Makna Spiritualitas: Ala Ayu Dewasa Alah Dening Dening dan Tri Manggalaning Yadnya
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Dalam ajaran Hindu Bali, terdapat ungkapan lokal yang sangat dalam secara filosofis dan spiritual, yaitu:
> “Ala ayu dewasa alah dening-dening.”
Artinya: Semua dewasa (baik-buruknya hari) bisa dikalahkan oleh ‘dening-dening’, yaitu pertimbangan kesepakatan suci dan keyakinan bersama.
Ungkapan ini menegaskan bahwa penentu utama kesakralan dan kelancaran upacara bukan hanya ‘hari baik’ secara kalender (dewasa ayu), tetapi lebih pada niat, kesepakatan, dan kesiapan para pelaku upacara secara tulus dan sadar.
Konsep Sansekerta: "यथा संकल्पस्तथा सिद्धिः"
Untuk memperkuat pemahaman spiritual ini, dapat dikutip sloka Sansekerta berikut:
> Sanskerta (Devanagari):
यथा संकल्पस्तथा सिद्धिः
Transliterasi (IAST):
yathā saṅkalpaḥ tathā siddhiḥ
Makna:
Sebagaimana niat (tekad spiritual), demikian pula hasilnya (kesempurnaan akan tercapai).
Sloka ini mengajarkan bahwa niat dan keyakinan tulus adalah fondasi utama keberhasilan rohani, termasuk dalam pelaksanaan yadnya (upacara suci). Maka, bukan hanya dewasa yang menentukan hasil, melainkan kekuatan saṅkalpa (niat tulus) dari para pelaku upacara.
Tri Manggalaning Yadnya: Keselarasan Tiga Unsur Pelaksana
Dalam praktiknya, pelaksanaan upacara suci dalam Hindu Bali bertumpu pada kesepakatan dan kesiapan dari Tri Manggalaning Yadnya, yaitu:
1. Sang Yajamāna – Pemilik atau pelaksana upacara, pihak yang berniat dan bertanggung jawab.
2. Sarati / Sanging – Pandita upacara atau tukang banten yang menyiapkan sarana upakara.
3. Pemuput – Pendeta atau pinandita yang memuput yadnya atau memberikan pengesahan rohani.
Ketika ketiganya telah bersepakat secara tulus, saling memahami, dan siap secara lahir batin, maka segala rintangan teknis seperti “hari kurang baik” dapat dilampaui oleh keyakinan dan sinergi mereka. Di sinilah konsep alah dening-dening menjadi nyata: yang utama adalah niat, keharmonisan, dan kesucian batin, bukan semata hitungan hari.
Makna Spiritualitas: Melampaui Formalitas
Ungkapan ini mengajarkan bahwa spiritualitas tidak terbatas pada kerangka waktu teknis, melainkan hidup dalam kesadaran, ketulusan, dan kerjasama suci. Dalam konteks ini:
Dewasa ayu (hari baik) tetap penting sebagai panduan,
Namun bisa dilampaui oleh dening-dening, yaitu pertimbangan bijak dan kesepakatan sadar yang mengarah pada yadnya yang tulus dan khidmat.
Penutup: Kekuatan Keyakinan dalam Yadnya
Dalam ajaran Hindu Bali, keharmonisan dan niat suci adalah kekuatan terbesar dalam setiap laku spiritual. Maka, seperti dikatakan dalam sloka:
> yathā saṅkalpaḥ tathā siddhiḥ
Sebagaimana niat, demikian pula hasilnya.
Kita diajak untuk memahami bahwa yadnya bukan sekadar pelaksanaan ritual pada hari tertentu, melainkan wujud cinta kasih kepada alam, leluhur, dan Hyang Widhi, yang lahir dari niat yang tulus, kesepakatan bersama, dan keselarasan tiga unsur pelaksana suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar