Prosesi Ngulapin dalam Upacara Pitra Yadnya: Makna Religius dan Filosofis Memanggil Atman Leluhur
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Abstrak:
Upacara Pitra Yadnya merupakan salah satu bagian penting dalam tradisi keagamaan Hindu di Bali yang bertujuan menyucikan roh leluhur dan membimbingnya menuju moksha. Salah satu tahapan utama dalam Pitra Yadnya adalah prosesi Ngulapin, yakni pemanggilan roh leluhur atau atma untuk hadir dalam upacara. Tulisan ini membahas makna filosofis dan spiritual dari prosesi Ngulapin, serta menyertakan kutipan sloka berbahasa Sanskerta yang berkaitan dengan pemanggilan roh, lengkap dengan transliterasi dan maknanya.
---
Pendahuluan:
Upacara Pitra Yadnya merupakan persembahan suci kepada para leluhur yang telah meninggal dunia. Salah satu bagian penting dalam tahapan ini adalah Ngulapin, yaitu prosesi nunas ica atau memohon kehadiran atma (roh) yang telah meninggal, agar bersedia hadir dan disucikan melalui upacara. Prosesi ini memiliki nilai religius yang sangat dalam karena diyakini sebagai wujud penghormatan dan rasa bhakti kepada leluhur.
---
Sloka Terkait dan Maknanya:
Dalam ajaran Hindu, konsep pemanggilan roh leluhur atau atma sering dijelaskan melalui mantra-mantra Veda. Salah satu sloka yang bisa dikaitkan dengan prosesi ini berasal dari Rig Veda dan dipakai dalam berbagai upacara pemanggilan leluhur:
Sloka Sanskerta:
आत्मा वा इदमेक एवाग्रे आसीन्नान्यत्किंचन मिषत्।
स ईक्षत लोकान्नुसृजा इति॥
Transliterasi:
Ātmā vā idam eka evāgre āsīn nānyat kiñcana miṣat |
sa īkṣata lokānnu sṛjā iti ||
Makna:
“Pada awalnya, hanya Atma yang ada; tiada yang lain. Ia (Atma) pun memikirkan untuk menciptakan dunia-dunia ini.”
Sloka ini menggambarkan kekuatan dan kesucian atma sebagai awal dari segala keberadaan, yang mengandung makna bahwa roh leluhur adalah bagian dari Brahman yang kekal. Maka, dalam prosesi Ngulapin, atma diundang kembali ke tempat suci untuk menjalani penyucian sebelum melanjutkan perjalanan spiritualnya.
---
Proses Ngulapin dalam Tradisi Bali:
1. Nunas Tirtha dan Sesajen: Sebelum memulai Ngulapin, keluarga mempersiapkan banten pangulapan dan tirta yang digunakan untuk memanggil roh.
2. Pemanggilan Atma: Dilakukan oleh sulinggih atau pinandita, yang membacakan mantra suci sambil memohon agar atma bersedia hadir.
3. Pangider Bhuwana: Kadang diiringi prosesi simbolis menuju tempat asal roh (biasanya ke kuburan), lalu kembali ke rumah membawa simbol roh (pratima) dengan iringan gamelan dan kidung suci.
4. Penyambutan Roh: Setelah roh “hadir” secara simbolis, keluarga melakukan upacara penyambutan dan selanjutnya melanjutkan tahap mapetik, mamukur, atau ngaben.
---
Makna Filosofis:
Prosesi Ngulapin bukan sekadar ritual simbolik, melainkan wujud nyata dharma kepada leluhur. Dengan mengundang roh untuk disucikan, umat Hindu meyakini bahwa mereka menjaga hubungan spiritual yang tidak terputus antara dunia sekala dan niskala. Upacara ini juga menjadi media introspeksi dan penghormatan terhadap asal-usul dan perjalanan jiwa.
---
Penutup:
Ngulapin dalam Pitra Yadnya merupakan manifestasi nyata ajaran Tat Tvam Asi – bahwa jiwa leluhur dan kita adalah satu dengan Brahman. Melalui pemanggilan roh dan penyucian, umat Hindu menunjukkan penghormatan tertinggi kepada para leluhur sekaligus menjaga harmoni antara makhluk hidup, alam, dan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar