“Iki Panelasaning Suaran Tastre Waya Keramanie”: Telaah Filsafat Suara Suci dan Penyatuan Spiritualitas Hindu-Bali dalam Perspektif Pendidikan Agama Hindu
Oleh:
I Putu Gede Kanha Manu Aditya
Abstrak
Tulisan ini mengkaji teks tradisional Bali mengenai panelasaning suaran tastre—struktur suara sakral yang dipahami sebagai tangga spiritual menuju penyucian diri dan penyatuan dengan Sang Hyang Widhi. Dalam ajaran Hindu-Bali, suara bukan hanya getaran fonetik, melainkan kekuatan metafisik yang menjadi penghubung antara manusia dan alam semesta. Dengan pendekatan hermeneutik dan interpretatif terhadap teks, artikel ini menyingkap makna spiritual, etika kematian, serta pembebasan melalui laku mantra dan pengendalian suara suci.
---
Pendahuluan
Dalam tradisi Hindu-Bali, suara suci (nada brahma) diyakini sebagai asal mula ciptaan. Teks yang dimulai dengan frasa “Iki panelasaning suaran tastre...” merinci struktur lapis suara dari tunggal hingga dasa eka (11), menggambarkan tingkat-tingkat evolusi spiritual, dari pengenalan diri sebagai "Ye" hingga mantra penghabisan yang membakar ikatan duniawi.
---
Pembahasan
1. Struktur Suara Sebagai Tangga Spiritual
Teks menyebutkan 11 tingkat suara:
Tunggal (1): Ye
Dwi (2): Ang-Ah
Ciri (3): Ang-Ung-Mang
Catur (4): A-I-Sa-Ba
... hingga
Dasa Eka (11): Ung Se-ba-ta-he-i-na-ma-si-wa-ya
Setiap tingkatan mencerminkan pembersihan aspek-aspek batin dan tubuh. Teks ini sejalan dengan konsep cakra dalam Tantra Hindu, di mana suara menjadi alat pembangkitan energi spiritual.
> Sloka Sanskerta:
Nādaṁ binduṁ kalāṁ caiva, māyām tattvāni pañca ca
Transliterasi:
Nādaṁ binduṁ kalām caiva, māyām tattvāni pañca ca
Makna:
Suara suci (nada), titik kesadaran (bindu), kekuatan (kalā), serta unsur maya dan lima elemen merupakan dasar penciptaan.
2. Suara sebagai Jalan Moksha dan Penyucian Diri
Teks memberikan peringatan terhadap penyalahgunaan suara suci. Praktik spiritual menuntut pengendalian penuh atas suara (japa, nyanyian suci, dan mantra) sebagai wujud pengabdian kepada Sang Hyang Surya. Yang menyimpang dari ajaran ini akan kehilangan kesempatan lahir kembali sebagai manusia dan menghadapi neraka (nemu neraka, jahtah semat).
3. Mantra Geni Astre dan Filosofi Kematian
Mantra yang berbunyi:
> Ang-bang geni astre murub kadi kale rupe...
Menggambarkan kekuatan suara sebagai api penghancur maya (tipuan dunia). Penyucian melalui geni astri (api mantra) adalah proses akhir pengembalian jiwa (atman) kepada asalnya—sang hyang sare samuscaye (sumber agung).
---
Kesimpulan
Teks panelasaning suaran tastre adalah sistem spiritual mendalam dalam tradisi Hindu-Bali. Melalui pengendalian suara suci, manusia menapaki jalan dharma, menyucikan diri, dan kembali kepada Sang Sumber. Pendidikan Agama Hindu harus mampu mengangkat warisan ini dalam pembelajaran modern, membentuk peserta didik yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga sadar spiritual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar