Sabtu, 19 April 2025

Bebai sebagai Manifestasi Penyakit Niskala dalam Tradisi Usada Bali

Bebai sebagai Manifestasi Penyakit Niskala dalam Tradisi Usada Bali: Kajian Simbolik, Mitologis, dan Terapi Ritual


Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Abstrak

Penyakit bebai merupakan entitas niskala (tak kasat mata) dalam sistem kepercayaan masyarakat Bali, yang dikategorikan sebagai gangguan psikis dan fisik akibat pengaruh energi negatif atau ilmu hitam. Artikel ini mengkaji fenomena bebai berdasarkan penelusuran tradisi Usada Bali, khususnya dari Lontar Usada Cukildaki, dan bagaimana bentuk manifestasinya dipahami dalam kosmologi Bali. Artikel juga menyertakan kutipan sloka berbahasa Sanskerta yang merefleksikan makna esoterik penyakit niskala serta metode penyucian dan penangkalannya melalui ritual.


Pendahuluan

Dalam tradisi Bali, bebai dikenal sebagai gangguan non-fisik yang menyerupai virus, namun berasal dari entitas niskala atau roh jahat. Wujudnya sering digambarkan sebagai binatang kecil seperti serangga atau kambing putih bertelinga panjang, dan seringkali dikaitkan dengan praktik leak desti. Penyakit ini tidak hanya menyerang tubuh fisik, tetapi juga psikis seseorang, seperti menyebabkan gangguan kejiwaan, kebingungan, dan perilaku aneh.


Sloka Sanskerta dan Maknanya

न दृश्यते तु यः रोगः, मनसः सम्प्रवर्तकः।
नानुष्ठानैः विनाश्येत्, मन्त्रैः पूजाभिरेव च॥

Transliterasi:
Na dṛśyate tu yaḥ rogaḥ, manasaḥ sampravartakaḥ.
Nānuṣṭhānaiḥ vināśyeta, mantraiḥ pūjābhireva ca.

Makna:
Penyakit yang tidak terlihat dan berasal dari pikiran tidak bisa disembuhkan hanya dengan tindakan lahiriah, melainkan hanya dengan mantra dan pemujaan.

Sloka ini menggambarkan konsep penyakit niskala seperti bebai, yang memerlukan penyembuhan berbasis spiritual, bukan hanya medis.


Bebai dalam Konteks Mistis dan Budaya Bali

  1. Asal-usul Bebai
    Bebai diyakini diciptakan oleh oknum dengan niat jahat melalui ritual ilmu hitam. Proses pembuatannya bahkan konon melibatkan unsur tubuh manusia (seperti otak), yang setelah melalui proses mistis, berubah menjadi ratusan makhluk kecil berenergi negatif.

  2. Gejala Penyakit Bebai

    • Gangguan fisik: sakit kepala, perut, nyeri tak bersebab.
    • Gangguan psikis: berbicara sendiri, mudah marah, perubahan drastis emosi.
    • Gangguan perilaku: menunjuk ke arah kosong, menyakiti diri sendiri.
    • Gangguan spiritual: kehilangan kesadaran diri, sulit berdoa, menolak keberadaan suci.
  3. Wujud dan Sarana Bebai
    Digambarkan sebagai makhluk kecil tak kasat mata, atau seperti kambing putih berbulu mulus dengan telinga menjuntai ke tanah. Bebai dikaitkan dengan bregala lainnya, bagian dari sistem leak atau gangguan dari bhuta kala.


Pengobatan Tradisional (Usada) Bebai

Menurut Lontar Usada Cukildaki, pengobatan terhadap bebai melibatkan:

  • Sesajen:

    • Tumpeng tiga biji (merah, hitam, kuning), dengan telur hampir menetas.
    • Buah-buahan, sasayut, dan minyak harum.
    • Obor (linting) untuk mengobori pasien sebanyak tiga kali sambil mengucapkan mantra.
  • Tata Laksana:
    Persembahan dibuang di simpang tiga jalan tanpa menoleh ke belakang sebagai bentuk pelepasan gangguan.

  • Mantra dan Pemujaan:
    Penyembuh mengucapkan mantra sambil membersihkan tubuh pasien secara spiritual agar terbebas dari pengaruh bebai.


Diskusi Filosofis dan Simbolik

Fenomena bebai mencerminkan keyakinan masyarakat Bali terhadap keseimbangan antara sekala (fisik) dan niskala (non-fisik). Dalam pandangan ini, penyakit bukan hanya biologis, tetapi juga spiritual. Maka diperlukan keharmonisan antara tindakan medis dan spiritual. Bebai memperlihatkan bahwa kekuatan pikir dan batin sangat menentukan kesehatan seseorang, sebagaimana disebutkan dalam sloka di atas: mantra dan pemujaan adalah kunci pemulihan dari penyakit niskala.


Kesimpulan

Bebai adalah bentuk penyakit niskala yang memerlukan pendekatan penyembuhan berbasis budaya dan spiritual. Tradisi usada Bali menyediakan pedoman tentang cara pengobatan dan penyucian melalui sesajen, ritual, dan mantra. Kajian ini membuktikan bahwa warisan budaya Bali menyimpan pengetahuan yang holistik dalam memahami gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar