Jumat, 25 April 2025

Makna Pura Pesimpangan Dalem Peed Di Pundukdawa

Makna Teologis Pura Pesimpangan Ida Bhatara Dalem Peed di Kawasan Suci Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana, Pundukdawa: Sebuah Konsep Spiritual Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dalam Upaya Sakral Perabasan Hutan

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Abstrak 
Artikel ini membahas makna teologis keberadaan Pura Pesimpangan Ida Bhatara Dalem Peed di kawasan suci Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek, yang menjadi tempat pemujaan utama Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa. Dalam kerangka spiritualitas Hindu Bali, pura Pesimpangan Ida Bhatara Dalem Peed merupakan manifestasi sebagai pengemit dan pelindung utama dalam misi suci perabasan hutan Pundukdawa, yang menjadi awal mula terbentuknya kawasan suci ini.

Pendahuluan 
Pura Pesimpangan Ida Bhatara Dalem Peed yang terletak di kompleks suci Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa tidak hanya memiliki nilai historis, tetapi juga nilai teologis yang sangat penting. Keberadaan pesimpangan ini merupakan simbol dari hubungan transendental antara umat manusia dengan kekuatan suci Ida Bhatara, khususnya dalam konteks permohonan perlindungan dan restu dalam membuka wilayah suci yang dulunya berupa hutan lebat di bukit Pundukdawa.

Konsep Teologis Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba 
Dalam kepercayaan masyarakat Pasek, Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dipercaya sebagai tokoh spiritual yang pertama kali mempelopori dan merancang Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa dan ngastawa ring turus lumbung sebagai Pesimpangan Ida Bhatara Dalem Peed yang merupakan simbol kesucian dan pengayoman spiritual, yang secara mistis menuntun perabasan hutan hingga berdiri menjadi kawasan suci. Pemujaan terhadap Ida Bhatara Dalem Peed di pesimpangan ini menjadi bentuk penghormatan terhadap kekuatan niskala yang melindungi setiap langkah manusia dalam membangun spiritualitas melalui kerja nyata di alam.

Makna Pesimpangan Sebagai Titik Koneksi Sakral 
Pura Pesimpangan bukan sekadar tempat perhentian atau pelengkap dari Pura Utama. Secara teologis, pesimpangan berfungsi sebagai penghubung antara kekuatan suci lokal (desa kala patra) dan pusat spiritualitas agung. Pura Pesimpangan Ida Bhatara Dalem Peed adalah titik di mana umat memohon restu sebelum melanjutkan pemujaan ke Madia Utamaning Mandala sampai ke Luhur Utamaning Utama Mandala. Dalam konteks perabasan hutan Pundukdawa, pesimpangan ini adalah simbolisasi dari awal mula aktivitas sakral, tempat di mana Ida Bhatara pertama kali 'diundang' (ngelinggihan) untuk menjadi saksi dan pelindung kegiatan suci tersebut.

Nilai Spiritual dalam Pembukaan Lahan Suci 
Perabasan hutan bukanlah kegiatan duniawi semata, tetapi mengandung nilai spiritual yang mendalam. Dalam ajaran Hindu Bali, segala tindakan manusia, termasuk membuka lahan, harus diawali dengan permohonan izin kepada kekuatan niskala yang melingkupi alam. Ida Bhatara Dalem Peed sebagai perwujudan dari energi pelindung dan pemurni, dihadirkan dalam pesimpangan untuk memastikan bahwa proses perabasan berjalan dalam koridor dharma (kebenaran dan kesucian).

Rujukan dan Landasan Pustaka 
Makna pesimpangan ini juga ditegaskan dalam beberapa pustaka lontar, seperti Lontar Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul dan Lontar Dwijendra Tattwa, yang menyebutkan pentingnya ngelinggihan Ida Bhatara dalam setiap tahap pembukaan wilayah baru untuk dijadikan tempat suci. Dalam lontar-lontar tersebut juga diuraikan bahwa sebelum membangun pura utama, umat Hindu hendaknya memuja kekuatan suci di lokasi awal untuk mendapatkan petunjuk spiritual.

Penutup 
Keberadaan Pura Pesimpangan Ida Bhatara Dalem Peed di kawasan suci Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek bukanlah kebetulan historis, melainkan merupakan bagian dari tatanan spiritual yang mendalam. Ia menjadi lambang perlindungan dan restu spiritual Ida Bhatara dalam perabasan dan pembentukan kawasan suci Pundukdawa. Melalui konsep ini Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba diwujudkan sebagai pandita agung niskala yang menuntun umat menuju harmoni dengan alam dan Sang Pencipta, maka dari itulah beliau juga dibuatkan payogan di Pura Kahyangan Dharma Smerti yang berada di sebelah selatan perbatasan Pundukdawa, tidak jauh dari Pura Luhur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar