Ketika Tuhan Berkata 'Iya': Sebuah Renungan tentang Karma dan Kelayakan Diri: Tinjauan Filosofis terhadap Sloka Bhagavad Gītā
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Pendahuluan
Dalam spiritualitas Hindu, hubungan manusia dengan Tuhan bersifat dialogis dan bertumpu pada prinsip karma phala — hasil diperoleh berdasarkan perbuatan. Banyak orang berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai kekayaan, kepintaran, dan kesuksesan. Namun, jawaban Tuhan yang paling dalam adalah "iya" — selama manusia membuat dirinya layak menerima itu. Tuhan tidak pernah menolak, tetapi Ia menunggu kesiapan dan kelayakan umat-Nya.
Kutipan Sloka
कर्मण्येवाधिकारस्ते मा फलेषु कदाचन।
मा कर्मफलहेतुर्भूर्मा ते सङ्गोऽस्त्वकर्मणि॥
Bhagavad Gītā 2.47
Transliterasi:
karmaṇy-evādhikāras te mā phaleṣu kadācana
mā karma-phala-hetur bhūr mā te saṅgo ’stvakarmaṇi
Makna:
"Kewajibanmu hanyalah bertindak, dan bukan atas hasil dari tindakan itu. Jangan menjadikan hasil sebagai motifmu, dan jangan pula engkau terikat pada tidak bertindak."
Pembahasan
Sloka ini mengandung ajaran mendalam bahwa Tuhan telah memberi restu (iya) atas setiap niat baik kita — entah itu menjadi kaya, pintar, atau sukses — selama kita menjalankan tindakan yang tepat dan tidak terikat pada hasilnya. Ini sejalan dengan doa seperti:
"Tuhan, jadikanlah aku kaya." Jawaban Tuhan: "Iya, tetapi buatlah dirimu layak untuk kaya melalui kerja keras, berbagi, dan tanggung jawab."
"Tuhan, jadikanlah aku pintar dan jenius." Jawaban Tuhan: "Iya, tetapi buatlah dirimu layak dengan belajar, disiplin, dan niat suci."
Filsafat Hindu menekankan bahwa segala potensi telah disediakan Tuhan, namun tugas manusia adalah mempersiapkan wadah dirinya agar pantas menerima anugerah tersebut. Tanpa tindakan nyata dan perubahan diri, maka restu Tuhan yang berupa "iya" itu belum dapat termanifestasikan.
Selain itu, dalam konteks karma yoga, manusia diajarkan untuk bertindak secara tulus dan tanpa pamrih. Inilah bentuk pengabdian sejati — tidak sekadar mengharapkan hasil, tetapi menikmati proses sebagai bagian dari jalan spiritual. Tuhan tidak bekerja dalam sistem barter, tetapi dalam sistem kesiapan. Bila manusia siap, maka semesta pun akan mendukung.
Prinsip ini memperkuat pandangan bahwa doa bukan sekadar permintaan, melainkan afirmasi dari tekad dan kerja nyata. Setiap permohonan yang kita panjatkan sesungguhnya telah dijawab dengan "iya" sejak awal. Namun, manifestasi dari "iya" tersebut tidak jatuh dari langit, melainkan ditumbuhkan dari dalam diri.
Kesimpulan
Tuhan tidak pernah berkata "tidak". Ia selalu mengatakan "iya", tetapi menunggu sampai manusia benar-benar layak menerima permohonannya. Dalam Bhagavad Gītā, prinsip ini dijelaskan melalui ajaran karma: manusia berhak bertindak, tetapi bukan atas hasil. Ketika kita memantaskan diri lewat perbuatan yang benar, maka "iya" dari Tuhan akan terwujud dalam realitas.
Inilah inti dari spiritualitas aktif — berdoa, bertindak, dan menjadi layak. Sebab dalam sistem keilahian, anugerah bukanlah hadiah acak, melainkan resonansi antara kehendak ilahi dan kesiapan batin manusia.
Daftar Pustaka:
- Vyasa, Krishna Dwaipayana. Bhagavad Gītā. Terjemahan dan ulasan oleh Swami Prabhupada. The Bhaktivedanta Book Trust.
- Easwaran, Eknath. The Bhagavad Gita for Daily Living. Nilgiri Press.
- Radhakrishnan, S. The Bhagavadgita. HarperCollins India.
- Vivekananda, Swami. Karma Yoga. Advaita Ashrama.
- Saraswati, Satyananda. Four Chapters on Freedom: Commentary on Yoga Sutras of Patanjali. Bihar School of Yoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar