Minggu, 27 April 2025

Sajak Di Ambang Kepergianmu

"Di Ambang Kepergianmu, Buah Hati"

Di antara tarikan napas yang tersekat,
dan dada yang seolah runtuh menahan sesak,
mulutku kelu,
lidahku membatu —
aku hanya bisa menatap hening yang menganga...
antara mimpi dan nyata.

Tuhan...
Kenapa harus dia?
Buah hatiku, sandaran harapanku,
cahaya kecil tempat kutitipkan semua mimpi masa depan,
telah Kau panggil secepat ini.

Aku bertanya dalam lirih,
bertanya dalam hening paling pilu:
"Apakah tak ada lagi pengganti?"
"Haruskah dia yang Kau ambil,
yang menjadi warisan cintaku untuk dunia?"

Air mata ini
tak sanggup lagi dibendung,
seperti hujan deras yang tak mengenal lelah,
membasahi jiwa yang remuk,
menggetarkan seluruh ruang batin.

Namun aku sadar —
ini bukan tentang adil atau tidak,
ini bukan tentang mengapa atau bagaimana.
Ini adalah tentang pasrah,
tentang ikhlas,
meski hati masih mengerang dalam sunyi.

Wahai buah hatiku...
terbanglah dalam damai,
jadilah bintang di langit jiwa kami,
penerang malam-malam paling gelap.

Jejakmu abadi,
namamu terpatri,
dalam doa, dalam rindu,
dalam setiap hela napas
yang masih tersisa di bumi ini...

Sampai nanti,
sampai kita bertemu lagi —
dalam pelukan tanpa akhir,
dalam rumah keabadian
yang tak mengenal perpisahan.

Selamat jalan, buah hatiku...
Engkau tak pernah benar-benar pergi.
Engkau hidup, dalam denyut nadi rinduku...

TUHAN PASTI MEMILIKI RAHASIA YANG TERBAIK BAGI KITA

#tubaba@griyangbang//salamsantun//rahasiatuhan#


Tidak ada komentar:

Posting Komentar