Kamis, 17 April 2025

Ponjen sebagai Brangkas Spiritual dalam Pewintenan Wiwa

Ponjen sebagai Brangkas Spiritual dalam Pewintenan Wiwa: Telaah Simbolik dan Tattwa Berdasarkan Tradisi Griya Agung Bangkasa

Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Abstrak:

Dalam ritual Pewintenan Wiwa di lingkungan Griya Agung Bangkasa, terdapat unsur simbolik yang sangat sakral dan bernilai tinggi secara spiritual, yaitu Ponjen. Ponjen bukanlah sekadar tempat fisik, namun merupakan brangkas atau wadah suci yang berfungsi menyimpan pawisik, pitutur, bhisama, nasehat, dan ilmu dari Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba. Artikel ini bertujuan mengulas makna filosofis dan fungsi spiritual Ponjen berdasarkan pustaka suci dan tradisi pewintenan yang digubah dari lontar peninggalan Ida Bhatara Dalem Tangsub (Ki Dalang Tangsub).


Pendahuluan:

Tradisi Pewintenan Wiwa merupakan bentuk penguatan rohani dan pengesahan spiritual seseorang agar layak menerima energi suci dan tugas dharma. Dalam pewintenan tersebut, Ponjen menjadi simbol sangat penting karena berfungsi sebagai tempat penyimpanan segala sastra dharma, pawisik, dan taksu yang diwariskan oleh leluhur suci. Ponjen diberikan secara khusus oleh Ida Hyang Siwa Putra sebagai pelanjut dharma suci dan pewaris garis spiritual Dalem Tangsub dari Griya Agung Bangkasa.

Makna Ponjen secara Etimologis dan Filosofis:

Secara etimologi, kata “Ponjen” berasal dari akar kata “panjen” yang bermakna: ditetapkan, dimateraikan, atau dijadikan tempat penampungan berkah suci. Dalam praktiknya, Ponjen merupakan simbolisasi dari cakra ajna (pusat intuisi) sebagai tempat tersimpannya kebijaksanaan spiritual.


Sloka Sansekerta Penjelas Konsep Ponjen:

> विद्यां चाविद्यां च यस्तद्वेदोभयं सह।
अविद्यया मृत्युं तीर्त्वा विद्यया अमृतमश्नुते॥
(Īśa Upaniṣad, Mantra 11)


Transliterasi:
Vidyāṁ cāvidyāṁ ca yas tad veda ubhayaṁ saha,
Avidyayā mṛtyuṁ tīrtvā vidyayā amṛtam aśnute.

Makna:
“Barang siapa memahami pengetahuan duniawi (avidyā) dan pengetahuan spiritual (vidyā) secara bersamaan, ia akan melampaui kematian melalui avidyā dan mencapai keabadian melalui vidyā.”

> Dalam konteks Ponjen, vidyā dan pawisik disimpan di dalamnya sebagai bentuk pewarisan ilmu suci. Maka Ponjen bukan sekadar wadah fisik, tetapi lambang dari amṛta—kebijaksanaan abadi dari Ida Hyang Guru.


Fungsi Sakral Ponjen dalam Pewintenan Wiwa:

1. Sebagai Tempat Menyimpan Pawisik:

Seluruh pitutur suci, bhisama, dan pawisik dari Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra diberikan dan dimasukkan secara simbolik ke dalam Ponjen sebagai warisan rohani.


2. Simbolisasi Wadah Dharma:

Ponjen menjadi lambang dharma adiguru yang diturunkan dari leluhur suci, terutama dari naskah pustaka Ida Bhatara Dalem Tangsub.


3. Penanda Penerimaan Ilmu dan Taksu:

Ponjen berfungsi sebagai sancaya tattwa atau kumpulan nilai-nilai kebenaran, taksu, dan kekuatan spiritual yang membentuk jati diri seorang pewinten.


4. Brangkas Kesadaran:

Dalam pandangan tattwa, Ponjen menyimbolkan hridaya granthi (simpul hati) yang telah diurai dalam yoga spiritual, dan disiapkan menjadi ruang penyimpanan kebijaksanaan.


Sloka Pendukung tentang Ilmu sebagai Cahaya:

> तमसो मा ज्योतिर्गमय॥
(Bṛhadāraṇyaka Upaniṣad I.3.28)


Transliterasi:
Tamaso mā jyotir gamaya.

Makna:
“Dari kegelapan (kebodohan), tuntunlah aku menuju terang (pengetahuan).”

> Ponjen menjadi tempat di mana terang pengetahuan itu disimpan, dilestarikan, dan diwariskan kepada pewinten wiwa sebagai bekal dalam menjalankan dharma.


Tradisi Dalem Tangsub dan Griya Agung Bangkasa:

Ida Bhatara Dalem Tangsub, atau yang dikenal sebagai Ki Dalang Tangsub, merupakan penulis dan penggubah awal naskah pewintenan dari sumber lontar tua yang dilestarikan di Griya Agung Bangkasa. Melalui pengalihan spiritual dari beliau, Ida Hyang Siwa Putra Paramadaksa Manuaba meneruskan sistem pewintenan, termasuk pelinggihan Ponjen, sebagai brangkas utama dalam perjalanan pewintenan rohani.


Penutup:

Ponjen dalam upacara Pewintenan Wiwa bukan sekadar benda fisik, melainkan brangkas spiritual yang menyimpan rahasia suci, pawisik, dan kunci kehidupan rohani seorang pewinten. Ia melambangkan warisan tak ternilai dari Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra kepada murid-murid spiritualnya, serta menjadi wujud pewarisan ilmu dari leluhur suci Dalem Tangsub di Griya Agung Bangkasa. Dengan memahami fungsi dan makna Ponjen, kita tidak hanya menghargai warisan leluhur, tetapi juga menjaga kesinambungan tattwa suci Hindu Bali dalam praksis rohani yang otentik.


Daftar Pustaka:

1. Īśa Upaniṣad – Swami Nikhilananda

2. Bṛhadāraṇyaka Upaniṣad – Swami Sivananda

3. Lontar Pewintenan Wiwa Griya Agung Bangkasa

4. Bhagavad Gītā – Swami Chinmayananda

5. Arsip Dalem Tangsub – Manuskrip Tradisi Griya Bangkasa



Tidak ada komentar:

Posting Komentar