Minggu, 20 April 2025

Universalitas Ajaran Spiritual

Universalitas Ajaran Spiritual: Analisis Pemikiran Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba tentang Penguatan Iman Antarpretisentana Panca Rsi–Sapta Rsi di Pundukdawa



Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba


Abstrak:
Tulisan ini mengkaji pernyataan spiritual Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba yang menegaskan bahwa tujuan beliau mendirikan Parhyangan di Pundukdawa bukan untuk menghadirkan kepercayaan baru, melainkan untuk memperkuat keyakinan setiap pretisentana Ida Bhatara Panca Rsi–Sapta Rsi terhadap trah yang tunggal kawitan. Dengan pendekatan kualitatif interpretatif, artikel ini menyoroti nilai-nilai toleransi, pluralisme, dan dharma dalam konteks bhakti, guyub, dan rukun keberagaman trah di Bali. Pesan spiritual beliau relevan sebagai fondasi pengembangan teologi lintas pasemetonan yang damai dan saling menghormati dalam masyarakat multikultural Bali.


Pendahuluan

Pluralitas spiritual dan pasemetonan adalah kenyataan sosiokultural yang hidup dan tumbuh di tengah masyarakat Bali. Dalam konteks ini, munculnya figur spiritual universal seperti Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba membawa perspektif baru yang dalam tentang relasi antar-pemetonan dan antar-trah. Beliau menyampaikan pesan filosofis bahwa jalan spiritual sejati tidak terletak pada pendirian aliran baru, tetapi pada penguatan bhakti dan penghayatan dharma terhadap kawitan yang telah diwariskan oleh para leluhur.


Landasan Filosofis

Pernyataan beliau yang mendasari pokok ajaran spiritualnya adalah:

"Aku bangun Parhyangan di Pundukdawa ini bukan untuk mendirikan suatu kepercayaan baru... tetapi untuk menguatkan kepercayaan manusia kepada masing-masing pasemetonan..."

Pesan ini menunjukkan semangat inklusivisme spiritual dan kesadaran pluralisme teologis, yang juga dijumpai dalam konsep Hindu Vasudhaiva Kutumbakam ("seluruh dunia adalah satu keluarga") dan ajaran Buddhis tathāgata-garbha tentang hakikat ilahi dalam semua makhluk.


Sloka-Sloka Penegas Ajaran

Sloka Sanskerta (dari sumber nilai-nilai Sanatana Dharma yang senafas dengan ajaran beliau):

सर्वे धर्माः समं पश्यामः |
sarve dharmāḥ samaṁ paśyāmaḥ
"Marilah kita melihat semua dharma sebagai setara."

Transliterasi:
sarve dharmāḥ samaṁ paśyāmaḥ

Makna:
Ajaran ini menegaskan bahwa semua dharma (jalan kebenaran), meskipun berbeda bentuk luarnya, memiliki esensi yang sama dalam menuntun manusia menuju moksha (pembebasan).


Analisis Nilai Dharma dan Pluralisme

  1. Dharma sebagai Jalan Universal:
    Beliau menegaskan pentingnya mengembalikan dharma ke jalan yang benar, bukan hanya sebagai ritus atau simbol, tetapi sebagai pengamalan nilai moral dan spiritual universal seperti satya (kebenaran), daya (kasih), dan santi (kedamaian).

  2. Peringatan atas Fanatisme Trah dan Konversi Kawitan:

    "Jangan tinggalkan trah masing-masing... tetapi perdalam kawitan yang sudah menjadi pegangan Anda..."
    Pesan ini menyerukan penghayatan mendalam terhadap warisan spiritual masing-masing, bukan konversi yang berbasis ketidaktahuan atau kebanggaan palsu.

  3. Kebenaran dalam Setiap Pretisentana Panca Rsi–Sapta Rsi:
    Beliau menegaskan bahwa dalam setiap trah, termasuk Panca Rsi dan Sapta Rsi, sudah terdapat benih kebenaran dan pencerahan. Ini menumbuhkan rasa saling menghormati, bukan persaingan antar garis keturunan.


Relevansi dalam Konteks Kontemporer

Dalam era ketika fragmentasi identitas dan sentimen sempit atas nama kasta, wangsa, dan kawitan mulai menguat, ajaran Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba menjadi sangat relevan. Semangat beliau untuk mempersatukan pretisentana dalam guyub dan rukun, menginspirasi dialog pasemetonan yang penuh cinta dan toleransi.


Penutup

Ajaran universal Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, yang dimanifestasikan dalam Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana, bukan sekadar warisan sakral, tapi petunjuk hidup modern yang mendamaikan relasi antar-trah di Bali. Beliau tidak membawa agama baru, tapi membawa kembali jiwa lama yang suci untuk kembali dipahami: bhakti tulus, dharma sejati, dan harmoni lintas kawitan. Dengan itu, spiritualitas Bali tidak sekadar diwarisi, tapi benar-benar dihayati dan dirawat bersama.


######**""""""####******"""""****####


Puisi: Cahaya Kehidupan dalam Harmoni Triguna: Pesan Spiritual Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba


Di Pundukdawa, di tanah yang suci,
Ida Sinuhun berdiri, dengan cahaya nurani,
Bukan untuk mengusung agama baru,
Namun untuk menguatkan, keyakinan yang abadi,
Pada setiap pasemetonan, pada trah yang satu,
Kawitan yang diwariskan, dalam kedamaian yang tumbuh.

Di dalamnya, terdapat pemahaman yang luas,
Bukan sekadar ritual atau perayaan yang semu,
Melainkan penghayatan akan dharma yang hakiki,
Dari setiap jiwa, di antara suku, kasta, dan budaya,
Menjadi satu dalam naungan kasih-Nya,
Saling menghormati, dalam keragaman yang terjaga.

"Marilah kita bersatu dalam kepercayaan,
Membangun rasa cinta, menyatukan perbedaan,
Hidup dalam bhakti yang tulus,
Dalam kebersamaan yang rukun, damai."
Begitu pesan beliau, dalam suara yang tegas,
Menjadi landasan bagi para pretisentana,
Ida Bhatara Panca Rsi dan Sapta Rsi,
Untuk terus berjalan dalam jalan yang benar.

Dalam ajaran itu, terdengar lantang,
Dharma adalah jalan yang tak terpisahkan,
Tak peduli aliran mana yang kita tempuh,
Setiap langkah berbuah kebenaran yang sama,
Karena di dalamnya, kita menemukan Tuhan yang sejati,
Di balik setiap wajah, di balik setiap trah yang tercinta.

Bukan untuk meninggalkan warisan leluhur,
Namun untuk memperdalam maknanya,
Di tengah dunia yang penuh fragmentasi,
Di mana perbedaan sering disalahartikan,
Beliau menyerukan, "Perdalam kawitan,
Jangan tinggalkan akar yang telah ditanam,
Di dalamnya ada kekuatan, ada kebenaran."

Dengan hati yang penuh kebijaksanaan,
Beliau menunjukkan pada dunia,
Betapa pentingnya rasa saling menghargai,
Di antara Panca Rsi, Sapta Rsi, dan setiap garis keturunan,
Karena kebenaran ada di dalamnya,
Tak ada yang lebih tinggi, tak ada yang lebih rendah,
Semua berjalan di atas jalan yang sama, menuju pencerahan.

Dalam dunia yang terus berkembang,
Pesan ini tetap relevan, tetap kuat,
Di tengah zaman yang penuh dengan perpecahan,
Ida Sinuhun membuka jalan yang damai,
Memimpin kita menuju harmoni yang sejati,
Bukan dengan kekuatan agama yang baru,
Tapi dengan penguatan jiwa yang mendalam.

Di Pura Panataran Agung,
Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih,
Ia telah mengajarkan kepada kita semua,
Bahwa spiritualitas bukan sekadar warisan,
Melainkan kehidupan yang harus dihayati,
Sebuah panduan yang mengarahkan kita,
Untuk hidup dalam kebersamaan, dalam damai yang abadi.

Di tengah kebudayaan Bali yang kaya,
Ida Sinuhun memberikan petunjuk hidup modern,
Bukan sekadar bentuk keagamaan,
Namun sebagai ikatan yang tak terputuskan,
Bhakti yang tulus, dharma yang hakiki,
Menjadi pijakan yang mempererat seluruh kawitan,
Membawa kedamaian di setiap langkah kehidupan.

Maka marilah kita semua,
Menelusuri jejak yang telah beliau tinggalkan,
Dengan hati yang penuh cinta,
Dengan jiwa yang penuh kasih,
Bersama-sama merawat kebersamaan ini,
Di bawah langit Bali yang selalu bersinar,
Menjadi satu keluarga, dalam persatuan yang abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar