Relasi Lelaki dan Perempuan dalam Perspektif Lontar Pemada Smara: Analisis Filosofis terhadap Konsep Berteduh dan Bersandar dalam Hubungan Laku Cinta
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Pendahuluan
Lelaki dan perempuan dalam teks-teks klasik Bali seperti Lontar Pemada Smara sering digambarkan sebagai dua elemen saling melengkapi dalam kosmos kehidupan. Cinta, kasih sayang, dan peran sosial mereka tidak berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan dalam harmoni yang dipengaruhi oleh nilai-nilai dharma. Dalam kehidupan berumah tangga maupun dalam laku spiritual, lelaki kerap dimaknai sebagai "tempat berteduh", dan perempuan sebagai "tempat bersandar". Artikel ini menelusuri nilai filosofis di balik kutipan populer yang berbunyi:
> “Seburuk-buruknya lelakimu, ia tetap tempatmu berteduh. Sebagaimanapun wanitamu, ia tetap alasanmu untuk pulang.”
Kutipan ini tidak secara eksplisit tertulis dengan redaksi tersebut dalam lontar manapun, namun secara nilai dan makna, pengertiannya selaras dengan ajaran dalam Lontar Pemada Smara yang mengulas relasi asmara berdasarkan keseimbangan antara rasa (perasaan), karsa (kehendak), dan karya (tindakan).
---
Kutipan Sloka Bahasa Sanskerta
Berikut kutipan sloka yang menggambarkan makna filosofis tersebut:
> पुरुषो हि छायायाः निवासः। स्त्री तु विश्रान्तये नित्यं प्रयोजनम्।
puruṣo hi chāyāyāḥ nivāsaḥ, strī tu viśrāntaye nityaṁ prayojanam.
Transliterasi:
> Puruṣaḥ hi chāyāyāḥ nivāsaḥ, strī tu viśrāntaye nityaṁ prayojanam.
Makna:
> Lelaki adalah tempat berlindung dalam bayang teduh, sedangkan perempuan adalah tempat bersandar yang senantiasa menjadi alasan dan tujuan hidup.
---
Analisis dan Makna Filosofis Menurut Lontar Pemada Smara
Lontar Pemada Smara membahas relasi cinta dan rumah tangga sebagai bagian dari “Yogya Bhoga”, yakni kenikmatan yang pantas dalam ikatan dharma. Di dalamnya disebutkan bahwa cinta tidak hanya dibangun atas dasar kesempurnaan pasangan, tetapi atas dasar penerimaan dan peran saling melindungi.
Sloka di atas menunjukkan bahwa:
Lelaki sebagai tempat berteduh menandakan peran protektif, pemberi rasa aman, walau tak sempurna.
Perempuan sebagai tempat bersandar bermakna bahwa di balik setiap perjuangan seorang lelaki, ada ketenangan dan kehangatan hati seorang perempuan yang membuatnya merasa "pulang".
“Prayojanam” atau "alasan hidup" menunjukkan bahwa peran perempuan sangat esensial, bukan sekadar pendamping, tetapi pusat emosional yang menjadi landasan bagi kebijaksanaan seorang lelaki.
---
Kesimpulan
Meskipun kutipan populer di awal artikel tidak berasal langsung dari teks Lontar Pemada Smara, makna dan semangatnya selaras dengan nilai-nilai luhur dalam teks tersebut. Hubungan lelaki dan perempuan bukan hanya fisikal, tetapi spiritual dan emosional. Masing-masing berperan sebagai tempat kembali satu sama lain, dalam suka maupun duka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar