Senin, 26 Mei 2025

Perspektif Etika Hindu dalam Pelantikan CPNS dan PPPK di Kabupaten Badung

“Pengukuhan ASN sebagai Abdi Negara dan Abdi Masyarakat: Perspektif Etika Hindu dalam Pelantikan CPNS dan PPPK di Kabupaten Badung”


Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
---

Abstrak

Pelantikan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) merupakan momentum penting dalam struktur birokrasi pemerintahan. Artikel ini mengkaji pelantikan 5.509 ASN oleh Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa pada 26 Mei 2025, dalam perspektif etika dan filosofi Hindu. Dengan pendekatan teks suci dan ajaran dharma, ASN sebagai aparatur negara dituntut memiliki kualitas satya (kebenaran), śīla (moralitas), dan karma yoga (pengabdian tanpa pamrih), demi mewujudkan pelayanan publik yang profesional, spiritual, dan berkarakter.
---

Pendahuluan

Dalam semangat reformasi birokrasi dan peningkatan pelayanan publik, kehadiran ASN (Aparatur Sipil Negara) memegang peranan krusial dalam pembangunan nasional dan daerah. Kabupaten Badung, sebagai jantung pariwisata internasional di Bali, menuntut ASN yang adaptif, loyal, dan berdharma. Pada Senin, 26 Mei 2025, Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa mengambil sumpah dan melantik:

587 orang CPNS

4.922 orang PPPK


di Lapangan Mangupraja Mandala, Puspem Badung. Momentum ini menjadi langkah strategis dalam penguatan ASN berbasis etika dan integritas.
---

Makna Pelantikan ASN dalam Perspektif Hindu

Dalam Hindu, sumpah jabatan adalah satya pratijñā—ikrar dalam kesadaran dharma, bukan sekadar formalitas administratif. ASN sebagai pelayan publik adalah manifestasi dari konsep seva (pelayanan) dalam karma yoga. Prinsip-prinsip dasar dalam pengabdian menurut Hindu adalah:

1. Satya – berkata dan bertindak benar

2. Ahimsa – tidak menyakiti rakyat dengan sikap dan keputusan

3. Tapas – disiplin pribadi

4. Dāna – memberi manfaat bagi masyarakat

5. Daya – memiliki welas asih terhadap sesama
---

Kutipan Sloka Hindu dan Relevansi ASN

1. Sloka dari Bhagavad Gītā III.19
Sanskerta:
tasmād asaktaḥ satataṁ kāryaṁ karma samācara
asakto hy ācaran karma param āpnoti pūruṣaḥ

Makna:
Karena itu, laksanakanlah kewajibanmu tanpa keterikatan, sebab orang yang bekerja tanpa pamrih mencapai Yang Tertinggi.

Relevansi:
ASN sebagai pelayan negara harus bertindak tanpa pamrih, menjadikan pengabdian sebagai jalan spiritual menuju kebajikan tertinggi.
---

2. Sloka dari Manusmṛti VII.31
Sanskerta:
rājā dharmeṇa dharmajñaḥ saṁrakṣet prajāḥ sadā
abhyutthāneṣu sarveṣu sveṣu kāryeṣu vartayet

Makna:
Seorang pemimpin yang memahami dharma hendaknya senantiasa melindungi rakyatnya dan melaksanakan segala tugasnya dengan penuh tanggung jawab.

Relevansi:
Bupati sebagai pemimpin daerah wajib mendasarkan seluruh kebijakan pada nilai dharma dan perlindungan rakyat.
---

3. Sloka dari Atharva Veda III.30.2
Sanskerta:
yathā rājā tathā prajāḥ

Makna:
Sebagaimana perilaku raja (pemimpin), demikianlah perilaku rakyatnya.

Relevansi:
Pemimpin memberi teladan integritas. Bupati Badung yang mengedepankan meritokrasi dan pelayanan publik memberi motivasi ASN untuk menjunjung profesionalisme dan etika.
---

Simbolisme Pakta Integritas dan Penandatanganan Perjanjian Kerja

Penandatanganan Pakta Integritas bukan hanya simbol administratif, tetapi vāk yajña (korban suci melalui ucapan), yang harus diteguhkan dalam perilaku nyata. Dalam Ṛgveda disebutkan:

Sloka Ṛgveda X.191.4
Sanskerta:
samánī va ākūtiḥ samánā hṛdayāni vah
samánam astu vo mano yathā vah susahásitiḥ

Makna:
Hendaknya tekadmu satu, hatimu satu, dan pikiranmu pun satu, sehingga tercipta kesatuan dan harmoni di antara kalian.

Relevansi:
ASN harus bersatu dalam visi dan rasa, mewujudkan pelayanan yang seragam dalam kebaikan, bukan sekadar rutinitas administratif.
---

Penutup

Pelantikan ASN di Kabupaten Badung tahun 2025 merupakan tonggak penting dalam pembangunan daerah berbasis etika dan pengabdian. Dalam perspektif Hindu, pelantikan ini menjadi perwujudan nyata dharma saṁsthāpana (penegakan kebenaran) melalui jalur karma yoga dan seva bhāva (sikap pelayanan). ASN hendaknya tidak hanya menjadi pekerja, tetapi pelayan rakyat yang suci dalam niat, tulus dalam tindakan, dan teguh dalam etika.

Sloka Penutup – Bhagavad Gītā XVIII.46:
Sanskerta:
yataḥ pravṛttir bhūtānāṁ yena sarvam idaṁ tatam
sva-karmaṇā tam abhyarcya siddhiṁ vindati mānavaḥ

Makna:
Dengan menyembah Tuhan melalui tugas yang menjadi bagiannya, manusia mencapai kesempurnaan.
---

Rahayu…
Śāntiḥ, Śāntiḥ, Śāntiḥ…



Tidak ada komentar:

Posting Komentar