Bayuh Tampel Bolong (Utamaning Bebayuhan): Ruwatan Sukma dan Kahuripan dalam Tradisi Hindu Bali
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
1. Pendahuluan
Dalam ajaran Hindu Bali, kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh kekuatan sekala (nyata) dan niskala (gaib). Salah satu upacara penting yang bertujuan untuk membersihkan, menyucikan, dan memperkuat energi diri secara spiritual adalah Bayuh Tampel Bolong, khususnya varian tingginya yang disebut Bayuh Tampel Bolong atau Utamaning Bebayuhan. Upacara ini bersifat pangruwat kahuripan, yakni untuk membebaskan diri dari pengaruh buruk (leteh) dan membuka jalan terang kehidupan.
---
2. Tujuan dan Makna Spiritual
Bayuh Tampel Bolong adalah ritual ruwatan agung yang dipilih bila seseorang dirasa memiliki karma wasana berat, pengaruh astrologi negatif (wariga leteh), atau mengalami keterikatan spiritual yang menghambat kelancaran hidup, kesehatan, dan rejeki serta kelahiran melik.
Pangruwat berasal dari kata "ruwat" yang berarti pelepasan atau pemurnian. Dengan upacara ini, umat mohon anugerah “sudhi atma”, pembersihan roh, serta memohon keharmonisan dengan kekuatan Bhuwana Alit dan Bhuwana Agung.
---
3. Landasan Sloka Hindu
Upacara ini berpijak pada nilai-nilai Weda dan tattwa Siwa. Salah satu sloka yang menjadi dasar spiritual pangruwatan:
> “Sarva pāpa prasamanam, śāntim āyuṣya vardhanam; graha pīḍā vināśāya, homaḥ śāntikaraḥ smṛtaḥ.”
(Atharva Veda, X.1.32)
“Segala bentuk dosa akan dilebur, kedamaian dan umur akan diperpanjang; segala penderitaan akibat pengaruh graha (planet/nakshatra) akan dihancurkan melalui homa (yadnya).”
Sloka ini memperkuat makna bahwa melalui yadnya (upacara), seseorang dapat mengharmoniskan karma dan menghindari penderitaan dari pengaruh niskala.
---
4. Unsur Upacara dan Simbolisme Bebantenan Tebasan Tampel Bolong
Upacara Bayuh Tampel Bolong utamanya dilaksanakan berdasarkan banten utama (bebanten agung), yang mengandung simbol-simbol kosmik dan tattwa. Berikut unsur pentingnya:
A. Dulang: Simbol Gunung Mahameru, pusat energi spiritual.
B. Aled Sesayut: Alas dari banten, simbol Bhumi (bumi) sebagai dasar kehidupan.
C. Dagingin nasi biru (kanan), nasi kuning (kiri) dan maulam bekasem (tengah): Nasi biru melambangkan kekuatan Wisnu sebagai penjaga kehidupan. Nasi kuning sebagai lambang Siwa dan kemuliaan jiwa.
D. Gagemolan sekar cempaka ring tengah: Cempaka sebagai simbol kesucian pikiran dan niat, bunga yang disukai para dewata.
E. Sesanganan lan raka-raka sejangkep: Lambang keseimbangan purusa-pradana (maskulin-feminin), lengkap sebagai simbol kehidupan yang utuh.
F. Penyeneng alit 1 lan pras alit 1: Sebagai media persembahan jiwa dan roh agar tenteram.
G. Sampyan Nagasari: Simbol kekuatan naga sebagai penjaga bawah sadar dan bumi.
H. Canang Pahyasan tatebus biru lan kuning: Simbol penyelarasan warna hidup dan karma, biru untuk ketenangan, kuning untuk kejernihan spiritual.
Makna Teologi Taluh Pekasem dalam Tebasan Bayuh Tampel Bolong sangat kaya akan simbolisme spiritual dan filosofi Hindu Bali. Taluh pekasem bukan hanya bahan fisik, melainkan mengandung nilai teologis, kosmologis, dan psikologis religius yang sangat mendalam, khususnya dalam konteks pangruwat kahuripan (penyucian dan pelepasan kekuatan negatif).
---
1. Pengertian dan Posisi dalam Upacara
Taluh pekasem adalah telur yang diasamkan atau difermentasi dalam larutan khusus, biasanya mengandung unsur asam-asaman alami seperti asam, garam, dan rempah spiritual. Dalam Bayuh Tampel Bolong, taluh pekasem termasuk sarana utama tebasan, khususnya dalam aspek nuntun atma dan manipulasi kekuatan bhuta kala.
---
2. Makna Teologis: Penjelmaan Unsur Kehidupan dan Dosa
Dalam teologi Siwaistik Bali, telur (taluh) adalah simbol dari cikal bakal kehidupan (bijaksara) atau Brahmanda – telur kosmis, asal mula semesta.
Namun saat telur itu menjadi pekasem (direndam dan diawetkan secara spiritual), ia melambangkan:
Karma wasana: Akumulasi energi dan dosa yang sudah "mengendap" atau “meresap” dalam jiwa.
Letahing urip: Sisa-sisa kotoran niskala (kesadaran yang ternoda).
Rasa raga: Gabungan antara rasa (perasaan/batin) dan raga (tubuh fisik) yang belum bersih.
Dengan menyimbolkan karma negatif, taluh pekasem menjadi media transformatif, tempat di mana bhuta leteh bisa "ditarik", "dipindahkan", dan "diikat" untuk kemudian dilepaskan dalam prosesi pelepekan atau pakelem.
---
3. Kosmologi: Hubungan Taluh Pekasem dengan Bhuta Kala
Menurut Lontar Wariga dan Tutur Aji Sangkya, taluh pekasem diyakini sebagai daya serap energi kasar (tamasika) yang disenangi oleh bhuta kala (makhluk energi rendah). Maka:
Dalam tebasan Bayuh Tapel Bolong, taluh pekasem diletakkan di titik-titik yang menyerap aura buruk (biasanya bersama tetabuhan dan rerajahan).
Taluh ini menjadi semacam “umpan spiritual”, tempat energi negatif terkondensasi.
Setelah prosesi selesai, taluh ini tidak boleh dikonsumsi, dan harus dilepaskan ke tempat yang jauh (tukad, kuburan, atau segara) sebagai simbol pelepasan energi negatif ke alam Bhur Loka.
---
4. Psikologis Religius: Taluh Pekasem sebagai Wadah Pembersihan Batin
Dalam pemahaman psikospiritual, taluh pekasem menggambarkan:
Penderitaan dan dendam batin yang telah lama tertanam (kaya akan "rasa asam").
Dengan “ditetabusi” dan “dipersembahkan”, umat melepas rasa itu, membiarkan Tuhan dan alam menyerap serta menetralkannya.
Taluh Pekasem dalam Bayuh Tapel Bolong adalah sarana puncak dari pemindahan leteh niskala (kegelapan spiritual) yang tertanam dalam tubuh, batin, dan karma seseorang. Ia melambangkan kesadaran akan keberadaan dosa, pengakuan terhadapnya, dan kerelaan untuk dilepaskan dan disucikan lewat kekuatan Siwa, Bhuta Kala, dan alam semesta.
> Sloka Pendukung:
“Papam me pāpavatām praśamam kuru me prabho.”
"Wahai Tuhan, redakanlah dosaku dan dosa para pendosa, tenangkanlah mereka melalui anugerah-Mu."
Semua unsur ini dirancang sebagai media pemanggil kekuatan suci (nawa dewata) untuk membersihkan kotoran niskala yang mengganggu keseimbangan hidup seseorang.
---
5. Proses dan Rangkaian Ritual
Upacara ini biasanya dilakukan oleh seorang Sulinggih atau Pemangku utama, dan terdiri dari beberapa tahapan:
Melukat: Penyucian lahir dan batin dengan air suci.
Pangruwatan, sarana Kwangen+dupa 5 batang+pipil (nama & otonan) : Pelepasan pengaruh leteh dan “pengawak” negatif.
Penguripan: Penguatan kembali unsur pancamahabhuta dalam tubuh.
Pakelem/Pebayuhan: Persembahan ke laut atau danau bila diperlukan, sebagai bentuk pelepasan beban ke alam.
---
Berikut adalah puja mantra Bayuh Tapel Bolong lengkap dalam konteks pangruwat kahuripan (penyucian dan pelepasan leteh/kegelapan niskala):
Puja Mantra Bayuh Tapel Bolong (Pangruwat Kahuripan)
1. Om namaḥ śivāya rudrāya namo'stu tejase namaḥ।
Terjemahan:
Sembah sujud kepada Dewa Siwa, Sang Rudra, penghancur leteh dan pelindung atma. Terpujilah pancaran sinar kesucian-Mu.
2. Apavitraḥ pavitro vā sarvāvasthāṁ gato'pi vā।
Terjemahan:
Baik dalam keadaan suci maupun tidak suci, dalam segala kondisi hidup—Engkaulah sumber penyucian sejati.
3. Yaḥ smaret puṇḍarīkākṣaṁ sa bāhyābhyantaraḥ śuciḥ।
Terjemahan:
Barang siapa mengingat Tuhan bermata teratai, maka dalam dan luar dirinya menjadi suci.
4. Om kṣamasva mama pāpāni janmāntarakṛtāni ca।
Terjemahan:
Ya Tuhan, mohon ampunilah segala dosa-dosaku, bahkan dari kelahiran yang lampau.
5. Om sarvagrahadoṣavināśanāya namaḥ।
Terjemahan:
Sembah sujud kepada-Mu yang menghancurkan segala pengaruh buruk planet/graha.
6. Om namo bhagavate rudrāya kālarūpāya namaḥ।
Terjemahan:
Sembah kepada Tuhan dalam wujud Rudra, Sang Waktu, yang membakar kegelapan jiwa.
7. Om tryambakaṁ yajāmahe sugandhiṁ puṣṭivardhanam।
Terjemahan:
Kami memuja Tuhan bermata tiga, harum dan memelihara kehidupan.
8. Urvārukamiva bandhanān mṛtyor mukṣīya mā'mṛtāt।
Terjemahan:
Lepaskan aku dari ikatan maut sebagaimana labu terlepas dari tangkainya, agar aku mencapai keabadian (moksha).
9. Om śāntiḥ śāntiḥ śāntiḥ।
Terjemahan:
Semoga damai—di dalam diri, di sekitar, dan di alam semesta.
Catatan Pemakaian:
Mantra ini digunakan saat prosesi Bayuh Tapel Bolong, khususnya saat sesi pangruwat, pemujaan kepada Dewa Rudra/Siwa, atau ketika menyatukan sarwa banten. Dapat pula dilantunkan saat melukat sebelum dan sesudah upacara sebagai penguat spiritual dan pembuka jalan karma baik.
Berikut adalah puja mantra yang dapat digunakan untuk Bayuh Tapel Bolong atau upacara pangruwat kahuripan. Mantra ini bersifat permohonan penyucian diri, pemotongan karma wasana, dan penguatan spiritual melalui kekuatan Siwa, Rudra, dan para Dewa penjaga arah mata angin (Dikpala).
---
Puja Mantra Ruwatan Agung (Puja Siwa–Rudra untuk Bayuh Tapel Bolong)
1. Om namaḥ śivāya pañcavaktrāya mahādevāya trilocanāya।
Sembah sujud kepada Siwa, berwajah lima, Mahadeva, bermata tiga.
---
2. sadāśivāya śuddhasvarūpāya, kālakālāya namo namaḥ।
Kepada Sadāśiva yang wujudnya suci, kepada penguasa waktu dari segala waktu, kami bersujud.
---
3. bhūtapretapiśācādīn sarvān dūraṁ praṇāśaya।
Singkirkan dan musnahkan semua bhuta, preta, dan piśāca (roh pengganggu).
---
4. sarvagrahavināśāya sarvadoṣanivāraṇam।
Hancurkan seluruh pengaruh buruk planet dan bersihkan segala cela/karma buruk.
---
5. rudrāya rudramūrtaye, namo'stu te namo namaḥ।
Kepada-Mu wahai Rudra, dalam wujud penghancur leteh, sembah puji dan sujud kami.
---
6.
मातृकायै च शक्त्यै च, क्षमस्व मम पातकं।
mātṛkāyai ca śaktyai ca, kṣamasva mama pātakaṁ।
Wahai Ibu Ilahi dan Sakti, ampunilah segala dosa dan kesalahan hamba.
---
7. āyurārogyamaiśvaryaṁ, buddhiṁ śraddhāṁ ca dehi me।
Berikan aku umur panjang, kesehatan, kemuliaan, kecerdasan, dan keyakinan yang teguh.
---
8. ahaṁ tvāṁ śaraṇaṁ yāmi, muktikāmo janārdana।
Aku berlindung pada-Mu, wahai Tuhan, mohon anugerah pembebasan sejati.
---
9. karmavandhavināśāya, ātmaśuddhiṁ prayaccha me।
Berikan aku pelepasan dari belenggu karma dan sucikan jiwaku.
---
10. Om namo bhagavate sarvavyāpine śivarūpiṇe।
Sembah kepada Tuhan yang meresapi segalanya dalam wujud Siwa.
---
11. Om śāntiḥ śāntiḥ śāntiḥ।
Semoga damai di dalam, damai di sekitar, dan damai di alam semesta.
---
Kegunaan dan Pemakaian
Mantra ini dapat digunakan oleh Sulinggih, Pemangku, atau bahkan secara pribadi (dengan bimbingan rohani), dalam prosesi:
Bayuh Tapel Bolong
Melukat Agung
Pangruwatan
Pembersihan energi negatif dari kelahiran atau karma warisan
Bisa juga dilantunkan saat mediasi pribadi untuk penyucian diri dan permohonan transformasi spiritual.
6. Penutup: Makna dan Aktualisasi
Upacara Bayuh Tampel Bolong adalah bentuk nyata kasih sayang Tuhan melalui sarana yadnya. Ini bukan hanya tradisi, melainkan bentuk spiritual healing yang menyatukan tubuh, pikiran, dan roh dengan alam semesta. Dalam dunia modern yang penuh tekanan, pangruwat kahuripan menjadi jembatan menuju keseimbangan, harmoni, dan anugerah hidup.
> Sloka tambahan:
“Śuddhantahkaraṇaḥ satyam, jñānaṃ mokṣaḥ sanātanaḥ.”
“Pikiran yang disucikan akan membawa pada kebenaran, pengetahuan, dan kebebasan abadi (moksha).”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar