Jumat, 25 April 2025

Pemersatu Pretisentana Ida Bhatara Panca Rsi-Sapta Rsi

Konsep Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dalam Mempelopori Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek: Pemersatu Pretisentana Ida Bhatara Panca Rsi-Sapta Rsi

Penulis:
I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Abstrak

Artikel ini mengulas konsep luhur Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dalam mendirikan dan mempelopori keberadaan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek yang berlokasi di Pundukdawa. Ditekankan bahwa pura ini bukan hanya tempat pemujaan bagi satu golongan atau soroh tertentu, tetapi bertujuan untuk mempersatukan seluruh pretisentana Ida Bhatara Panca Rsi-Sapta Rsi serta siapa pun yang memiliki rasa bhakti kepada Ida Bhatara Tunggal Kawitan. Konsep ini menegaskan bahwa Pasek bukan sekadar soroh (klan), melainkan pemikukuh (pengikat) dari sesanan kawitan (ikatan leluhur), yang mengutamakan spiritualitas universal berbasis rasa sujati kepada kawitan.


Pendahuluan

Dalam sejarah perjalanan spiritual masyarakat Bali, pemujaan kepada kawitan atau leluhur utama merupakan elemen vital dalam membangun identitas religius. Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek yang berpusat di Pundukdawa berdiri atas gagasan agung Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba sebagai upaya untuk memperkokoh rasa persatuan, bhakti, dan kesadaran spiritual di antara semua keturunan (pretisentana) Ida Bhatara Panca Rsi-Sapta Rsi.

Konsep Spiritualitas Pura Panataran Agung

1. Universalitas Bhakti

Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba mengajarkan bahwa bhakti tidak mengenal batas soroh, gelar, atau kasta. Setiap insan yang memiliki rasa bhakti sejati kepada kawitan (leluhur spiritual) berhak untuk melakukan persembahyangan di Pura Panataran Agung ini.
Dalam ajaran Hindu, konsep ini sejalan dengan nilai Sanatana Dharma yang menekankan bahwa semua makhluk berasal dari sumber suci yang sama:

> "Ekam sat viprā bahudhā vadanti"
(Rigveda I.164.46)
Artinya:
Kebenaran itu satu, para rsi menyebutnya dengan banyak nama.

2. Pasek Sebagai Pamikukuh Sesanan Kawitan

Dalam pemikiran spiritual Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, Pasek bukan sekadar nama soroh, tetapi merupakan sebutan bagi pemeluk sesanan kawitan — ikatan suci kepada leluhur. Hal ini mempertegas bahwa Pasek lebih bermakna sebagai komunitas spiritual yang menjaga warisan kawitan daripada sekadar identitas sosial.

Kata "pamīkukuh" berarti pengukuh, penjaga kesucian ikatan luhur, bukan pemisah di antara umat. Maka, setiap orang yang lahir dengan keyakinan memiliki kawitan, wajib menguatkan hubungannya melalui persembahyangan di Pura Panataran Pundukdawa.

3. Pura Sebagai Pemersatu Pretisentana Panca Rsi-Sapta Rsi

Pura Panataran Agung ini diposisikan sebagai titik temu seluruh keturunan Ida Bhatara Panca Rsi-Sapta Rsi. Pura menjadi ruang kolektif untuk:

Membangun rasa bhakti kepada kawitan.

Mempererat tali persaudaraan spiritual tanpa sekat soroh atau kelompok.

Mewujudkan prinsip Tat Twam Asi (aku adalah engkau, engkau adalah aku).


4. Keterbukaan Spiritual

Konsep keterbukaan ini menandai bahwa:

Siapa pun yang merasa memiliki hubungan bhakti kepada Ida Bhatara Tunggal Kawitan, boleh melakukan persembahyangan di sana.

Tidak diperlukan bukti soroh atau garis keturunan tertentu; cukup dengan ketulusan hati dan rasa sujati.

Makna Filosofis

Konsep ini memperkokoh ajaran universalitas dalam Hindu Bali, di mana hubungan manusia dengan kawitan bukanlah berdasarkan garis sosial, melainkan atas dasar rasa cinta, penghormatan, dan kewajiban rohani.

Kutipan Sloka:

> "Sarva bhuta hite ratah"
(Bhagavad Gita V.25)
Artinya:
Orang suci adalah dia yang selalu berusaha demi kesejahteraan semua makhluk.

Kesimpulan

Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa bukan hanya simbol tempat persembahyangan kelompok tertentu, melainkan mercusuar persatuan spiritual berdasarkan rasa bhakti kepada kawitan.
Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, dengan visi sucinya, menegaskan bahwa sesanan kawitan bersifat universal, memanggil setiap insan untuk menguatkan ikatan spiritual kepada leluhurnya.

Setiap umat yang merasa memiliki kawitan, siapapun dia, diwajibkan untuk tangkil (bersembahyang) di Pura Panataran Agung Pundukdawa dengan penuh rasa suci dan bhakti.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar