Jumat, 25 April 2025

MAKALAH Pasemetonan Warih Ida Bhatara Hyang Pasupati Ring Meru Tumpang Lima

Pasemetonan Sakral Ratu Pasek, Ratu Pande, Ratu Bhujangga, Ratu Arya, dan Ratu Satria Dalem sebagai Pretisentana Ida Bhatara Hyang Pasupati Berdasarkan Teks Lontar Kuno

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba


I. PENDAHULUAN

Warisan luhur Bali tidak hanya tersimpan dalam seni dan adat, tetapi juga dalam pustaka-pustaka suci lontar yang diwariskan turun-temurun. Di antaranya, terdapat pemahaman mendalam tentang asal-usul semeton Bali dalam konsep pasemetonan warih suci yang berlandaskan mitologi religius. Salah satu pokok penting adalah tentang Ratu Pasek, Ratu Pande, Ratu Bhujangga, Ratu Arya, dan Ratu Satria Dalem sebagai keturunan sakral (pretisentana) dari Ida Bhatara Hyang Pasupati.

Mereka akan dipuja dari zaman ke zaman di Meru Tumpang Lima Pura Kahyangan Dharma Semerti pinaka Linggih Ida Bhatara Hyang Sinunggil Siwa Putra Paramadaksa Manuaba yang diyakini membawa misi dharma di jagat Bali. Kajian ini menjadi penting dalam mengembalikan pemahaman spiritual masyarakat Bali terhadap nilai kesemayaman (kesatuan) warih Ida Bhatara HyangPasupati, di tengah fragmentasi sosial akibat pemahaman yang keliru atas asal-usul semeton.


II. LANDASAN TEORETIS

Dalam ajaran Siwaistik dan tradisi Bali Aga maupun Bali Mula, Ida Bhatara Hyang Pasupati dipuja sebagai Hyang Parama Kawi—sumber dari segala kekuatan sekala-niskala. Beliau menitis ke dalam roh-roh keturunan suci yang menitis ke Bali dari Gunung Semeru (Jawa) ke Gunung Agung.

Kutipan teks:

> “Sang Ratu Pasek, Ratu Pande, Ratu Bhujangga, Ratu Arya, miwah Ratu Satria Dalem, punika samian pinaka warih suci Ida Bhatara Hyang Pasupati, sane ngrajegang nyujur dharma ring jagat Bali, antuk pepangguhang ring Pura Kahyangan ring Gunung Agung.”
(Lontar Babad Pasek Gelgel, Lontar Bhujangga Waisnawa, Lontar Arya Tabanan, Lontar Dharma Semerti)


Artinya:
"Ratu Pasek, Ratu Pande, Ratu Bhujangga, Ratu Arya, dan Ratu Satria Dalem, semuanya adalah keturunan suci dari Ida Bhatara Hyang Pasupati, yang menurunkan dharma ke jagat Bali melalui pewahyuan dari Pura Kahyangan di Gunung Agung."


III. PEMBAHASAN

A. Ida Bhatara Hyang Pasupati

Beliau dipuja di Pura Pasupati (Semeru) dan berstana di Bali pada Gunung Agung, menjadi pusat spiritual dalam alam Bali. Dikatakan sebagai pemberi roh (atma) kepada para sulinggih, ksatria, pande, bhujangga, dan tetua Pasek—lima keturunan sakral yang membawa dharma, bukan sekadar garis darah, namun dharma karma.

B. Ratu Pasek

Diturunkan oleh Rsi Markandeya, tokoh utama penanaman panca datu di Besakih. Pasek menjadi penjaga adat dan penyungsung tatanan ritual desa Bali. Pusat pemujaan Pasek tersebar dari Gunung Agung hingga Gunung Lempuyang.

C. Ratu Pande

Mereka adalah keturunan pande besi dan logam sakral, dihubungkan dengan elemen api dan kekuatan pasupati yang membentuk keris dan pusaka. Lontar Bhujangga Manik Maya menyebut mereka sebagai "Putra Pawedan Agni", yang menjaga kemurnian senjata dharma.

D. Ratu Bhujangga

Kaum Bhujangga adalah petapa dan penulis pustaka suci. Dalam Lontar Waisnawa, mereka disebut sebagai "Penyuluh Aksara Dharma", dan banyak menyusun lontar-lontar suci. Ratu Bhujangga berstana niskala di Pura Bhujangga Waisnawa, dekat Besakih.

E. Ratu Arya

Keturunan Arya berasal dari prajurit dan pemimpin yang diutus ke Bali oleh raja Majapahit, tetapi menurut lontar mereka pun digolongkan sebagai keturunan sakral dari Pasupati, karena menjalankan Dharma Negara. Pura Arya Tabanan menjadi pusat pemujaannya.

F. Ratu Satria Dalem

Merupakan keturunan Dalem Waturenggong, yang membawa misi kerajaan Bali dari Gelgel. Mereka disebut dalam Lontar Dharma Purana sebagai pewaris Dharma Wisesa, yakni pemerintahan suci berdasarkan tuntunan niskala.


IV. KONSEP PASEMETONAN SUCI

Pasemetonan sakral ini menolak dikotomi kasta tinggi dan rendah. Semuanya adalah warih suci dari satu sumber, yakni Ida Bhatara Hyang Pasupati. Penekanan konsep ini sebagai pretisentana (keturunan rohaniah) bukan semata garis biologis, tapi tugas dharma yang diturunkan.

Konsep ini ditegaskan dalam kutipan:

> "Tan pinaka soroh, pinaka bedha, nanging prasida pinaka kayun dharma, sang pretisentana Hyang Pasupati, mawit ring Gunung, mrasidayang maparisudha ring Bali."
(Lontar Dharma Purana Bali)


Artinya:
“Bukan sebagai kasta, bukan pula pembedaan sosial, tetapi kehendak dharma dari Ida Hyang Pasupati yang turun dari Gunung untuk menyucikan Bali.”


V. PENUTUP

Dalam terang teks-teks lontar, kelima pasemetonan sakral — Ratu Pasek, Pande, Bhujangga, Arya, dan Satria Dalem — merupakan satu sulur dari akar tunggal Ida Bhatara Hyang Pasupati. Mereka memikul peran suci masing-masing demi menjaga tatanan Bali secara spiritual dan sekala.

Menghidupkan kembali pemahaman ini adalah upaya meluruskan identitas spiritual masyarakat Bali yang kadang terlupakan dalam arus modernitas. Semoga makalah ini menjadi persembahan kecil dalam usaha menjaga kawisesan Bali adi luhung.


DAFTAR PUSTAKA

Lontar Babad Pasek Gelgel

Lontar Batur Kalawasan

Lontar Bhujangga Manik Maya

Lontar Waisnawa Bhujangga

Lontar Arya Tabanan

Lontar Dharma Semerti

Prawira, I Nyoman. (2002). Pasemetonan Bali: Struktur Sosial dan Nilai Luhur. Denpasar: Bali Sastra.

Raka, I Made. (1999). Aksara dan Lontar Bali. Denpasar: Yayasan Dharma Wacana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar