Rabu, 23 April 2025

Teologi Simbolik dan Estetika Spiritual dalam Tradisi Reringgitan di Bali

Teologi Simbolik dan Estetika Spiritual dalam Tradisi Reringgitan di Bali: Klasifikasi, Fungsi, dan Makna Filosofisnya

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Pendahuluan

Reringgitan merupakan salah satu bentuk seni tradisional Bali yang sarat makna simbolik, spiritual, dan estetika. Kata reringgitan berasal dari akar kata ringgit yang berarti hiasan atau sesuatu yang dirangkai dan diolah secara indah untuk tujuan keagamaan atau kesenian. Dalam praktiknya, reringgitan berperan penting dalam upacara Hindu Bali sebagai unsur pemanggil vibrasi kesucian dan penyeimbang harmoni alam semesta.


---

1. Landasan Filosofis Reringgitan

Dalam ajaran Hindu, terutama dalam konteks Bali, keindahan bukan hanya estetika fisik, tetapi merupakan manifestasi dari ketuhanan. Seni dan simbol diciptakan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan.

Sloka Sanskerta:

> यत् पश्यति रूपं सौन्दर्यं, तद् ब्रह्म स्वरूपम्।
Transliterasi: yat paśyati rūpaṃ saundaryaṃ, tad brahma svarūpam
Artinya: “Apa yang tampak sebagai keindahan adalah perwujudan dari Brahman (Tuhan) itu sendiri.”



Dengan demikian, segala bentuk reringgitan dianggap sebagai ekspresi dari nilai-nilai dharma, sattwam (kemurnian), dan bhakti (pengabdian).


---

2. Jenis-Jenis Reringgitan dan Maknanya

a. Reringgitan Sampian

Dibuat dari janur dan digunakan sebagai hiasan pelengkap upacara.

Melambangkan kesucian hati dan niat tulus bhakti.

Biasanya dirangkai dalam bentuk sampian uras, sampian gantung, sampian penjor, dll.


b. Reringgitan Lembu dan Banten

Biasanya digunakan dalam upacara pitra yadnya (ngaben).

Melambangkan kendaraan roh leluhur menuju alam suci.

Dibentuk menyerupai lembu atau binatang sakral lainnya.


c. Reringgitan Wayang (Ringgit Wayang)

Seni pementasan menggunakan wayang kulit atau wayang lembaran yang memiliki makna filosofis tinggi.

Mengandung pelajaran moral dan spiritual melalui kisah Ramayana, Mahabharata, dan Purana.


> धर्म एव हतो हन्ति, धर्मो रक्षति रक्षितः।
Transliterasi: dharma eva hato hanti, dharmo rakṣati rakṣitaḥ
Artinya: “Dharma yang dihancurkan akan membinasakan; dharma yang dijaga akan melindungi.”
(Mahabharata)



d. Reringgitan Sakral (Rerajahan dan Aksara Sakral)

Disusun dari daun lontar, janur, atau kain yang mengandung aksara suci seperti Ongkara, Tri Aksara, dan rerajahan.

Fungsi: pelindung spiritual, penyucian tempat dan sarana konsentrasi pemujaan.


e. Reringgitan Penjor

Rangkaian bambu tinggi yang dihias janur, buah, dan simbol-simbol suci saat Galungan atau upacara besar lainnya.

Melambangkan gunung suci, anugerah dari Tuhan, dan keselarasan antara manusia, alam, dan Hyang Widhi.



---

3. Fungsi dan Nilai Teologis Reringgitan


---

4. Kesimpulan

Reringgitan bukan sekadar ornamen atau hiasan dalam upacara, melainkan merupakan simbol hidup dari spiritualitas Hindu Bali yang menyatu dalam rasa, karsa, dan cipta. Melalui reringgitan, umat belajar tentang ketertiban kosmis, pengabdian tulus, serta keindahan sebagai bentuk suci dari eksistensi Tuhan.

Sebagaimana dikatakan dalam Taittiriya Upanishad:

> रूपं रूपं प्रतिरूपो बभूव
Transliterasi: rūpaṃ rūpaṃ pratirūpo babhūva
Artinya: “Dalam setiap bentuk yang berbeda, Dia (Tuhan) hadir dalam rupa-Nya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar