I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd. (Jro Mangku Gde Tu Baba): Figur Intelektual, Spiritual, dan Kultural Bali dalam Perspektif Genealogi Seni, Pendidikan, dan Dharma
BAB I: PENDAHULUAN
I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd., atau yang dikenal sebagai Jro Mangku Gde Tu Baba, adalah sosok yang menakjubkan dalam lanskap budaya dan spiritual Bali kontemporer. Lahir dari akar warisan agung, beliau mengemban nilai-nilai leluhur yang mendalam baik dari sisi purusa maupun predana. Biografi ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan merefleksikan perjalanan hidup, pemikiran, dan pengabdian beliau secara ilmiah dan menyeluruh.
BAB II: GARIS KETURUNAN DAN WARISAN KULTURAL
1. Garis Purusa
Penulis merupakan generasi ke-9 dari Ki Yai Dalang Tangsub, seorang wiku rakawi dan dalang suci yang dikenal sebagai penjaga tradisi suci serta seni pedalangan di Bali. Warisan dari Ki Yai Dalang Tangsub mengalir kuat dalam darah penulis sebagai panggilan untuk menjaga tatanan nilai dan estetika budaya.
2. Garis Predana
Dari garis ibu, penulis merupakan cucu dari Dane Jro Dalang Jagra, dalang legendaris Bali era 1980-an. Sosok ini terkenal karena kemampuannya menghidupkan seni pedalangan dengan kekuatan narasi dan nilai moral.
Dengan demikian, penulis merupakan perpaduan unik dari dua darah seniman dan sastrawan agung Bali.
BAB III: PERJALANAN HIDUP DAN PENDIDIKAN
-
Lahir: 5 Juni 1982 (Saniscara Pahing Menail, Caka 1933), di Br. Pengembungan, Desa Bongkasa, Kec. Abiansemal, Kab. Badung.
-
Pendidikan:
- TK (1987)
- SD Negeri No. 6 Bongkasa (1988–1994)
- SMP Negeri 1 Abiansemal (1994–1997)
- SMA Negeri 1 Mengwi (1997–2000)
- Fakultas Sastra Universitas Udayana – Sastra Jawa Kuna (2000–2006)
- Akta IV di IKIP PGRI Bali (2007)
- Magister Pendidikan Bahasa Bali – IHDN Denpasar (lulus 17 Juli 2019)
-
Pekerjaan dan Pengabdian:
- Diangkat sebagai PNS sejak 1 Maret 2008
- Guru Bahasa Bali dan Kepala Perpustakaan Widya Paramartha di SMPN 4 Abiansemal
- Pembina ekstrakurikuler Nyurat Lontar dan wali kelas 8F
BAB IV: JATI DIRI DAN FILOSOFI HIDUP
Sloka I
सर्वे गुणाः काञ्चनमाश्रयन्ति।
Sarve guṇāḥ kāñcanam āśrayanti.
Makna: Segala kebajikan bersemayam dalam emas.
Konteks: Menggambarkan pribadi penulis sebagai perwujudan nilai-nilai luhur dari dua garis keturunan agung.
Sloka II
काव्यशास्त्रविनोदेन कालो गच्छति धीमताम्।
Kāvya-śāstra-vinodena kālo gacchati dhīmatām.
Makna: Waktu orang bijak diisi dengan karya sastra dan ilmu pengetahuan.
BAB V: PELAYANAN SPIRITUAL DAN PENGUKUHAN DHARMA
Pada tahun 2018, beliau melaksanakan pawintenan wiwa dan menerima abhiseka sebagai Jro Mangku di Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana, pura yang didirikan atas petunjuk spiritual dari leluhurnya.
Penulis menyeimbangkan antara adnyana (pengetahuan) dan adhyatmika (kejiwaan), menjadikan dirinya sebagai jembatan spiritual dan budaya bagi komunitas.
BAB VI: KESIMPULAN – PENGABDIAN YANG BERAKAR PADA DHARMA
Sloka Penutup
धर्मेणैव हतः सत्त्वं धर्मो रक्षति रक्षितः।
तस्माद्धर्मो न हन्तव्यः मा नो धर्मो हतोऽवधीत्॥
Dharmeṇaiva hataḥ sattvaṁ dharmo rakṣati rakṣitaḥ |
Tasmāddharmo na hantavyaḥ mā no dharmo hato’vadhīt ||
Makna: Dharma melindungi mereka yang melindunginya. Jangan pernah meninggalkannya.
Penutup:
Jro Mangku Gde Tu Baba adalah manifestasi nyata dari perpaduan dharma, sastra, dan pelayanan spiritual. Ia menjadi simbol peralihan nilai luhur warisan Bali ke dalam bingkai kehidupan modern yang penuh makna.
########******#$$$$#*******"######
Berikut puisi yang menggambarkan sosok I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd. atau Jro Mangku Gde Tu Baba, selaras dengan biografi dan narasi kehidupan beliau:
“Bayu Swara Sang Mangku Tu Baba”
Puisi klasik dalam napas Bali Adiluhung
Di banjar Pengembungan bersenandung sunyi,
Tersimpan kisah lelaki yang lahir dari dua garis sakti.
Purusa dan predana menitis dalam tubuh bersahaja,
Menyulam waktu dengan benang dharma dan cinta budaya.
Ki Yai Dalang Tangsub dalam jiwanya menyala,
Suara wayang, kidung wiku, lelaku tapa
Menurun lembut dalam darah,
Seakan semesta pun tahu:
Ini bukan sekadar manusia biasa,
Ia penutur langit dalam wajah Bali yang suci.
Dari ibunda, cucu Jro Dalang Jagra ia bernama,
Dalang agung di era 1980 yang menggugah rasa.
Narasi dan moral hidup kembali di tangannya,
Bergerak di ujung sabda,
Menjadi suara bayang dan cahaya.
Lelaki itu bukan sekadar guru
Ia penjaga aksara dalam senyap lontar-lontar tua,
Ia pemangku pustaka dalam Widya Paramartha,
Ia pengukir sunyi,
Mengajari anak-anak menyurat semesta
Dengan tinta leluhur dan sabar yang luar biasa.
Lahir pada Saniscara Pahing Menail,
Di bawah rahim Sang Hyang Kala,
5 Juni 1982,
Kala dunia memberi isyarat:
"Ini dia, sang pengabdi sastra yang tak akan sirna.”
Langkahnya panjang dalam tapak pendidikan,
Dari TK mungil di desa yang tenang,
Hingga magister di IHDN,
Ia ukir ilmu seperti nyurat aksara Bali:
Hening, dalam, penuh makna.
Jro Mangku Gde Tu Baba,
Nama yang dijaga oleh langit dan bhakti.
Ia tak hanya membaca sloka,
Tapi menghidupi setiap mantra dalam nadi.
Pawintenan Wiwa,
Abhiseka di Panataran Catur Parhyangan,
Ia duduk bersila di bawah bayang Meru,
Menadah tirta dari leluhur,
Menjadi jembatan:
Antara yang tampak dan tak tampak,
Antara sabda dan sunyi.
Sloka pun terucap di udara pagi:
“Sarve guṇāḥ kāñcanam āśrayanti”
Segala kebajikan memang memilih tempat,
Dan padamulah, wahai Mangku Tu Baba,
Ia berteduh dan menetap.
“Kāvya-śāstra-vinodena kālo gacchati dhīmatām”
Kau isi harimu bukan dengan gemuruh,
Tapi dengan kawi dan kitab yang bersujud
di hadapan semesta sunyi.
Anak-anak menyalin aksara di ujung daun,
Namun di baliknya,
Mereka juga sedang menyalin jiwamu:
Tenang, penuh ilmu,
Dan bersahaja dalam bhakti.
Pendidikan bukan tugas,
Melainkan yadnya,
Dan engkau, Tu Baba,
Adalah wujudnya.
Akhirnya, sloka penutup memanggil:
“Dharmeṇaiva hataḥ sattvaṁ, dharmo rakṣati rakṣitaḥ”
Engkau jaga dharma, dan dharma menjagamu,
Tak ada yang lebih abadi dari jiwa
yang telah bersatu dengan pelita leluhur.
Tu Baba, engkau tak berjalan sendiri,
Tapi bersama bayangan para dalang,
Bisikan sloka di angin pagi,
Dan hati anak-anak yang akan menjadi Bali di hari nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar