Minggu, 11 Mei 2025

Model Pem-Belajar-an di Pasraman Rangdilangit

MODEL PEMBELAJARAN DAN PENDIDIKAN BAHASA BALI DAN AGAMA HINDU PADA PASERAMAN RANGDILANGIT
Pendekatan Holistik dan Transendental Berbasis Tradisi Hindu-Bali. 

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Abstrak
Pendidikan dalam paseraman merupakan sistem pembinaan holistik yang tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif, tetapi juga afektif dan spiritual. Paseraman Rangdilangit mengembangkan berbagai model pembelajaran yang khas, berbasis kearifan lokal dan spiritualitas Hindu-Bali. Artikel ini mengulas model pembelajaran yang diterapkan, seperti learning by praying, singing, doing, serta menambahkan bentuk lain seperti learning by listening, serving, reflecting, dan living. Setiap model dikaitkan dengan nilai-nilai Hindu melalui kutipan sloka pustaka suci dalam bahasa Sanskerta, transliterasi, dan maknanya.


I. PENDAHULUAN

Pendidikan Hindu di Bali tidak dapat dilepaskan dari peran paseraman, yaitu tempat pendidikan berbasis asrama suci yang mencetak generasi spiritual. Di Paseraman Rangdilangit, proses pendidikan dilaksanakan dengan pendekatan yang integratif, mencakup bahasa Bali, sastra suci, filsafat Hindu, serta praktik laku spiritual. Model pembelajarannya bersumber dari nilai dharma, berakar pada tattwa, susila, dan upacara, dengan metode yang tidak hanya teoritis tetapi aplikatif dan transformatif.



II. LANDASAN FILOSOFIS

Pendidikan Hindu menekankan pada penyatuan antara vidyā (pengetahuan) dan brahmācarya (pengendalian diri dan disiplin rohani). Sloka berikut dari Chāndogya Upaniṣad menegaskan:

> सा विद्या या विमुक्तये।
sā vidyā yā vimuktaye
Artinya: “Pengetahuan sejati adalah yang membebaskan (membawa pada mokṣa).”


III. MODEL PEMBELAJARAN DI PASERAMAN RANGDILANGIT

Berikut adalah model pembelajaran yang dikembangkan di Paseraman Rangdilangit:

1. Learning by Praying (Ngaturang Bakti)

Peserta belajar melalui praktik doa dan puja, seperti Tri Sandhya, Gayatri Japa, dan upacara harian.

Sloka:

> नमः शिवाय च नमः शम्भवाय च।
namaḥ śivāya ca namaḥ śambhavāya ca
Artinya: “Sembah sujud kepada Śiva dan Śambhu, pemelihara kesejatian hidup.”



2. Learning by Singing (Mawisik Kidung)

Pembelajaran melalui pelafalan kidung, geguritan, kakawin, dan nyanyian puja.

Sloka (Ṛgveda X.71.4):

> वाचं देव्यं जनयन्त देवास्ताम् विश्वरूपाः पशवो वदन्ति।
vācaṁ devyaṁ janayanta devāstāṁ viśvarūpāḥ paśavo vadanti
Artinya: “Para dewa menciptakan ucapan suci, yang dilantunkan oleh seluruh makhluk dalam berbagai wujud.”



3. Learning by Doing (Ngajegang Sesana)

Melatih siswa melalui keterlibatan langsung dalam pelaksanaan yadnya, membuat sarana upakara, dan kegiatan sosial spiritual.

Sloka (Bhagavad Gītā III.19):

> तस्मात्सर्वेषु कालेषु कर्म समाचर।
tasmāt sarveṣu kāleṣu karma samācara
Artinya: “Maka, lakukanlah kewajibanmu setiap waktu tanpa pamrih.”



IV. MODEL TAMBAHAN PEMBELAJARAN

4. Learning by Listening (Śravaṇa)

Siswa mendengar wejangan guru, membaca lontar, atau dharma wacana.

Sloka (Muṇḍaka Upaniṣad I.2.12):

> श्रोत्रं तपः श्रवणं चैव।
śrotraṁ tapaḥ śravaṇaṁ caiva
Artinya: “Mendengar (ajaran suci) merupakan bagian dari tapa.”



5. Learning by Reflecting (Manana)

Merenungi ajaran yang telah diterima agar menjadi bagian dari kehidupan batin.

6. Learning by Serving (Sevā)

Melatih ketulusan melalui pelayanan di pura, membantu sesama, dan bhakti sosial.

Sloka (Bhagavad Gītā IX.27):

> यत्करोषि यदश्नासि यज्जुहोषि ददासि यत्।
yat karoṣi yad aśnāsi yaj juhoṣi dadāsi yat
Artinya: “Apa pun yang kamu lakukan, makan, persembahkan, atau berikan, persembahkanlah itu sebagai bhakti kepada-Ku.”



7. Learning by Living (Niti Laksana)

Belajar dari kehidupan sehari-hari, meneladani sikap dan perbuatan guru pasraman, serta hidup dalam semangat dharma.



V. PENUTUP

Model pembelajaran di Paseraman Rangdilangit menunjukkan pendekatan yang integratif antara intelektual, emosional, dan spiritual. Metode seperti learning by praying, singing, doing, dan lainnya bukan sekadar teknik, tetapi jalan untuk membentuk insan Hindu yang utuh — cerdas, berbudi luhur, dan bhakti. Tradisi ini adalah warisan agung yang perlu dilestarikan dan dikembangkan sesuai zaman.


---

DAFTAR PUSTAKA

Bhagavad Gītā

Upaniṣad (Muṇḍaka, Chāndogya)

Ṛgveda

Lontar Tutur Kumara Tattwa

Titib, I Wayan. (2003). Veda dan Upanishad. Surabaya: Paramita.

Goris, R. (1960). Balinese Religion. The Hague: M. Nijhoff.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar