Kamis, 01 Mei 2025

Puisi JDM

JAGA BAYA DULANG MANGAP
Rekonstruksi Sakral Penjaga Dharma Pasek

Karya: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Di balik kabut sejarah yang mengalir tenang,
terbit nyala merah—api Agni menjulang.
Dulang terbuka, mangap menyongsong sinar,
bukan hanya wadah, tapi jiwa yang menyebar.

Leluhur menatah waktu dengan senjata sunyi,
bernaung di bawah langit purba dan janji.
Dulang Mangap—pasukan tak terlihat,
bergerak seperti Ikan Mang, dalam senyap yang lekat.

Tangan-tangan berani bukan untuk menindas,
tapi menjaga suci, menolak angkara dengan tegas.
Dari gerilya kerajaan hingga pagar suci pura,
jiwa Pasek tetap menyala dalam aksara dan suara.

Jagabaya Dulang Mangap—tak hanya penjaga tanah,
tapi penjaga darma, dalam keheningan yang ramah.
Baya bukan musuh, tapi ujian batin,
yang dijaga dengan cinta dan niat yang bening.

Api merah di lambangmu adalah semangat,
lidah-lidahnya doa yang tak pernah penat.
Dulang putih—kesucian yang menadah berkah,
Tri Datu menyatu: cipta, suci, dan arah.

Bukan keris yang jadi kekuatan utama,
tapi "Satya ring Sesana, Wirang ring Semeton" sebagai tugu utama.
Malu mengecewakan saudara,
adalah senjata yang lebih tajam dari baja.

Pecalang dulu, Jaga Baya kini,
transfigurasi nilai dalam zaman yang berseri.
Bukan tubuh yang kuat yang kita sanjung,
tapi jiwa yang memilih Dharma di tiap simpang.

Śūro dharmeṇa jīvati—pahlawan hidup dalam Dharma,
itulah mantra yang mengalir di nadi semeton Pasek semua.
Pundukdawa menjadi saksi sunyi,
bahwa sejarah bukan hanya kenangan, tapi janji abadi.

Jagabaya Dulang Mangap,
engkaulah pagar, engkaulah pelita,
bukan hanya penjaga pura,
tapi penyangga warisan jiwa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar