Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba “Sang Mpu Raga”: Pelopor dan Pencetus Awal di Balik Kemegahan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
1. Pendahuluan
Pulau Bali tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena warisan spiritual dan kebudayaan leluhur yang kuat. Di antara banyak tokoh spiritual yang telah mewarnai perjalanan sejarah Bali, nama Ida Sinuhun Siwa Putra, yang dikenal juga sebagai Sang Mpu Raga, memiliki tempat khusus. Beliau dikenal sebagai pelopor dan pencetus awal dari kemegahan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek, yang terletak di Pundukdawa, Klungkung. Tempat suci ini menjadi salah satu pusat pemujaan penting bagi umat Hindu, khususnya warga Pasek, sebagai tempat pemujaan terhadap Ida Bhatara Mpu Gana.
---
2. Latar Sejarah dan Spiritual Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba
Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dipercaya sebagai seorang sulinggih atau resi dari Griya Agung Bangkasa, Jalan Tangsub No.4, Banjar Pengembungan, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung - Bali. Beliau merupakan keturunan ke 8 dari Brahmana Siwa "Sang Wiku Rakawi (Dalang Tangsub)" yang sangat sakti memiliki pengetahuan spiritual tinggi. Gelar "Siwa Putra" menunjukkan hubungan spiritual beliau dengan Dewa Siwa, sang Mahadewa pelebur dan pemberi transformasi. Beliau juga dijuluki Sang Mpu Raga, karena penguasaannya atas tattwa tubuh dan roh (raga dan atma), hingga mampu menyatukan prinsip-prinsip spiritual Siwaisme dengan landasan dharma lokal di Pundukdawa.
Dalam perjalanan spiritualnya, Ida Sinuhun menerima wahyu untuk membangun sebuah tempat suci agung di kawasan Pundukdawa, sebuah wilayah yang diyakini memiliki kekuatan geomantik tinggi (kaja kangin Bali). Dari sinilah cikal bakal Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek bermula.
---
3. Pencetusan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek
Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba memprakarsai pembangunan pura ini tidak hanya sebagai tempat pemujaan semata, melainkan sebagai pusat spiritual yang menyatukan empat pilar utama spiritualitas warga Pasek, yakni:
Catur Parhyangan: Mengacu pada empat titik pemujaan utama dari leluhur Pasek (Mpu Gnijaya, Mpu Semeru, Mpu Baradah, Mpu Kuturan dan Mpu Gana).
Ratu Pasek: Sebutan bagi tokoh-tokoh leluhur spiritual warga Pasek, yang dijadikan simbol kekuatan dan perlindungan.
Dengan landasan dharma, beliau merancang tata pura secara sakral, menggabungkan unsur Siwaistik dan Bhuwana Alit–Bhuwana Agung. Pura ini ditata dengan struktur yang mencerminkan perjalanan spiritual dari nista (rendah) menuju utama (tinggi) sebagai simbol moksha atau pelepasan.
---
4. Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa
Pusat paling sakral di Pura Panataran ini adalah linggih Ida Bhatara Mpu Gana, yang diyakini sebagai penitisan atau perwujudan spiritual dari Mpu Gana, salah satu dari Panca Tirtha Mpu yang membawa agama Hindu ke Bali pada abad ke-10 M.
Ida Bhatara Mpu Gana diyakini hadir secara niskala (tak kasat mata) di Pundukdawa untuk memberi tuntunan spiritual bagi keturunannya, khususnya Warga Pasek. Linggih beliau menjadi poros utama pemujaan yang menghubungkan dimensi niskala dengan sakala, serta menjadi tempat mohon tuntunan, pelindung dharma, dan kesucian jiwa.
---
5. Ajaran dan Nilai Spiritual Sang Mpu Raga
Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba menekankan ajaran tattwa Siwa, yakni:
> “Ātmānam rathinam viddhi, sharīram ratham eva ca; buddhim tu sārathim viddhi, manaḥ pragraham eva ca.”
(Katha Upanishad 1.3.3)
“Ketahuilah atma sebagai penunggang kereta, tubuh sebagai kereta, intelek sebagai kusir, dan pikiran sebagai tali kendalinya.”
Ajaran ini menjadi dasar ajaran beliau bahwa setiap insan harus mengendalikan pikiran dan tubuh untuk mencapai penyatuan dengan Atma dan Siwa (moksha).
---
6. Warisan dan Pengaruh
Jejak spiritual Ida Sinuhun Paramadaksa Manuaba masih terasa kuat di Pundukdawa. Setiap piodalan, ribuan umat datang memuja, dan memohon tuntunan hidup. Pengaruhnya meluas tidak hanya di Bali, tetapi juga di seluruh nusantara melalui diaspora Warga Pasek. Pura ini kini juga menjadi pusat penyatuan spiritualitas dan kebhinekaan karena dikunjungi oleh berbagai kalangan pemeluk Hindu dari berbagai wangsa.
---
7. Penutup
Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, Sang Mpu Raga, bukan hanya tokoh sejarah, melainkan simbol kebangkitan spiritual Bali. Melalui Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek, beliau meninggalkan warisan luhur yang tak ternilai. Keberadaan Pura di Pundukdawa sebagai tempat suci Ida Bhatara Mpu Gana merupakan manifestasi nyata dari hasil dharma dan kesadaran spiritual tinggi yang ditanamkan oleh beliau.
Semangat beliau menjadi teladan bahwa kemegahan bukan hanya terlihat dalam arsitektur fisik, tetapi dalam kedalaman spiritualitas, kesucian niat, dan ketulusan bhakti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar