Menuju Keabadian Melalui Nol: Sebuah Tafsir Spiritual atas Jalan Pembebasan
Disusun oleh:
I Gede Sugata Yadnya Manuaba
I. PENDAHULUAN
Dalam filsafat Hindu, konsep “nol” bukanlah kehampaan, melainkan keutuhan dan kekosongan ilahi yang melampaui bentuk dan pikiran. Kutipan berikut menyiratkan kebijaksanaan terdalam dalam jalan spiritual:
"Untuk mencapai yang tiada batas, bergeraklah ke nol; hanya dengan demikian engkau akan menghancurkan semua potensi dirimu di masa lalu, dan hari ini hanyalah berkah semata."
Makna dari kutipan ini mengandung pesan transendental: bahwa kebebasan sejati (moksha) hanya dapat dicapai jika kita melepaskan semua bentuk identitas yang melekat pada masa lalu dan ego.
II. KUTIPAN SLOKA HINDU TERKAIT
1. Sloka dari Īśāvāsya Upaniṣad 1
ईशावास्यमिदं सर्वं यत्किञ्च जगत्यां जगत् ।
तेन त्यक्तेन भुञ्जीथा मा गृधः कस्यस्विद्धनम् ॥
Transliterasi:
Īśāvāsyam idaṁ sarvaṁ yat kiñca jagatyāṁ jagat,
Tena tyaktena bhuñjīthā mā gṛdhaḥ kasyasvid dhanam.
Makna:
“Seluruh alam semesta ini ditutupi oleh kehadiran Tuhan. Nikmatilah dengan melepaskan keterikatan; jangan tamak terhadap apa pun.”
Penjelasan:
Sloka ini mengajarkan tyāga (pelepasan) sebagai jalan untuk mencapai pencerahan dan keutuhan. Bergerak ke "nol" berarti melepaskan keterikatan dan persepsi diri untuk kembali ke Sumber.
2. Sloka dari Bhagavad Gītā 2.70
आपूर्यमाणमचलप्रतिष्ठं
समुद्रमापः प्रविशन्ति यद्वत्।
तद्वत्कामा यं प्रविशन्ति सर्वे
स शान्तिमाप्नोति न कामकामी॥
Transliterasi:
Āpūryamāṇam acala-pratiṣṭhaṁ
Samudram āpaḥ praviśanti yadvat,
Tadvat kāmā yaṁ praviśanti sarve
Sa śāntim āpnoti na kāma-kāmī.
Makna:
"Sebagaimana air masuk ke laut yang senantiasa tenang dan tak tergoyahkan, demikian pula orang yang menerima segala keinginan tanpa terguncang, ia mencapai kedamaian sejati – bukan orang yang mengejar keinginan."
Penjelasan:
Melambangkan pengosongan diri dari hasrat dan keterikatan – simbol dari "bergerak ke nol".
III. PEMBAHASAN FILOSOFIS DAN SPIRITUAL
1. Nol sebagai Gerbang Keabadian
Dalam filsafat India kuno, "Shunya" (शून्य) atau nol bukanlah ketiadaan, tetapi potensi tanpa batas. Ini adalah kondisi Brahman yang nirguna – tidak berbentuk, tidak terikat oleh waktu dan ruang.
- "Bergerak ke nol" artinya: menanggalkan ego (aham), karma lama, identitas duniawi.
- "Yang tiada batas" merujuk pada: moksha, Brahman, atau kesadaran murni.
2. Menghancurkan Potensi Diri di Masa Lalu
Dalam ajaran karma dan samsara, individu membawa potensi dan pola dari kehidupan lampau. Namun, dalam perjalanan spiritual, semua karma harus dibakar dalam api tapas (disiplin dan kontemplasi) dan pengetahuan diri (atma-vidya) agar jiwa menjadi bebas.
3. Hari Ini sebagai Berkah
Dengan hidup di “kini” (present moment), tanpa beban karma dan keinginan, kita memasuki kondisi prasāda – anugerah kesadaran suci. Dalam keadaan ini, hidup adalah persembahan (yajña), bukan pencarian.
IV. KESIMPULAN
Kutipan ini menuntun kita pada pemahaman bahwa:
- Nol bukan kehampaan, melainkan dasar segala kemungkinan.
- Melepaskan masa lalu dan identitas diri adalah kunci menuju pencerahan.
- Kehidupan saat ini adalah anugerah ketika dijalani tanpa keterikatan.
Dalam filsafat Hindu, berpulang ke nol adalah berpulang ke Brahman – sumber abadi segala sesuatu. Maka tugas spiritual manusia bukan menumpuk keinginan, tapi membebaskan diri darinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar