Rabu, 28 Mei 2025

Jalan Itu Selalu Didapatkan Bagi Mereka Yang Berjalan

"Mārgaḥ Labhyate Gacchatām: Telaah Filosofis Sanātana Dharma atas Prinsip Usaha dan Ketekunan dalam Mewujudkan Tujuan Hidup"

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
---

Abstrak:

Kehidupan manusia dalam ajaran Hindu dipandang sebagai perjalanan rohani menuju pencapaian mokṣa. Dalam proses ini, konsep ketekunan, keberanian, dan usaha tanpa henti menjadi fondasi utama. Ungkapan filosofis "Jalan itu selalu didapatkan bagi mereka yang berjalan" menggambarkan prinsip universal dalam Sanātana Dharma, bahwa gerak aktif (karma) dan niat luhur (saṅkalpa) adalah kunci untuk menyingkap mārga, yaitu jalan menuju tujuan suci. Artikel ini mengkaji nilai-nilai spiritual dan filosofis dari kalimat tersebut dalam perspektif Weda, Upaniṣad, dan Bhagavad Gītā, serta merumuskan kutipan Sansekerta yang relevan untuk menyampaikan makna mendalamnya.
---

1. Pendahuluan

Dalam kehidupan rohani Hindu, perjalanan adalah metafora utama untuk menggambarkan proses pengembangan diri, dharma, dan realisasi atman. Ajaran ini mengandung keyakinan bahwa siapa pun yang berusaha sungguh-sungguh dalam jalan kebaikan akan selalu menemukan jalannya, seberat apa pun rintangan yang dihadapi. Hal ini diungkapkan secara puitis dan filosofis melalui ungkapan yang akan dianalisis dalam artikel ini.
---

2. Kutipan Kalimat dalam Bahasa Sanskerta:

> मार्गः लभ्यते गच्छताम्।
mārgaḥ labhyate gacchatām.
---

3. Transliterasi dan Makna:

Transliterasi IAST: mārgaḥ labhyate gacchatām

Arti: Jalan (itu) diperoleh oleh mereka yang berjalan.

Kata demi kata:

mārgaḥ = jalan

labhyate = diperoleh, ditemukan

gacchatām = oleh mereka yang berjalan (bentuk participial genitive plural dari akar gacch, “pergi”)
---

4. Kajian Filosofis

Dalam Bhagavad Gītā (2.47), disebutkan:

> कर्मण्येवाधिकारस्ते मा फलेषु कदाचन।
karmaṇy-evādhikāras te mā phaleṣu kadācana.

"Engkau hanya berhak atas tindakanmu, bukan atas hasilnya."

Sloka ini menegaskan pentingnya usaha aktif tanpa melekat pada hasil. Prinsip yang sama tercermin dalam mārgaḥ labhyate gacchatām, bahwa gerakan atau tindakan adalah kunci untuk membuka jalan, bukan hanya perenungan pasif.

Upaniṣad juga menyatakan:

> नायमात्मा प्रवचनेन लभ्यो न मेधया न बहुना श्रुतेन।
nāyam ātmā pravacanena labhyo na medhayā na bahunā śrutena

"Diri sejati tidak dapat dicapai hanya melalui wacana, intelektualitas, atau banyak mendengar." (Muṇḍaka Upaniṣad 3.2.3)


Ini menunjukkan bahwa realitas spiritual hanya dapat dicapai melalui pengalaman langsung — simbol dari ‘berjalan’ atau melakukan praktik nyata.
---

5. Relevansi dalam Kehidupan Modern

Dalam konteks kontemporer, kalimat "mārgaḥ labhyate gacchatām" sangat relevan. Di tengah era serba cepat dan penuh tantangan, banyak orang kehilangan arah. Ajaran ini mengajak untuk terus melangkah, meskipun belum tahu pasti hasilnya. Ketekunan (dhṛti) dan kesabaran (kṣamā) menjadi kualitas penting dalam mewujudkan mārga dharma masing-masing individu.
---

6. Kesimpulan

Kalimat mārgaḥ labhyate gacchatām mencerminkan filsafat kehidupan Hindu yang mendorong umat untuk bertindak, bergerak, dan tidak menyerah. Jalan akan terbuka selama kita tetap berjalan. Dalam Sanātana Dharma, diam adalah stagnasi; bergerak adalah pencapaian. Ajaran ini memberikan motivasi spiritual dan praktis bagi siapa saja yang tengah mencari arti dan tujuan hidup.
---

7. Daftar Pustaka

Bhagavad Gītā. Swami Chinmayananda Commentary.

Muṇḍaka Upaniṣad. Translation by Eknath Easwaran.

Radhakrishnan, S. (1948). The Principal Upanishads.

Feuerstein, G. (2003). The Essence of Yoga.

Vivekananda, Swami. (1896). Lectures from Colombo to Almora.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar