satu wujud nyata dari dharma dalam ajaran Hindu. Namun, makna memberi tidak hanya terbatas pada tindakan fisik, melainkan menyentuh aspek kesadaran spiritual bahwa segala sesuatu yang diberikan sejatinya milik Tuhan (Īśvara). Artikel ini mengkaji simbolik posisi tangan dalam memberi, yaitu tangan menengadah ke atas sebagai simbol permohonan izin memindahkan anugerah Tuhan kepada sesama, dibandingkan dengan tangan menghadap ke bawah yang mengandung ego kepemilikan. Telaah ini diperkaya dengan kutipan sloka Weda, terutama dalam aspek tattva dan etika Hindu.
---
Pendahuluan:
Memberi adalah tindakan mulia dalam kehidupan sosial dan spiritual. Dalam perspektif Hindu, memberi tidak semata-mata bentuk kedermawanan, tetapi juga menyiratkan kesadaran bahwa kita bukanlah pemilik hakiki atas apa pun di dunia ini. Gambar yang disajikan dalam artikel ini memperlihatkan dua posisi tangan saat memberi, yang sarat dengan makna filosofis mendalam.
---
Pembahasan:
1. Simbolik Tangan Menengadah ke Atas
Dalam tradisi Hindu, tangan menengadah ke atas saat memberi menyimbolkan permohonan kepada Tuhan untuk "memindahkan" titipan-Nya kepada orang lain. Ini menunjukkan kerendahan hati bahwa pemberi hanya perantara, bukan pemilik.
Kutipan Sloka:
Sanskerta:
"Īśāvāsyam idaṁ sarvaṁ, yat kiñca jagatyāṁ jagat."
(Īśopaniṣad 1)
Transliterasi:
"Īśāvāsyam idaṁ sarvaṁ, yat kiñca jagatyāṁ jagat."
Makna:
"Segala yang ada di alam semesta ini sesungguhnya berselimut atau dimiliki oleh Tuhan."
Sloka ini menegaskan bahwa segala sesuatu adalah milik Tuhan (Īśa), sehingga ketika seseorang memberi, ia hanya menyalurkan kembali apa yang telah dititipkan kepadanya.
2. Simbolik Tangan Menghadap ke Bawah
Tangan menghadap ke bawah saat memberi seolah-olah mengisyaratkan bahwa apa yang diberikan berasal dari milik pribadi. Hal ini sering kali memperkuat ego atau rasa lebih tinggi dibanding yang diberi, dan ini bertentangan dengan prinsip tattva dan ahamkara (ego) dalam ajaran Hindu.
Kutipan Sloka:
Sanskerta:
"Tyajet durjana-saṁsargaṁ, bhajet sādhu-samāgamam;
Kuryāt dānaṁ śivē nityaṁ, yena kṣemo bhaviṣyati."
(Nīti Śataka, Bhartrhari)
Transliterasi:
"Tyajet durjana-saṁsargaṁ, bhajet sādhu-samāgamam;
Kuryāt dānaṁ śivē nityaṁ, yena kṣemo bhaviṣyati."
Makna:
"Hindarilah pergaulan dengan orang jahat, carilah pergaulan dengan orang bijak;
Berikanlah sedekah setiap saat dengan niat suci, karena dari situlah keselamatan akan datang."
Dalam hal ini, niat dalam memberi menjadi penting. Ketika memberi dengan kesadaran bahwa semua milik Tuhan, maka tindakan itu menjadi bagian dari yajña (pengorbanan suci) yang menuntun pada mokṣa.
---
Kesimpulan:
Memberi adalah tindakan suci yang semestinya didasari kesadaran spiritual, bukan sekadar sosial. Simbolik tangan menengadah ke atas saat memberi menjadi bentuk nyata dari permohonan ijin kepada Tuhan untuk menyalurkan karunia-Nya kepada yang membutuhkan. Sementara tangan yang menghadap ke bawah mencerminkan keakuan yang bertentangan dengan prinsip keheningan batin (mauna) dan kerendahan hati (vinaya). Melalui pemahaman sloka-sloka suci, umat diharapkan mampu membentuk laku spiritual yang sesuai dengan dharma dan tattva Hindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar