Jumat, 09 Mei 2025

STRATIFIKASI LELUHUR DALAM KONSEP CATUR DASA DEWA PITARA

STRATIFIKASI LELUHUR DALAM KONSEP CATUR DASA DEWA PITARA:

STUDI SPIRITUALITAS HINDU BALI BERDASARKAN NASKAH TRADISIONAL DAN SLOKA WEDA

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Abstrak

Konsep Catur Dasa Dewa Pitara mencerminkan pemahaman mendalam masyarakat Hindu Bali mengenai keberadaan leluhur dalam empat belas tingkatan spiritual yang sakral. Sistem ini menjadi dasar dalam pemujaan Dewa Pitara, menunjukkan kesinambungan antara dunia fisik dan alam niskala. Artikel ini mengeksplorasi struktur hierarkis leluhur mulai dari Yayah hingga Prajapati, dikaitkan dengan ajaran suci dalam sloka Weda dan kitab Smerti.


---

Pendahuluan

Dalam tradisi Hindu Bali, leluhur tidak sekadar dikenang, tetapi ditempatkan dalam sistem spiritual yang tersusun rapi dalam empat belas tingkatan yang disebut Catur Dasa Dewa Pitara. Istilah ini merujuk pada transformasi roh leluhur menuju kesucian tertinggi (Prajapati), melalui tahapan-tahapan yang menunjukkan tingkat kesadaran spiritual.


---

Tinjauan Teoretis dan Kontekstual

Konsep Pitara berasal dari akar kata Pitr, yang dalam tradisi Weda berarti leluhur yang telah meninggal dan menjadi penghuni alam Pitrloka. Mereka tidak hanya dihormati, tetapi secara aktif dijaga melalui upacara seperti pitṛ yajña, sraddha, dan ngaben.


---

Struktur Tingkatan Catur Dasa Dewa Pitara

1. Yayah


2. Kakek


3. Kumpi


4. Buyut


5. Kelab


6. Kelambyung


7. Krepek


8. Canggah


9. Bungkar


10. Wareng


11. Kelewaran


12. Klabkab


13. Kawitan


14. Prajapati



Setiap tingkatan ini merepresentasikan tidak hanya kedekatan genealogis, tetapi juga tingkatan spiritual menuju pencapaian moksha melalui penyucian berjenjang dari roh leluhur.


---

Landasan Sloka Hindu

Konsep ini sejalan dengan ajaran dalam Manava Dharmasastra dan Rgveda, di mana pemujaan kepada leluhur menjadi kewajiban spiritual anak-anak dan keturunannya:

Sloka Sanskerta:

पितॄन् देवमानुष्यांश्च भूतानि च विशेषतः ।
ऋषीनग्निं च वन्देऽहं शुद्धभावेन सर्वदा ॥

Transliterasi:
Pitṝn devamānuṣyāṁś ca bhūtāni ca viśeṣataḥ |
Ṛṣīn agniṁ ca vande'ham śuddhabhāvena sarvadā ||

Makna:
"Aku memuja para Pitara (leluhur), para dewa dan manusia suci, makhluk halus, para resi, serta api suci dengan hati yang murni setiap saat."

Sloka ini menekankan pentingnya pemujaan leluhur setara dengan para Dewa, menunjukkan bahwa Dewa Pitara adalah bagian dari sistem ketuhanan Hindu yang utuh.


---

Diskusi: Filosofi Transendensi Leluhur

Empat belas tingkatan dalam Catur Dasa Dewa Pitara merupakan pencerminan tahapan evolusi jiwa dalam siklus kelahiran kembali (samsara) menuju pelepasan mutlak (moksha). Pada tingkatan Kawitan, roh leluhur mulai disakralkan sebagai leluhur suci dan pada puncaknya, Prajapati merujuk pada prinsip universal penciptaan, menunjukkan roh leluhur telah menyatu dengan Brahman.

Berikut adalah sloka puja mantra dalam 9 baris, menggunakan bahasa Sanskerta lengkap dengan transliterasi Latin dan terjemahan maknanya. Sloka ini disusun untuk memuliakan para Dewa Pitara dalam semangat penyucian dan pemujaan leluhur suci.


---

PUJA MANTRA – CATUR DASA DEWA PITARA

1.
सर्वे पितृगणा देवाः शुभ्रदेहाः शुभाशयाः ।
sarve pitṛgaṇā devāḥ śubhradehāḥ śubhāśayāḥ
Segala roh leluhur adalah dewa bercahaya, berjiwa suci dan penuh berkah.

2.
स्वर्गमार्गप्रदातारः धर्मपथप्रवर्तकाः ।
svargamārgapradātāraḥ dharmapathapravartakāḥ
Pemberi jalan menuju surga, pembimbing di jalan dharma.

3.
पूजिताः सततं भक्त्या तेजसा विराजिताः ।
pūjitāḥ satataṁ bhaktyā tejasā virājitāḥ
Disembah dengan bhakti abadi, bersinar oleh cahaya spiritual.

4.
ययातिकम्पितं लोकं प्रजापालाः सदैव ते ।
yayātikampitaṁ lokaṁ prajāpālāḥ sadaiva te
Mereka yang mengguncang dunia seperti Yayati, pelindung umat selamanya.

5.
श्राद्धदत्तं हि तुष्ट्यर्थं स्वीकुर्वन्ति सदा मुदा ।
śrāddhadattaṁ hi tuṣṭyarthaṁ svīkurvanti sadā mudā
Segala persembahan śrāddha diterima dengan penuh sukacita.

6.
यज्ञरूपधरा नित्यं गृहे गृहे प्रतिष्ठिताः ।
yajñarūpadharā nityaṁ gṛhe gṛhe pratiṣṭhitāḥ
Berwujud yajña, mereka hadir di setiap rumah suci.

7.
नमो नमः पितृभ्यो मे स्वधायै च पुनः पुनः ।
namo namaḥ pitṛbhyo me svadhāyai ca punaḥ punaḥ
Salam hormatku kepada para leluhur dan kekuatan Swadhā, berulang kali.

8.
कृपां कुरुत मा त्रासं संरक्षणं प्रयच्छ मे ।
kṛpāṁ kuruta mā trāsaṁ saṁrakṣaṇaṁ prayaccha me
Berikan belas kasih, hilangkan rasa takut, dan anugerahkan perlindungan padaku.

9.
शान्तिं ददन्तु मे नित्यं पितरः परमर्षयः ।
śāntiṁ dadantu me nityaṁ pitaraḥ paramarṣayaḥ
Semoga para leluhur agung menganugerahkan kedamaian abadi kepadaku.


---

Kesimpulan

Sistem Catur Dasa Dewa Pitara menunjukkan bahwa dalam pandangan Hindu Bali, pemujaan leluhur bukan sekadar tradisi, melainkan jalan spiritual kolektif untuk mencapai penyucian keluarga dan kesinambungan dharma. Dengan dasar sloka suci, praktik ini mengakar kuat dalam filsafat Weda dan budaya Bali.


---

Daftar Pustaka (contoh format):

Manusmṛti. (trans. G. Bühler). Sacred Books of the East.

Rgveda Samhita. (trans. Ralph T.H. Griffith).

Goris, R. (1960). Balinese Religion and Hindu Dharma.

Titib, I W. (2003). Veda dan Upanisad. Surabaya: Paramita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar