Pertemuan Nirguna, Saguna, dan Triguna: Menyingkap Dasar Energi Kehidupan dalam Perspektif Veda
Disusun oleh:
I Gede Sugata Yadnya Manuaba
---
I. PENDAHULUAN
Filsafat Hindu yang bersumber dari Veda dan Upaniṣad melihat kehidupan sebagai manifestasi dari realitas tertinggi (Brahman), yang melampaui bentuk (nirguna) namun juga dapat berwujud (saguna), dan beroperasi dalam dinamika alam melalui tiga sifat utama (triguṇa: sattva, rajas, tamas). Kutipan berikut menggambarkan perpaduan konsep-konsep suci ini:
> "Di dasar kehidupan merupakan pertemuan antara nir, saguna dan tri guna… di mana 'lam' (dasar keabadian/nirguna) bertemu dengan 'aham' (dasar patala) menjadi 'ham', sedangkan 'bhūḥ' (dasar kesadaran alam/loka) kembali ke sumbernya energi (Savitṛ)."
---
II. LANDASAN SLOKA HINDU
Beberapa sloka penting yang terkait:
1. Sloka dari Bhagavad Gītā 14.5
सत्त्वं रजस्तम इति गुणाः प्रकृतिसम्भवाः ।
निबध्नन्ति महाबाहो देहे देहिनमव्ययम् ॥
Transliterasi:
Sattvaṁ rajas tama iti guṇāḥ prakṛti-sambhavāḥ,
Nibadhnanti mahā-bāho dehe dehinam avyayam.
Makna:
“Sattva, rajas, dan tamas adalah guṇa yang berasal dari Prakṛti. Mereka mengikat jiwa yang kekal di dalam tubuh, wahai Arjuna.”
Penjelasan:
Sloka ini menunjukkan bahwa triguṇa adalah aspek dinamis dari saguna Brahman yang bekerja dalam tubuh dan alam semesta. Mereka menentukan keadaan batin dan perilaku makhluk hidup.
2. Sloka dari Muṇḍaka Upaniṣad I.1.7
त्रयो धर्मस्कन्धाः यज्ञः अध्ययनं दानम् इति प्रथमः ।
तपः सत्यं ब्रह्मचर्यमिति द्वितीयः ।
सर्वाणि एतानि अपि यत्रोत्तमं धर्मलिङ्गं वदन्ति तृतीयः ॥
Transliterasi:
Trayo dharmaskandhāḥ yajñaḥ adhyayanaṁ dānam iti prathamaḥ,
Tapaḥ satyaṁ brahmacaryam iti dvitīyaḥ,
Sarvāṇi etāni api yatra uttamaṁ dharmaliṅgaṁ vadanti tṛtīyaḥ.
Makna:
“Tiga cabang dharma: yajña, belajar, dan memberi (1); tapa, kejujuran, dan pengendalian diri (2); semuanya berpuncak pada satu: penyatuan dengan Brahman.”
Penjelasan:
Menunjukkan proses transendensi melalui tapah untuk kembali ke sumber energi tertinggi: Brahman/Savitṛ.
---
III. PEMBAHASAN FILOSOFIS DAN SPIRITUAL
1. Pertemuan Nirguna, Saguna, dan Triguna
Nirguna Brahman: Realitas murni, tidak berwujud, tidak berubah, disebut juga keabadian. Dalam kutipan, dilambangkan oleh “Lam” – simbol dasar keheningan dan kekekalan.
Saguna Brahman: Tuhan dalam manifestasi, bertindak melalui tiga guṇa (Sattva, Rajas, Tamas).
Triguna: Sifat dinamis Prakṛti. Sattva (terang dan murni), Rajas (aktif), dan Tamas (gelap dan pasif).
2. “Lam” bertemu “Aham” menjadi “Ham”
Lam adalah bīja mantra cakra mulādhāra, melambangkan dasar dan ketenangan.
Aham berarti "aku", sering dikaitkan dengan ego dan kesadaran individual.
Ham adalah bīja mantra cakra viśuddha, pusat penyucian, ekspresi suara dan kesadaran spiritual.
Makna simbolik: penyatuan energi dasar (lam) dengan ego (aham) akan membangkitkan kesadaran spiritual (ham) — sebuah transendensi dari bawah ke atas.
3. Bhūḥ kembali ke Savitṛ
Bhūḥ adalah bagian dari Gāyatrī Mantra (bhūr bhuvaḥ svaḥ), melambangkan dunia fisik.
Savitṛ adalah dewa matahari, sumber energi dan kesadaran.
Artinya: bahwa kesadaran duniawi akan selalu mencari asalnya — energi ilahi atau matahari spiritual — Savitṛ.
---
IV. SIMPULAN
Kehidupan bukan hanya pertemuan materi dan roh, tetapi penyatuan antara:
Keheningan (Nirguna)
Manifestasi (Saguna)
Gerak alam (Triguna)
Melalui simbol mantra dan sloka Veda, kita menyadari bahwa perjalanan spiritual adalah proses “menyatukan kembali” dasar-dasar keberadaan menuju sumber cahaya abadi: Savitṛ. Oleh karena itu, manusia seharusnya tidak hanya terjebak dalam bentuk, melainkan juga menyalakan kesadaran suci untuk menyatu kembali dengan sumber asal.
Om Tat Sat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar