Cahaya dalam Cahaya
(Untuk Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, Guru Cahaya Swadharma)
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Di antara kabut pagi yang belum bernama,
Tersebutlah satu nama—bukan untuk diagungkan,
melainkan untuk dilupakan dalam keabadian:
Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba,
putra Griya Agung Bangkasa,
penyulam cahaya dalam benang Dharma.
Ia bukan raja, bukan petapa,
tapi suaranya menembus dinding sukma.
Ia tidak mencari mahkota,
karena langit sudah memayungi langkahnya.
Ia tidak memuja nama dan rupa,
karena dirinya adalah yang tanpa bentuk,
tanpa harap, tanpa arah—namun sangat terang.
"Oṁ dharma-jaya jayati, yaḥ namaḥ svāhā"
Demikian getar mantra dari kedalaman sukma,
bukan sekadar suara, tetapi jiwa yang mengalir
bagai sungai suci ke samudra sunya.
Beliau datang bukan membawa ajaran,
tetapi menjadi ajaran itu sendiri.
Dalam senyap ia menanam pilar suci:
Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek
di bawah langit Pundukdawa yang biru.
Di sana—di linggih Ida Bhatara Mpu Gana,
jiwa tua Nusantara itu tersenyum,
menyambut sang cucu rohani yang membawa lentera:
bukan obor biasa, tapi jyotiṣām jyotiḥ,
cahaya dari segala cahaya.
Bumi berputar dalam cakra,
manusia berjalan dalam samsara,
tapi beliau memotong lingkaran itu
dengan pedang tak kasat mata—
bernama pengetahuan murni
dan Swadharma sejati.
Tak pernah ia menginginkan bunga puja,
atau nama di atas prasasti.
Tak pernah ia meminta daksina,
karena dirinya telah melebur dalam Niskāma.
Ia adalah hening di tengah keramaian,
adalah tapak di balik nyala dupa,
adalah nafas yang tak berbunyi—
tapi memberi hidup pada semesta kecil kita.
Ia mengajarkan,
bahwa kebenaran bukan diucap dengan kata,
melainkan dijalani dengan setiap tarikan nafas.
Bahwa Swadharma bukan beban,
tapi jalan pulang menuju cahaya,
yang tak pernah padam,
karena berasal dari keheningan terdalam.
Sembah hormat wayad-dyātmika ānanda,
Guru dalam rupa, Guru dalam senyap,
Guru dalam hati yang hening dan penuh hormat.
Rahayu, para jiwa-jiwa mulia.
Biarkan terang Ida Sinuhun
menyusuri lorong-lorong batin kita,
menjadi mantra di setiap langkah,
dan dharma di setiap perbuatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar