Minggu, 20 April 2025

Revitalisasi Spiritualitas Leluhur

Revitalisasi Spiritualitas Leluhur: Peran Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dalam Pembangunan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa




Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba


Abstrak:

Artikel ini mengulas kontribusi spiritual dan historis Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dalam mempelopori pembangunan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa. Menggali semangat dharma yang dihidupkan kembali melalui pembangunan pura ini, artikel ini juga mengaitkannya dengan filosofi Hindu melalui kutipan sloka dalam bahasa Sanskerta yang memperkuat pentingnya pelestarian nilai spiritual dan kearifan lokal. Spiritualitas yang diusung adalah bentuk sinergi antara tradisi leluhur, keyakinan komunitas Pasek, serta peneguhan identitas dharma dalam kehidupan modern.




Pendahuluan:

Pembangunan tempat suci dalam tradisi Hindu Bali tidak hanya sebatas wujud fisik, tetapi juga mengandung makna spiritual, sejarah, dan kebudayaan yang mendalam. Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, tokoh spiritual dari trah Pasek, adalah pelopor penting dalam pembangunan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa. Pura ini merupakan tempat pemujaan kepada Ida Bhatara Mpu Gana, sebagai manifestasi spiritual dari Maharesi Agung yang menyebarkan dharma di Nusantara.


Kutipan Sloka Sanskerta dan Makna:

Sloka dari Ṛg Veda X.191.2:

Sanskerta:

सं गच्छध्वं सं वदध्वं सं वो मनांसि जानताम्।
देवा भागं यथा पूर्वे संजानाना उपासते॥

Transliterasi: Saṁ gacchadhvaṁ saṁ vadadhvaṁ saṁ vo manāṁsi jānatām,
devā bhāgaṁ yathā pūrve saṁjānānā upāsate.

Makna: "Berjalanlah bersama, berbicaralah bersama, dan milikilah pemahaman yang sama di antara kalian, seperti para dewa di masa lalu yang bersatu dalam pemujaan."

Sloka ini menggambarkan semangat kebersamaan dalam dharma, yang sangat relevan dalam konteks pembangunan pura sebagai pusat spiritual dan sosial. Ida Sinuhun tidak hanya membangun struktur, namun juga membangun sinergi umat, menciptakan ruang sakral sebagai pengikat identitas spiritual kolektif.


Peran Spiritual dan Budaya Ida Sinuhun:

Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dikenal sebagai tokoh yang tidak hanya memiliki pengetahuan suci (tattwa), tetapi juga bertindak nyata dalam menjaga warisan leluhur. Pura Panataran Agung yang ia pelopori adalah representasi dari Catur Parhyangan, yaitu empat titik sakral pemujaan leluhur Pasek yang menyatu dalam satu tempat. Beliau menegaskan pentingnya menjaga padarman sebagai bentuk hormat kepada leluhur, seraya membimbing umat untuk tidak tercerabut dari akar budaya dan spiritualnya.


Analisis Filosofis:

  1. Pelestarian Dharma:
    Melalui pembangunan pura, Ida Sinuhun mempertegas prinsip Hindu bahwa dharma harus dijaga melalui upacara (ritual), tattwa (filsafat), dan susila (etika). Tindakan ini sejalan dengan prinsip yajña, terutama dewa yajña dan pitṛ yajña.

  2. Keteladanan Pemimpin Spiritual:
    Peran beliau mencerminkan kepemimpinan spiritual yang berakar pada ajaran, bukan ambisi pribadi. Kepemimpinan seperti ini selaras dengan sloka Bhagavad Gītā 3.21:
    "Yad yad ācarati śreṣṭhas tat tad evetaro janaḥ"Apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin akan diikuti oleh masyarakat.

  3. Pemuliaan Leluhur dan Keterhubungan Sakral:
    Dengan menempatkan linggih Ida Bhatara Mpu Gana di pusat spiritual Pasek, beliau menghidupkan kembali memori kolektif komunitas akan tokoh-tokoh suci yang telah menyebarkan dharma sejak zaman Bali Kuna.


Penutup:

Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek bukan sekadar bangunan fisik, melainkan simbol pengikat spiritualitas Pasek yang dihidupkan kembali oleh Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba. Semangat kebersamaan, pelestarian nilai luhur, serta keteladanan spiritual menjadikan pembangunan ini sebagai cermin aktualisasi dharma dalam dunia modern. Dalam terang ajaran Veda dan nilai-nilai luhur Hindu, langkah beliau adalah suluh bagi generasi penerus untuk memahami makna spiritualitas sejati: menyatu dengan Tuhan, leluhur, dan sesama manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar