Ataraksia dan Ketenangan Batin: Oase dalam Kebisingan Dunia menurut Perspektif Stoik dan Ajaran Hindu
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Abstrak:
Dalam kehidupan modern yang penuh dengan hiruk-pikuk, kebisingan informasi, dan tekanan eksternal, ketenangan batin menjadi kualitas langka namun sangat dibutuhkan. Filosofi Stoik menyebut konsep ini sebagai ataraksia (Ἀταραξία), yaitu ketenangan jiwa yang tidak tergoyahkan oleh keadaan eksternal. Ajaran Hindu pun memiliki pandangan serupa melalui berbagai sloka dalam kitab suci yang menekankan ketenangan batin sebagai jalan menuju kebijaksanaan dan pencerahan. Artikel ini mengulas kesamaan nilai antara filosofi Timur dan Barat, serta menyoroti pentingnya menjadi "oasis di tengah gurun" dalam dunia yang gaduh.
---
Pendahuluan:
Di tengah dunia yang penuh kebisingan, baik secara fisik maupun psikis, seseorang yang mampu tetap tenang bagaikan oase di padang gurun – menyegarkan, menarik, dan menjadi pusat perhatian tanpa perlu bersuara lantang. Ketenteraman ini bukan sesuatu yang dapat dibuat-buat, melainkan pancaran alami dari batin yang telah mencapai kedamaian. Konsep ini menjadi inti dalam filosofi Stoik maupun spiritualitas Hindu. Salah satu prinsip utama Stoik, ataraksia, mencerminkan kemampuan seseorang untuk tidak diganggu oleh emosi atau perubahan dunia luar. Dalam tradisi Hindu, ajaran serupa disampaikan melalui Bhagavad Gītā dan Upanishad.
---
Kutipan Sloka Sanskerta dan Makna:
Sloka dari Bhagavad Gītā (2.70):
Sanskerta:
आपूर्यमाणमचलप्रतिष्ठं
समुद्रमापः प्रविशन्ति यद्वत्।
तद्वत्कामा यं प्रविशन्ति सर्वे
स शान्तिमाप्नोति न कामकामी॥
Transliterasi:
Āpūryamāṇam acala-pratiṣṭhaṁ
samudram āpaḥ praviśanti yadvat
tadvat kāmā yaṁ praviśanti sarve
sa śāntim āpnoti na kāma-kāmī.
Makna:
"Sama seperti air sungai yang mengalir ke laut namun laut tetap tenang dan tak meluap, demikian pula orang yang tetap tenang ketika berbagai keinginan datang kepadanya – dialah yang mencapai kedamaian, bukan mereka yang mengejar keinginan."
Sloka ini menggambarkan seseorang yang memiliki ataraksia atau śānti sejati: tidak bereaksi berlebihan terhadap kesenangan atau penderitaan, tidak larut dalam ambisi maupun kekecewaan. Ia menjadi samudra yang menerima segalanya, namun tetap dalam keseimbangan.
---
Analisis Filosofis:
1. Ataraksia dalam Stoik:
Filosofi Stoik menekankan bahwa kita hanya dapat mengendalikan pikiran dan tindakan kita sendiri, bukan dunia luar. Dengan menyadari dan menerima hal ini, seorang Stoa mencapai ataraksia – ketenangan batin yang tidak terguncang oleh pujian, cacian, kehilangan, atau keberuntungan.
2. Śānti dalam Hindu:
Dalam ajaran Hindu, śānti (ketenangan batin) adalah hasil dari pengendalian indera, disiplin diri, dan pemahaman akan ātman (diri sejati). Orang yang telah memahami hakikat dirinya tidak akan terombang-ambing oleh dunia luar, karena ia bersandar pada kebenaran yang tak berubah.
3. Oasis dalam Gurun:
Orang yang memiliki ketenangan batin di tengah dunia yang penuh kebisingan akan secara alami menjadi pusat gravitasi spiritual dan emosional bagi orang-orang di sekitarnya. Ia memancarkan daya tarik yang tidak dapat dipalsukan – authentic stillness.
---
Penutup:
Ketenangan batin bukanlah ketidaktahuan, bukan pula penyangkalan realita. Ia adalah hasil dari pemahaman mendalam, latihan kesadaran, dan pelepasan dari keterikatan yang tidak perlu. Dalam dunia yang gaduh, orang yang tenang adalah revolusi sunyi. Ia tidak banyak bicara, namun kehadirannya menyembuhkan. Ia tidak mengejar pujian, namun ia dikenang. Karena ketenangan adalah daya tarik alami – bukan yang dibuat-buat, tapi yang terpancar dari dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar