"Prioritas Konsumsi dan Krisis Dharma: Kajian Filosofis Hindu terhadap Pengeluaran Rokok sebagai Beban Ekonomi Rumah Tangga di Indonesia"
Abstrak:
Infografik menunjukkan bahwa pengeluaran untuk rokok merupakan yang tertinggi kedua setelah beras, bahkan melampaui kebutuhan esensial seperti daging, telur, dan pendidikan gizi dasar. Artikel ini menganalisis fenomena tersebut dalam perspektif Hindu, menyoroti ketidakseimbangan antara kebutuhan jasmani dan spiritual, serta tantangan terhadap nilai-nilai dharma (kebajikan hidup). Kajian ini menggunakan pendekatan teks suci Hindu untuk menafsirkan penyalahgunaan konsumsi sebagai bentuk penyimpangan dharma.
---
Pendahuluan:
Dalam ajaran Hindu, konsumsi berlebihan terhadap benda-benda yang tidak menunjang kebajikan hidup disebut sebagai bentuk "kama" yang tak terkendali, salah satu musuh utama manusia (arishadvarga). Fenomena tingginya pengeluaran masyarakat Indonesia untuk rokok dibandingkan kebutuhan pokok lain mencerminkan adanya disorientasi dalam menentukan prioritas hidup yang dharmis.
---
Pembahasan:
1. Konsumsi Rokok dan Penyimpangan Dharma
Menurut data BPS dan hasil infografik, pengeluaran untuk rokok mencapai posisi kedua setelah beras sebagai kebutuhan utama rumah tangga. Padahal rokok bukanlah kebutuhan pokok, bahkan secara medis dan spiritual dianggap merusak.
Sloka:
> काम एष क्रोध एष रजोगुणसमुद्भवः।
महाशनो महापाप्मा विद्ध्येनमिह वैरिणम्॥
(Bhagavad Gītā III.37)
Transliterasi:
> kāma eṣa krodha eṣa rajo-guṇa-samudbhavaḥ
mahāśano mahā-pāpmā viddhyenam iha vairiṇam
Makna:
> Inilah nafsu keinginan dan kemarahan, yang muncul dari sifat rajah. Ia sangat rakus, sangat jahat. Ketahuilah bahwa itu adalah musuh utama di dunia ini.
Analisis:
Rokok sebagai representasi kāma (keinginan tak terkendali) menggambarkan perilaku konsumtif yang merusak tubuh, ekonomi, dan keharmonisan keluarga. Ketika mahāśana (rakus) dibiarkan menguasai, maka dharma akan tergeser.
---
2. Konsekuensi Spiritual dari Gaya Hidup Tidak Bijak
Dalam ajaran Manusmṛti dan Yajñavalkya Smṛti, manusia diminta hidup sederhana, bersih lahir-batin, dan menjauhi zat perusak tubuh. Mengutamakan rokok di atas kebutuhan gizi mencerminkan ketidaktahuan (avidyā) akan nilai tubuh sebagai wahana rohani.
Sloka:
> शरीरमाद्यं खलु धर्मसाधनम्॥
(Mahābhārata, Anuśāsanaparva 106.10)
Transliterasi:
> śarīram ādyaṁ khalu dharma-sādhanam
Makna:
> Tubuh adalah alat utama untuk menjalankan dharma.
Analisis:
Mereka yang merusak tubuh lewat konsumsi adiktif seperti rokok telah menyia-nyiakan sarana utama untuk menempuh jalan spiritual. Dalam Hindu, menjaga tubuh adalah menjaga alat suci bagi Atma (roh).
---
3. Ekonomi Rumah Tangga dan Tanggung Jawab Sosial Menurut Hindu
Pengeluaran yang besar untuk rokok menunjukkan minimnya kesadaran seva (pelayanan) dalam rumah tangga. Ajaran Hindu menggarisbawahi pentingnya pengaturan ekonomi untuk memenuhi pañca yajña (lima pengorbanan), termasuk untuk keluarga dan leluhur.
Sloka:
> ऋणानि त्रिणि आप्नोति जन्मना मनुष्यः।
पितृदेवर्षिभूतानि तान्यपि प्रतिपद्यते॥
(Manusmṛti VI.35)
Transliterasi:
> ṛṇāni trīṇi āpnoti janmanā manuṣyaḥ
pitr̥-devarṣi-bhūtāni tāny api pratipadyate
Makna:
> Manusia terlahir dengan tiga utang: kepada leluhur, dewa, dan para ṛṣi. Ketiganya wajib dibayar melalui perilaku dharmis.
Analisis:
Jika pendapatan justru dihabiskan untuk rokok, maka kewajiban membayar utang spiritual kepada leluhur dan Dewa terabaikan. Ini bertentangan dengan prinsip dasar Hindu yang mengajarkan yajña sebagai pusat hidup.
---
Penutup:
Fenomena pengeluaran rokok yang tinggi di Indonesia adalah tantangan dharma yang nyata. Agama Hindu mengajarkan hidup seimbang, tidak rakus, dan mengedepankan kebajikan atas kesenangan sesaat. Dengan menanamkan kembali nilai-nilai dama (pengendalian diri) dan viveka (kebijaksanaan), masyarakat Hindu dan Indonesia secara umum dapat memperbaiki orientasi konsumsi menuju keharmonisan jasmani dan rohani.
---
Daftar Pustaka:
Bhagavad Gītā
Manusmṛti
Mahābhārata
Wiana, I Made. (2002). Filsafat Hindu: Upaya Memahami Kebenaran Abadi.
Titib, I Made. (2003). Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar