Selasa, 20 Mei 2025

GELAR TANPA AKSI

GELAR TANPA AKSI: REFLEKSI ATAS PENGANGGURAN SARJANA DAN TRANSFORMASI MINDASET MENUJU JIWA WIRAUSAHA

Oleh:
I Gede Sugata Yadnya Manuaba

ABSTRAK
Fenomena meningkatnya angka pengangguran dari lulusan sarjana menjadi persoalan sosial dan ekonomi yang kian meresahkan. Berdasarkan data BPS, banyak lulusan S1 tidak segera mendapatkan pekerjaan meski telah memiliki gelar akademik dan ijazah formal. Makalah ini mengkaji akar permasalahan tersebut yang tidak sekadar terletak pada lapangan kerja, tetapi juga pada pola pikir atau mindset lulusan. Ketika gelar justru menjadi penghalang untuk berani merendah, maka kemuliaan pendidikan kehilangan maknanya. Melalui pendekatan reflektif dan sosiologis, makalah ini menekankan pentingnya transisi mindset dari pencari kerja menjadi pencipta kerja (entrepreneur), dengan mencontoh semangat para perintis usaha yang mengawali karier dari titik nol.

KATA KUNCI: Pengangguran Sarjana, Mindset, Wirausaha, Pendidikan, Transformasi Sosial
---

PENDAHULUAN

Pendidikan tinggi sering dipandang sebagai tiket emas menuju kesuksesan. Namun realitas di lapangan justru memperlihatkan paradoks: lulusan sarjana banyak yang menganggur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), gelar dan ijazah tak lagi menjamin pekerjaan. Lantas, di manakah letak persoalannya? Apakah dunia kerja terlalu sempit, atau para sarjana yang membatasi dirinya sendiri karena gengsi?

Gelar akademik seharusnya menjadi alat perjuangan, bukan simbol kasta sosial. Namun faktanya, tidak sedikit lulusan yang enggan mengambil pekerjaan ‘rendah’ karena merasa tidak selevel. Pada akhirnya, mereka lebih memilih menjadi beban keluarga ketimbang berani memulai sesuatu dari bawah, seperti berdagang, berjualan online, atau bekerja mandiri. Inilah yang menjadi pangkal kegagalan: mindset yang kaku dan ketergantungan pada status.
---

RUMUSAN MASALAH

1. Apa penyebab utama meningkatnya angka pengangguran di kalangan sarjana?

2. Bagaimana peran pola pikir (mindset) dalam memengaruhi kesiapan kerja lulusan sarjana?

3. Bagaimana solusi berbasis wirausaha dapat menjadi jalan keluar?
---

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Thomas L. Friedman (2005), dunia kerja kini tidak hanya mencari ijazah, melainkan kreativitas, kolaborasi, dan kemampuan beradaptasi. Dalam “The World is Flat”, ia menyebutkan bahwa gelar bukan lagi keunggulan kompetitif, melainkan kemampuan untuk menciptakan solusi nyata. Sementara itu, Carol Dweck (2006) dalam teorinya tentang growth mindset menekankan pentingnya pola pikir berkembang, yaitu kesiapan untuk belajar, gagal, dan tumbuh dari bawah.
---

PEMBAHASAN

1. Gelar Tak Lagi Menjamin Kesuksesan

Di masa lalu, gelar sarjana identik dengan posisi elite. Namun kini, pasar kerja telah berubah. Ijazah hanyalah formalitas tanpa keterampilan praktis. Dunia industri lebih membutuhkan pekerja adaptif, kreatif, dan siap bersaing dalam dunia digital.

2. Mindset Elitis: Penghambat Diri Sendiri

Ada kalanya gelar membuat seseorang menilai dirinya terlalu tinggi. Ia merasa tak pantas mengerjakan pekerjaan yang menurutnya "rendah". Akibatnya, banyak lulusan sarjana yang menolak peluang kecil dan malah kehilangan semua kesempatan. Sebagaimana disinggung dalam Bhagavad Gītā:

सुखदुःखे समे कृत्वा लाभालाभौ जयाजयौ।
tato yuddhāya yujyasva naivaṁ pāpam avāpsyasi॥
Transliterasi:
Sukha-duḥkhe same kṛtvā, lābhālābhau jayājayau;
Tato yuddhāya yujyasva, naivaṁ pāpam avāpsyasi.
Makna:
"Jadikanlah suka dan duka, untung dan rugi, kemenangan dan kekalahan itu setara; kemudian bertempurlah demi kewajibanmu—engkau tidak akan berdosa." (Bhagavad Gītā II.38)

Sloka ini mengajarkan agar seseorang tidak silau pada hasil, tetapi berani berjuang dari titik berapa pun, tanpa mengedepankan gengsi.

3. Solusi: Transformasi Menuju Jiwa Wirausaha

Saatnya para sarjana mengubah mindset: dari pencari kerja menjadi pencipta kerja. Bisnis kecil tidaklah hina. Banyak pengusaha besar memulai dari nol—berjualan dari pintu ke pintu, berdagang di kaki lima. Ketekunan, keberanian mengambil risiko, dan inovasi adalah modal utama.

Teknologi hari ini membuka ruang luas: platform e-commerce, media sosial, dan aplikasi dompet digital mendukung siapa saja untuk memulai bisnis. Pendidikan tinggi pun seharusnya mencetak lulusan yang mandiri, bukan hanya pandai secara teori.
---

KESIMPULAN

Gelar dan ijazah adalah prestasi, namun bukan jaminan sukses. Kesuksesan ditentukan oleh sikap mental, keberanian untuk bertindak, dan kesediaan untuk mulai dari bawah. Tak perlu gengsi berjualan online atau berdagang kecil-kecilan. Saatnya kita ubah cara pandang: menjadi sarjana berarti siap bekerja keras dan menciptakan peluang, bukan menunggu kesempatan datang.
---

SARAN

Institusi pendidikan tinggi perlu menanamkan mindset kewirausahaan sejak awal kuliah.

Mahasiswa perlu dibekali keterampilan praktis dan pelatihan UMKM.

Sarjana sebaiknya melihat pekerjaan sebagai proses pembelajaran, bukan soal gengsi.

Pemerintah perlu memperluas inkubasi bisnis dan akses modal bagi lulusan baru.
---

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, T.L. (2005). The World is Flat. New York: Farrar, Straus and Giroux.

Dweck, C. (2006). Mindset: The New Psychology of Success. New York: Random House.

Badan Pusat Statistik. (2024). Data Pengangguran Terbuka Berdasarkan Pendidikan.

Bhagavad Gītā. II.38.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar