Selasa, 22 April 2025

Pelopor Cahaya Dharma

"Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba: Pelopor Cahaya Dharma dan Swadharma di Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek"


Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba


Abstrak:
Tulisan ini mengangkat peran spiritual dan historis Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dari Griya Agung Bangkasa sebagai pelopor pendirian Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa, tempat suci linggih Ida Bhatara Mpu Gana. Dalam pandangan filsafat dharma, beliau digambarkan sebagai cahaya di atas cahaya — simbol pengetahuan transendental yang melampaui dualitas, ego, nama dan rupa. Konsep spiritual ini menekankan laku suci tanpa pamrih yang meleburkan cahaya keabadian ke dalam manifestasi Dharma dan Swadharma.


Kutipan Sloka:

"Oṁ dharma-jaya jayati, yaḥ namaḥ svāhā"

Transliterasi:
Oṁ dharma-jaya jayati, yaḥ namaḥ svāhā

Makna:
Salam suci dan persembahan kepada Dia yang berjaya dalam Dharma; semoga kemenangan dalam kebenaran menyinari segala arah.


Pendahuluan:
Dalam tradisi Bali, nilai spiritual bukan hanya diwariskan melalui kitab, tetapi juga melalui laku hidup suci para leluhur. Salah satunya adalah Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, yang dari Griya Agung Bangkasa memancarkan cahaya kebijaksanaan suci, mempelopori Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek, dan menghidupkan kembali tapak spiritual Ida Bhatara Mpu Gana sebagai cahaya pengetahuan universal.


1. Cahaya di Atas Cahaya (Jyotiṣām Jyotiḥ):
Ida Sinuhun bukan hanya pembawa terang dalam arti fisik atau sosial, namun laksana jyotiṣām jyotiḥ — cahaya dari segala cahaya. Dalam Kaṭha Upaniṣad dikatakan:
"na tatra sūryo bhāti na candratārakaṁ..."
artinya "di sana matahari tak bersinar, bulan dan bintang pun tidak; cahayanya menerangi segalanya dari dalam."


2. Pengetahuan di Atas Lingkaran (Cakra):
Lingkaran atau cakra menggambarkan siklus reinkarnasi dan dualitas. Ida Sinuhun membawa pengetahuan yang memutus lingkaran tersebut melalui ajaran dharma yang murni dan laku swadharma — laku sesuai kodrat ilahi.


3. Tak Ada Kepentingan, Tak Ada Tujuan untuk Sebuah Nama dan Rupa (Niskāma Karma & Nāma-Rūpa):
Beliau mewujudkan prinsip niskāma karma, tindakan tanpa pamrih pribadi, dan hidup dalam kesadaran bahwa semua nama dan rupa hanyalah wujud maya. Kebenaran sejati melampaui semua itu.


4. Dharma dan Swadharma sebagai Manifestasi Keabadian:
Cahaya keabadian itu bukan sekadar simbol, tetapi hidup dalam bentuk Dharma (kebenaran universal) dan Swadharma (jalan hidup unik setiap individu yang selaras dengan semesta).
Ida Sinuhun menjadi lambang keduanya — beliau tidak hanya menyampaikan ajaran, tapi menjadi perwujudan ajaran itu sendiri.


5. Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa:
Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa bukan sekadar tempat suci, melainkan pusat pemujaan akan kebijaksanaan Mpu Gana, salah satu Maharesi agung Nusantara. Ida Sinuhun Manuaba menyinari kembali jalur spiritual ini, mengangkat makna tirtha, ketulusan, dan pelestarian tradisi leluhur.


Penghormatan kepada Guru:
"Sembah hormat wayad-dyātmika ānanda aturkan kepadaMu GURU"
Dalam segala terang yang lahir dari kegelapan, peran Guru adalah pusat. Guru bukan hanya pengajar, tapi pembuka gerbang kebebasan batin. Sembah kepada Ida Sinuhun adalah sembah kepada Guru sejati, sumber dari kesadaran itu sendiri.


Penutup:
"Rahayu para jiwa-jiwa mulia"
Semoga ajaran, jejak, dan laku suci Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba terus menyinari setiap insan. Semoga kita semua mampu menjalani Swadharma tanpa pamrih, menjadi cahaya yang menyatu dalam cahaya, dan tetap teguh dalam Dharma di tengah dunia yang berubah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar