Pengabenan Nis Prateka Nir Prabhawa:
Jala Agni Samyojana dalam Konsep Ngelanus
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Abstrak
Pengabenan merupakan puncak yadnya dalam siklus hidup umat Hindu di Bali. Dalam pengabenan tipe ngelanus, terjadi penyatuan proses antara pembakaran jenazah dengan ngadegang suku tunggal, serta ritual ngereka pengadeg yang dilaksanakan secara simultan untuk efisiensi waktu dan efektivitas upacara. Artikel ini menjelaskan tata cara pengabenan ngelanus dengan pendekatan filosofis “Nis Prateka Nir Prabhawa” melalui media penyucian unsur jala (air) dan agni (api), sesuai dengan ajaran Veda.
---
Pendahuluan
Pengabenan dalam ajaran agama Hindu bukanlah sekadar pembakaran jasad, melainkan pelepasan unsur-unsur panca mahabhuta untuk dikembalikan pada asalnya. Dalam tradisi Bali, dikenal beragam jenis pengabenan, salah satunya pengabenan ngelanus, yaitu pengabenan yang dilaksanakan secara sederhana namun tetap mencakup makna penyucian, pelepasan roh, dan persiapan suku tunggal (keluarga sakral).
---
Makna "Nis Prateka Nir Prabhawa"
Secara etimologis, frasa Nis Prateka Nir Prabhawa mengandung arti “tanpa batasan bentuk, menuju asal mula yang tiada berbentuk”. Hal ini merepresentasikan tahap akhir dari kehidupan, di mana atman melepaskan keterikatan duniawi dan kembali menyatu dengan Brahman.
Kutipan Sloka (Sanskerta, Transliterasi, Arti):
Sanskerta:
“Agner jātam taptam dhūmam, jala-dhārāyāṁ śuddham kṛtam;
ātmano gatiḥ nirvikārā, brahmaṇi līyate śāśvatam.”
Transliterasi:
"Agner jātam taptam dhūmam, jala-dhārāyām śuddham kṛtam;
ātmano gatiḥ nirvikārā, brahmaṇi līyate śāśvatam."
Makna:
“Dari api lahir asap suci, dibersihkan oleh aliran air;
Jalan sang atma tanpa bentuk, menyatu kekal dalam Brahman.”
Sloka ini menggambarkan proses pengembalian unsur tubuh kepada asalnya—api dan air menjadi unsur pemurni, dan atman kembali kepada kesucian tertinggi.
---
Konsep Prosesi Ngelanus: Efisiensi dan Kesucian
Dalam pengabenan ngelanus, langkah-langkah utama meliputi:
1. Tapakan Pengadeg dan Kajang
Tapakan atau lambang pengadeg keluarga disiapkan sejak awal dan disatukan dalam prosesi Pangaskaran bersama Kajang, lalu saat di setra dina karangasem dan di reka disusun dalam suku tunggal sebagai simbol garis keturunan suci.
2. Pembakaran Jasad (Ngaben = Ngabuin)
Saat pembakaran jasad di setra, setelah jasad dibakar, ambil pisahkan pengadeg dan kajang, dibakar secara terpisah dengan memperhatikan unsur simbolik dan penyucian tuntas. Abu hasil pembakaran tetap di-anyut pada akhir upacara sebagai pelepasan ke alam luas.
3. Simultan: Pembakaran & Pengadeg
Proses pembakaran dan ngereka pengadeg dilakukan secara paralel untuk efisiensi. Waktu pelaksanaan kurang lebih 1,5 jam, sehingga pada saat yang sama seluruh tahap selesai secara harmonis.
4. Sulinggih Munggah.
Ida Sulinggih munggah satu kali bersamaan dengan prosesi Pembakaran Jenasah, memberikan tirtha pangentas, tirtha pengentas pengadeg, dan tirtha panganyutan dalam satu rangkaian prosesi spiritual yang menyatukan ritus niskala.
5. Percikan Tirtha untuk Semua
Dalam ngelanus, seluruh peserta keluarga dan saksi ritual akan mendapatkan percikan tirtha sebagai bentuk penyucian kolektif, serta penghantar restu semesta.
---
Filosofi Jala Agni Samyojana
Penggabungan unsur air (jala) dan api (agni) dalam pengabenan ngelanus adalah bentuk pemurnian tubuh kasar dan halus (sthūla dan sūkṣma śarīra). Ini dilandasi prinsip tattwa Hindu bahwa:
Agni melambangkan transformasi dan pemutusan keterikatan.
Jala melambangkan keseimbangan, penyucian, dan penghantar roh menuju moksha.
Sloka Pendukung Tambahan:
Sanskerta:
“Pañcabhūtāni samtyajya, jīvo yāti paraṁ padam.”
Transliterasi:
"Pañcabhūtāni samtyajya, jīvo yāti paraṁ padam."
Makna:
“Setelah meninggalkan lima unsur dasar, jiwa menuju tempat tertinggi.”
---
Kesimpulan
Pengabenan ngelanus bukanlah bentuk penyederhanaan semata, tetapi sebuah tata cara suci yang disusun secara efisien dan sakral. Dalam ritus Nis Prateka Nir Prabhawa, penggabungan elemen api dan air bukan hanya tradisi, melainkan bagian dari spiritualitas Hindu yang mendalam—di mana roh dikembalikan kepada asalnya, disucikan oleh tirtha, dan dibimbing oleh Sulinggih menuju pelepasan kekal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar