Kamis, 08 Mei 2025

Ketidak Kekalan

Menyadari Ketidakkekalan: Keberangkatan, Kehilangan, dan Kebijaksanaan dalam Perspektif Hindu
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Pendahuluan

Kehidupan adalah perjalanan yang penuh dinamika. Dalam kebersamaan, kita merasakan kehangatan dan cinta, namun tak jarang waktu mengajarkan kita arti kehilangan. Ungkapan yang tertulis dalam gambar tersebut—"Tidak ada kebersamaan yang abadi. Satu persatu akan pamit pada saatnya nanti. Hargailah kebersamaan sebelum waktu mengajarkan arti kehilangan"—merupakan refleksi mendalam akan hukum ketidakkekalan dalam hidup.

Spiritualitas Hindu mengajarkan bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah anitya—tidak kekal. Kesadaran ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk membangkitkan penghargaan terhadap momen yang ada, dan sebagai jembatan menuju kebijaksanaan yang lebih tinggi.


---

Sloka Hindu tentang Ketidakkekalan

1. Bhagavad Gita 2.13
संस्काराः सुखदुःखानां च गतयः नित्याः।
Transliterasi: dehino ’smin yathā dehe kaumāraṃ yauvanaṃ jarā, tathā dehāntara-prāptir dhīras tatra na muhyati
Makna: Seperti halnya jiwa berkelana melalui masa kanak-kanak, remaja, dan tua dalam tubuh ini, demikian pula ia berpindah ke tubuh lain setelah kematian. Orang bijaksana tidak bingung oleh hal ini.

Sloka ini mengajarkan bahwa perpindahan, perubahan, dan perpisahan adalah bagian alami dari eksistensi. Maka, kepergian atau pamit bukanlah akhir, melainkan kelanjutan dari perjalanan jiwa.


---

2. Kathopanishad 2.18
अशरीरं शारीरेष्वनवस्थेष्ववस्थितम्।
Transliterasi: aśarīraṃ śarīreṣv anavasthēṣv avasthitam
Makna: Yang tanpa tubuh menetap dalam tubuh-tubuh yang tidak kekal.

Upanishad ini mengajarkan bahwa kesadaran sejati, yakni Atman, tetap ada meski tubuh-tubuh datang dan pergi. Ini menjadi pengingat bahwa dalam setiap perpisahan, terdapat keabadian jiwa yang terus berproses.


---

Makna Filosofis: Hargai Kebersamaan, Peluk Ketidakkekalan

Dalam filsafat Hindu, hidup tidak diukur dari berapa lama kita bersama, tetapi dari seberapa dalam kita menghargai setiap momen. Kebersamaan adalah anugerah yang tidak selalu hadir dalam jangka waktu lama. Dengan memahami bahwa semuanya bersifat sementara, kita tidak akan menyesal ketika kehilangan datang—karena kita telah hidup penuh dalam momen tersebut.

Sloka Pendukung:

Mahabharata, Udyoga Parva 34.7
कालः पचति भूतानि सर्वाणि च चराचरम्।
Transliterasi: kālaḥ pacati bhūtāni sarvāṇi ca carācaram
Makna: Waktu memasak semua makhluk, yang bergerak maupun yang diam.

Kita semua berada dalam ketentuan waktu. Maka, mengisi waktu dengan kebajikan (sebagaimana tertulis dalam gambar: “Kebajikan (De 德)”) adalah bentuk hidup yang penuh makna dan warisan spiritual.


---

Penutup

Ketidakkekalan bukanlah kutukan, melainkan kebijaksanaan. Ia mengajarkan kita untuk tidak menunda kasih sayang, tidak menunda syukur, dan untuk hidup dalam kesadaran bahwa segala yang datang pasti akan pergi. Dalam momen sederhana seperti secangkir kopi dan sapaan pagi “Om Swastyastu, Selamat pagi”, tersimpan kesadaran luhur: untuk menyambut setiap hari dengan rasa syukur, dan untuk melepas dengan ikhlas apa pun yang telah pergi.

Om Shanti Shanti Shanti Om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar