Selasa, 13 Mei 2025

Skripsi Nabe Siksa

“Bhisama Nabe Siksa Kapurusan dalam Garis Parampara Griya Agung Bangkasa: Telaah Teologis dan Transformasi Nilai-nilai Kepanditaan di Era Globalisasi”
---
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Upacara Bhisama Nabe Siksa Kapurusan merupakan warisan luhur dalam sistem parampara (garis perguruan) yang dijaga secara ketat di lingkungan Griya Agung Bangkasa. Tradisi ini bukan sekadar seremoni spiritual, melainkan merupakan bentuk institusi pendidikan sakral yang melahirkan pandita mumpuni. Dalam konteks globalisasi, perlu ditelaah bagaimana transformasi nilai ini tetap dijaga tanpa kehilangan esensinya.
1.2 Rumusan Masalah

Apa makna teologis dari Bhisama Nabe Siksa Kapurusan dalam Griya Agung Bangkasa?

Bagaimana garis parampara berperan dalam menjaga kontinuitas ajaran kepanditaan?

Apa tantangan dan strategi pelestarian bhisama nabe di era globalisasi?


1.3 Tujuan Penelitian

Mengungkap makna teologis dan filosofis dari bhisama nabe.

Menelaah struktur dan fungsi parampara Griya Agung Bangkasa.

Memberikan rekomendasi strategis pelestarian nilai spiritual Hindu Bali.
---

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teologi Hindu
Mengacu pada ajaran Brahmavidya, Sadvidya, dan Upanayana sebagai landasan spiritualitas kepanditaan.

2.2 Penelitian Terdahulu
Mengkaji karya seperti "Parampara dan Pewarisan Spiritualitas Hindu Bali" (Sukarma, 2019) dan lontar-lontar seperti Siwa Tattwa Purana, Jñāna Siddhānta, dan Kakawin Dharmaśūnya.
---

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian: Kualitatif-deskriptif dengan pendekatan teologi kontekstual.
3.2 Sumber Data:

Data primer: Wawancara dengan sulinggih, nabe, dan sisya Griya Agung Bangkasa.

Data sekunder: Lontar, teks-teks suci, dan arsip Griya.
3.3 Teknik Analisis: Interpretasi hermeneutik dan triangulasi data.
---

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Makna Bhisama Nabe dalam Tradisi Griya Agung Bangkasa
Merujuk pada sloka Manusmṛti 2.87:

> ācāryaṃ mātr̥-pitṛbhyāṃ ca, nātivarteta kaścana
Teṣāṃ hi traya eva, svargam āpnoti satatam

“Jangan pernah melampaui ajaran guru, ibu, dan ayah, karena mereka adalah tiga pintu menuju sorga.”


Bhisama dalam konteks ini adalah śāstra-śikṣā yang diwariskan dalam bentuk niti, sadācāra, dan sikṣā.

4.2 Struktur Parampara: Lintasan Waris Spiritual
Dari Ida Rsi Bhagawan Bangkasa hingga sulinggih masa kini, ada garis perguruan guru-sisya yang diteguhkan lewat diksa dan bhisama sang Nabe.

4.3 Transformasi dan Tantangan di Era Globalisasi
Nilai-nilai seperti tattva śraddha, guru bhakti, dan brahmacarya mulai diuji oleh tantangan zaman seperti sekularisme, pragmatisme, dan digitalisasi nilai. Namun Griya Agung Bangkasa merespons dengan pelatihan spiritual berbasis ashram dan media digital.
---

BAB V: PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Bhisama Nabe Siksa Kapurusan adalah komitmen spiritual seorang guru kepada sisya dalam menjaga integritas nilai kepanditaan.

Parampara adalah jantung keberlangsungan ajaran.

Transformasi perlu disertai pemahaman mendalam dan kontekstualisasi ajaran suci.


5.2 Saran

Perlu dibangun pusat dokumentasi parampara dan bhisama.

Pemerintah dan lembaga pendidikan keagamaan Hindu didorong untuk mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam kurikulum teologi.
---

DAFTAR PUSTAKA

Manu Smrti

Siwa Tattwa Purana

Lontar Siwa Nirmala

Sukarma, I.B. (2019). Parampara dan Pendidikan Spiritual Hindu.

Titib, I Made. (2004). Teologi dan Filosofi Agama Hindu.

Wiana, I Made. (2010). Upacara Dwijati dan Pendidikan Kepanditaan Hindu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar