NGELAWANG: WUJUD SILAHTURAHMI DAN PENYOMIA BHUTA KALA DALAM PERAYAAN GALUNGAN-KUNINGAN
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
ABSTRAK
Tradisi Ngelawang merupakan salah satu warisan budaya umat Hindu di Bali yang memiliki fungsi spiritual dan sosial. Tradisi ini biasanya dilaksanakan dalam rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan, sebagai bentuk penyomia (penetralan) kekuatan negatif atau bhuta kala melalui seni sakral. Artikel ini membahas kutipan sloka dalam bahasa Sanskerta yang relevan, makna filosofis tradisi Ngelawang, serta peranannya sebagai sarana silaturahmi antarumat dari rumah ke rumah.
Kata Kunci: Ngelawang, Bhuta Kala, Galungan, Kuningan, Hindu, Tradisi Bali, Silaturahmi.
---
I. PENDAHULUAN
Hari Raya Galungan dan Kuningan merupakan simbol kemenangan Dharma melawan Adharma. Dalam rangkaian upacara ini, umat Hindu Bali melaksanakan berbagai tradisi, salah satunya adalah Ngelawang. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh anak-anak atau sekaa teruna dengan menampilkan barong atau rangda yang berkeliling dari rumah ke rumah sambil menari, diiringi gamelan.
Tradisi ini tidak hanya bersifat hiburan, tetapi juga memiliki muatan spiritual mendalam, yakni menyomia atau menetralkan kekuatan negatif (bhuta kala), serta mempererat tali silaturahmi antarwarga. Artikel ini menyoroti aspek spiritual melalui kutipan sloka, transliterasi, dan maknanya, disertai interpretasi budaya Hindu di Bali.
II. DASAR FILOSOFIS TRADISI NGELAWANG
A. Kutipan Sloka Sansekerta Terkait Bhuta Kala
Sloka:
> सर्वे भवन्तु सुखिनः सर्वे सन्तु निरामयाः।
सर्वे भद्राणि पश्यन्तु मा कश्चिद्दुःखभाग्भवेत्॥
Transliterasi:
> Sarve bhavantu sukhinah, sarve santu niramayah.
Sarve bhadrani pashyantu, ma kashcid duhkhabhag bhavet.
Artinya:
> Semoga semua makhluk hidup berbahagia, terbebas dari penyakit, melihat hal-hal baik, dan tidak seorang pun mengalami penderitaan.
Makna:
Sloka ini sejalan dengan semangat ngelawang, yang bertujuan menciptakan kedamaian di lingkungan, menjauhkan penderitaan yang disebabkan oleh kekuatan bhuta kala.
B. Bhuta Kala dalam Perspektif Hindu
Dalam konsep Hindu Bali:
Bhuta berarti unsur atau energi, dan
Kala berarti waktu atau kekuatan destruktif waktu.
Bhuta Kala bukan sekadar makhluk jahat, tetapi simbol energi kosmis yang jika tidak disomia bisa menjadi destruktif.
C. Ngelawang sebagai Penyomia Bhuta Kala
Ngelawang merupakan upaya ritualis dan artistik untuk:
Menetralkan energi negatif di lingkungan (penyomia bhuta kala), dan
Mengundang restu serta keselamatan dari kekuatan sakral seperti Barong.
III. NGELAWANG SEBAGAI SILAHTURAHMI RELIGIUS
Selain makna spiritual, ngelawang juga berfungsi sebagai:
1. Sarana silaturahmi: Anak-anak atau remaja datang dari rumah ke rumah, menyapa dan berinteraksi dalam nuansa religi.
2. Media pendidikan tradisi: Mengenalkan generasi muda pada warisan budaya leluhur.
3. Pemurnian ruang sosial: Dengan bunyi gamelan dan tarian, terjadi pembersihan energi negatif secara simbolik dan spiritual.
IV. KONTEKS GALUNGAN-KUNINGAN
Galungan menandai kembalinya leluhur ke dunia, sedangkan Kuningan adalah kepulangan mereka kembali ke alam niskala. Ngelawang hadir sebagai pengiring ritus tersebut dalam bentuk simbolik pertempuran Dharma melawan Adharma.
V. PENUTUP
Tradisi ngelawang adalah manifestasi nyata dari ajaran Hindu yang mengintegrasikan aspek spiritual, sosial, dan budaya. Melalui tarian dan pementasan Barong, masyarakat tidak hanya menetralkan energi negatif (bhuta kala), namun juga menjalin silaturahmi antarwarga secara sakral. Nilai-nilai ini sejalan dengan sloka Sansekerta yang mengajarkan harmoni, kesehatan, dan kedamaian universal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar