Sabtu, 24 Mei 2025

Nyurat Aksara Bali di Atas Daun Lontar

“Nyurat Aksara Bali di Atas Daun Lontar sebagai Proses Tapa Brata Yoga Samādhi untuk Menumbuhkan Sikap Mandhi, Sidha, Sidhi, dan Kedep dalam Mengajegkan Aksara Budaya Bali di Era Kecerdasan Buatan”

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Abstrak:

Artikel ini membahas praktik spiritual dan budaya nyurat aksara Bali di atas daun lontar sebagai bagian dari laku tapa brata yoga samādhi yang menanamkan nilai-nilai luhur seperti mandhi (hening), sidha (pencapaian kesempurnaan), sidhi (kekuatan spiritual), dan kedep (kewaskitaan). Di tengah arus kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI), budaya tulis aksara Bali menghadapi tantangan eksistensial. Oleh karena itu, pemaknaan ulang terhadap praktik nyurat aksara sebagai jalan kontemplatif menjadi penting sebagai upaya penguatan identitas spiritual dan pelestarian budaya. Artikel ini dilengkapi dengan kutipan sloka Hindu sebagai landasan filsafat tindakan spiritual tersebut.

---

1. Pendahuluan:

Perkembangan teknologi digital dan kecerdasan buatan telah membawa dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam praktik budaya dan spiritual. Dalam konteks Bali, salah satu warisan luhur yang perlu diajegkan adalah praktik nyurat aksara Bali di atas daun lontar, yang bukan hanya sebuah aktivitas filologis, tetapi juga sarana tapa brata dalam mewujudkan ketenangan batin dan kedalaman makna hidup.

---

2. Sloka Hindu sebagai Landasan Spiritual:

Sanskerta:
योगस्थः कुरु कर्माणि सङ्गं त्यक्त्वा धनञ्जय।
सिद्ध्यसिद्ध्योः समो भूत्वा समत्वं योग उच्यते॥
(Bhagavad Gītā 2.48)

Transliterasi:
Yogasthaḥ kuru karmāṇi saṅgaṁ tyaktvā dhanañjaya,
siddhy-asiddhyoḥ samo bhūtvā samatvaṁ yoga ucyate.

Makna:
"Berpegang teguhlah pada yoga, wahai Dhananjaya, lakukan kewajibanmu tanpa keterikatan; bersikap seimbang dalam berhasil atau tidak berhasil — kesetimbangan seperti inilah yang disebut yoga."

Sloka ini menjadi dasar bahwa praktik apapun, termasuk nyurat aksara, harus dilakukan dalam semangat yoga: penuh ketekunan, keterlepasan, dan ketenangan batin.

---

3. Nyurat sebagai Laku Tapa Brata:

Kegiatan menulis aksara Bali di atas daun lontar adalah kegiatan ritualistik dan spiritual. Proses ini membutuhkan:

Mandhi (hening pikiran), agar tulisan memiliki getaran spiritual.

Sidha (kesempurnaan dalam laku), melalui penguasaan aksara dan maknanya.

Sidhi (kekuatan spiritual), hasil dari penjiwaan dan ketekunan menulis.

Kedep (penglihatan batin), buah dari keterhubungan penulis dengan sumber spiritual aksara tersebut.


---

4. Konteks Era AI:

Dalam era AI, banyak generasi muda tergoda oleh kepraktisan digital. Namun aksara Bali yang ditulis tangan mengandung prana, karma, dan rasa, yang tidak bisa digantikan oleh mesin. Oleh karena itu, pengajaran dan pelestarian laku nyurat aksara harus difokuskan pada pembentukan karakter spiritual, bukan sekadar keterampilan teknis.


---

5. Implementasi Strategis:

Untuk mengajegkan budaya nyurat di era AI, diperlukan:

Integrasi dalam pendidikan formal dan nonformal, sebagai bagian dari pendidikan karakter berbasis budaya.

Penggunaan teknologi untuk pendokumentasian, bukan penggantian makna spiritual aksara.

Pelatihan tapa-brata nyurat lontar kepada generasi muda sebagai bagian dari yoga literasi budaya.



---

6. Kutipan Tambahan Sloka Tentang Aksara:

Sanskerta:
नास्ति मूलमनौषधं नास्ति विद्याम् अकलं।
नास्ति वर्णमनग्राह्यं नास्ति देशोऽनपातकः॥

Transliterasi:
Nāsti mūlam anauṣadhaṁ nāsti vidyām akalaṁ,
nāsti varṇam anagrāhyaṁ nāsti deśo’napātakaḥ.

Makna:
“Tak ada akar tanpa khasiat, tak ada ilmu tanpa makna; tak ada aksara yang tak bisa diajarkan, dan tak ada negeri tanpa karma atau sejarah.”

---

7. Kesimpulan:

Nyurat aksara Bali di atas daun lontar merupakan warisan suci yang menggabungkan nilai-nilai tapa brata yoga samādhi dalam kehidupan nyata. Kegiatan ini menjadi sarana untuk membangun mandhi, sidha, sidhi, dan kedep, yang sangat relevan sebagai filter spiritual menghadapi derasnya gelombang digitalisasi. Melalui sinergi antara spiritualitas tradisional dan teknologi cerdas, aksara Bali tetap dapat hidup dan menyala sebagai suluh budaya yang tak lekang oleh zaman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar