Rabu, 21 Mei 2025

Runtutan Upacara Pengabenan Jala Agni Samyojana

“Runtutan Upacara Pengabenan Jala Agni Samyojana dalam Konsep Ngelanus sebagai Realisasi Pralina Atma menuju Dewa Pitara: Telaah Filosofis Hindu dan Kutipan Sloka Weda”


Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba. 

Abstrak:
Upacara pengabenan dalam ajaran Hindu Bali merupakan jalan suci menuju pembebasan roh (atma) dari keterikatan sekala ke niskala. Artikel ini mengkaji tahapan pengabenan dengan sistem Jala Agni Samyojana dalam konsep Ngelanus, mulai dari prosesi Layon Melelet hingga penglinggihan atma sebagai Dewa Pitara. Kajian ini disertai kutipan sloka Veda yang relevan, memperkuat spiritualitas dan filsafat di balik ritual.


Pendahuluan

Tradisi Hindu di Bali memandang kematian bukan sebagai akhir, tetapi sebagai proses kembali ke asal muasal (sangkan paraning dumadi). Dalam tradisi Jala Agni Samyojana, digunakan kombinasi elemen air dan api untuk menyucikan roh. Proses ini melibatkan tahapan detail dari dunia nyata menuju dunia spiritual melalui konsep Ngelanus.


Sloka Pendukung

Sanskerta: स देहो यत्र जातस्तु तत्रैव प्रतिभात्यग्निना च समायातः पवित्रं याति वै यथा।

Transliterasi: Sa deho yatra jātastu tatraiva pratibhātyagninā ca samāyātaḥ pavitraṁ yāti vai yathā.

Makna: “Tubuh yang lahir di tempat tertentu, kembali pula ke sana; melalui api ia disucikan menuju kesucian tertinggi.”

(Sumber: Atharva Veda 18.2.34)


Runtutan Upacara Jala Agni Samyojana - Konsep Ngelanus

  1. Layon Melelet
    Penyucian awal terhadap jenazah. Proses ini mencerminkan upaya pelepasan unsur sekala agar dapat diteruskan ke tahap spiritual.

  2. Caru Tuun Layon
    Bhuta Yadnya untuk menetralisir kekuatan butha kala agar perjalanan atma tidak terhalang unsur bhuta.

  3. Maperas
    Upacara pembersihan secara sakral yang melibatkan keluarga untuk menyucikan hubungan karma wasana antara roh dan kerabat.

  4. Mapegat
    Pemutusan hubungan duniawi antara roh dengan keluarga serta masyarakat banjar. Mengandung nilai spiritual melepaskan rasa keterikatan.

  5. Ke Setra
    Perjalanan membawa layon ke setra (kuburan) sebagai simbol penyatuan dengan unsur Pertiwi.

  6. Mapendem
    Penguburan sebagai proses pengendapan unsur bhuta dalam tanah menunggu waktu upacara besar.

  7. Ngendagin
    Membangkitkan kembali sekah roh dari kubur untuk diproses ke tahap selanjutnya.

  8. Ngelinggihang ring Adegan
    Penempatan roh secara simbolik di adegan (tempat suci rumah) sebagai transit menuju pelepasan.

  9. Ngabenang/Membakar Adegan
    Membakar simbolik di adegan untuk menyempurnakan proses lepasnya atma dari keduniawian.

  10. Ngereka
    Menggambar atau membuat simbol manusia dari abu adegan, sebagai representasi sakral sang roh.

  11. Ngadegang Puspa Sukutunggal
    Memasukan abu adegan,sebagai representasi roh ke dalam bungkak nyuh gading yang dihias bentuk bunga (puspa suku tunggal/bambu bagian atasnya berbentuk segitiga dengan satu batang) sebagai manifestasi ruh yang disucikan.

  12. Nganyut Abu Pengabenan (pada puspa suku tunggal) 
    Melarung abu ke laut atau sungai, simbol penyatuan dengan alam semesta (akasha).

  13. Ngulapin
    Memanggil roh kembali secara spiritual dengan rantasan dan canang untuk dilanjutkan proses nyekah.

  14. Ngangget Don Bingin
    Mengambil daun beringin sebagai simbol perlindungan dan penyatuan dengan energi alam.

  15. Ngajum Sekah (Nyekah)
    Upacara utama untuk menyempurnakan atma sebagai pitara yang layak disembah.

  16. Pralina
    Peleburan segala unsur simbolik menuju kehampaan (sunyata), kembali ke asal spiritual.

  17. Nganyud Abu Sekah
    Melarung kembali abu sekah atau simbol yang telah disucikan.

  18. Ngangkid Ngadegang Tapakan Lingga
    Menegakkan simbol tapakan (lingga) sebagai tempat pemujaan roh yang telah menjadi pitara.

  19. Nyegara-Gunung
    Perjalanan spiritual ke laut dan gunung, simbol purusa-prakriti, penyatuan roh dengan alam.

  20. Nangkilang Desa, Dalem, Puseh
    Menghaturkan permohonan dan pamitan secara niskala pada penjaga desa dan pura utama.

  21. Nilapati (Di ajeng Kemulan) 
    Penyucian terakhir sebelum penglinggihan final di sanggah kemulan atau merajan.

  22. Ngelinggihang Dewa Pitara - Dewa Hyang - Raja Dewata
    Proses penglinggihan roh sebagai Dewa Pitara (roh suci leluhur), Dewa Hyang (roh suci penjaga), dan Raja Dewata (roh agung).


Penutup

Setiap tahapan pengabenan dalam sistem Jala Agni Samyojana pada konsep Ngelanus merupakan refleksi spiritual ajaran Hindu yang mengajarkan pelepasan, penyucian, dan pengembalian roh ke Brahman. Nilai-nilai kearifan lokal dan kutipan sloka Weda memperkuat landasan teologis bahwa roh bukan lenyap, tetapi bertransformasi menjadi kekuatan suci yang layak dipuja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar