Strategi Penyelamatan Hulu-Teben sebagai Implementasi Nyata Dharma: Mewujudkan Taksu, Kesejahteraan, dan Kedamaian Bali Dwipa
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Abstrak:
Pelestarian kawasan hulu dan hilir (hulu-teben) di Bali bukan hanya tentang pelestarian lingkungan semata, tetapi juga menyangkut kelangsungan spiritual dan budaya masyarakat Bali. Konsep keselarasan antara alam, manusia, dan Tuhan tercermin dalam prinsip Tri Hita Karana dan ajaran Catur Purusha Artha, yang puncaknya adalah moksa. Penegasan akan pentingnya Dharma dalam menjalankan kehidupan kembali diingatkan melalui sloka-sloka suci dalam Weda. Artikel ini mengulas pentingnya tindakan nyata dalam penyelamatan lingkungan sebagai wujud nyata dari pelaksanaan dharma di Bali Dwipa.
---
Pendahuluan:
Di tengah gempuran modernitas, Bali tetap memegang teguh nilai-nilai luhur warisan leluhur. Namun demikian, tantangan serius muncul dalam hal pelestarian lingkungan, khususnya kawasan hulu dan teben yang menjadi sumber kehidupan sekaligus jalur spiritual bagi masyarakat Bali. Oleh karena itu, perlu ditanamkan kesadaran kolektif bahwa penyelamatan ekosistem adalah bagian dari jalan dharma, bukan sekadar program atau jargon sesaat.
---
Dasar Filosofis dan Sloka Suci:
Sloka:
"Mokṣārtham jagad hitāya ca iti dharmaḥ"
Transliterasi:
Mokṣārtham jagat hitāya ca iti dharmaḥ
Makna:
“Dharma adalah yang membawa kepada pembebasan (moksa) dan kesejahteraan dunia.”
Sloka ini menegaskan bahwa tindakan yang dilandasi oleh dharma harus memiliki dua tujuan utama: (1) memberikan kontribusi positif bagi dunia (jagad hitāya) dan (2) mengarahkan individu kepada pencapaian tertinggi berupa moksa (mokṣārtham).
---
Relevansi Kontekstual di Bali Dwipa:
Jika masyarakat Bali hanya menjadikan dharma sebagai slogan program tanpa aksi nyata, maka nilai spiritual itu akan kehilangan maknanya. Penyelamatan kawasan hulu (mata air, hutan lindung, sumber energi spiritual) dan kawasan teben (muara, lahan pertanian, dan pemukiman suci) adalah perwujudan langsung dari pelaksanaan dharma demi jagad hitāya.
---
Implementasi Nyata Dharma di Hulu-Teben:
1. Restorasi Hulu:
Menanam pohon endemik Bali (e.g. beringin, pule)
Menjaga kesucian mata air (tirtha amerta)
2. Penataan Teben:
Pengelolaan sampah berkelanjutan
Melindungi zona suci di hilir (seperti pura segara)
3. Pendidikan Spiritual dan Ekologis:
Melibatkan anak-anak dan remaja dalam kegiatan sosial berbasis kearifan lokal.
Memasukkan nilai dharma dalam kurikulum lokal.
---
Penutup dan Ajakan:
Mari kita warisi taksu Bali bukan hanya dengan membanggakan budaya, tetapi dengan menjaga tempat-tempat suci yang menjadi sumber spiritualitas dan kehidupan. Dharma bukan hanya untuk diucapkan dalam program, tetapi untuk dijalani dalam tindakan.
Akhiri dengan doa:
"Sarve bhavantu sukhinaḥ, sarve santu nirāmayāḥ"
Semoga semua makhluk berbahagia, dan bebas dari penderitaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar