Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugerah-Nya, buku ini dapat hadir sebagai refleksi mendalam terhadap proses spiritual pelepasan unsur-unsur tubuh menuju moksha. Buku ini diharapkan menjadi panduan filosofis, spiritual, dan budaya bagi para pencari kebenaran sejati, khususnya dalam konteks tattwa Hindu.
---
Daftar Isi (Ringkasan)
1. Pendahuluan
2. Pengertian Moksha dalam Hindu
3. Sloka-Sloka Utama Mengenai Moksha
4. Panca Maha Bhuta dan Pelepasannya
5. Pelepasan Panca Karmendriya
6. Pelepasan Panca Budhi Indriya
7. Pelepasan Panca Tanmatra
8. Peran Kundalini dan Brahmadara
9. Proses Penyatuan Atman dengan Brahman
10. Manifestasi Maya dan Kembali ke Ibu Semesta
11. Simbolisme Aham, Om, dan Ham
12. Penutup: Moksha sebagai Tujuan Akhir Jiwa
---
Bab 3: Sloka-Sloka Utama Mengenai Moksha
1. Kaṭha Upaniṣad 2.3.14:
> "tam evaikaṁ jānatātmānam anyaṁ tyaktvā amṛtaṁ aśnute"
Transliterasi: Tam evaikaṁ jānata ātmānam anyaṁ tyaktvā amṛtaṁ aśnute.
Makna: Hanya dengan mengenal diri sejati (Atman) dan meninggalkan yang lain (maya), seseorang memperoleh keabadian.
2. Muṇḍaka Upaniṣad 2.2.9:
> "bhidyate hṛdaya-granthiś chidyante sarva-saṁśayāḥ t kṣīyante cāsya karmāṇi tasmin dṛṣṭe parāvare"
Makna: Ketika seseorang menyaksikan yang tertinggi dan terendah dalam dirinya, simpul hati terurai, semua keraguan sirna, dan karmanya musnah.
3. Bhagavad Gita 5.24:
> "yo'ntaḥ-sukho'ntar-ārāmas tathāntar-jyotir eva yaḥ sa yogī brahma-nirvāṇaṁ brahma-bhūto'dhigacchati"
Makna: Mereka yang menemukan kebahagiaan, kepuasan, dan cahaya dalam diri mereka sendiri — mencapai pembebasan menuju Brahman.
---
Bab 4: Panca Maha Bhuta dan Pelepasannya
Ketika seseorang mencapai akhir hayat, unsur-unsur tubuh kasar (Panca Maha Bhuta) dilepaskan secara sistematis ke arah asalnya, dipandu oleh Bhuta Dewa:
1. Pretiwi (tanah) – daging, tulang dikembalikan ke arah Timur oleh Sang Anggapati
2. Apah (air) – cairan tubuh ke Selatan oleh Sang Mrajapati
3. Teja (api) – panas tubuh ke Barat oleh Sang Banaspati
4. Bayu (udara) – napas ke Utara oleh Sang Banaspati Raja
5. Akasha (eter/ruang) – rongga tubuh ke tengah oleh Sang Bhuta Dengen / Raganta
---
Bab 5: Pelepasan Panca Karmendriya
Indria pelaku aktivitas dikembalikan ke sumber kesadaran di hati:
1. Panendriya (tangan) oleh Anggapati
2. Padendriya (kaki) oleh Mrajapati
3. Garbendriya (perut) oleh Banaspati
4. Upastendriya (kelamin) oleh Banaspati Raja
5. Payunindriya (anus) oleh Bhuta Dengen
---
Bab 6: Pelepasan Panca Budhi Indriya
Indria persepsi kembali ke kesadaran, disertai pelarutan para Bhuta Dewa menjadi Ratu simbolik:
1. Srotrendriya (pendengaran) ke hati → Anggapati → Ratu Ngurah Tangkeb Langit
2. Twakindriya (kulit/perabaan) ke hati → Mrajapati → Ratu Wayan Tebeng
3. Caksundriya (penglihatan) ke ginjal → Banaspati → Ratu Made Jelawung
4. Jihwendriya (pengecap) ke empedu → Banaspati Raja → Ratu Nyoman Sakti
5. Ghranendriya (penciuman) ke otak → Bhuta Dengen → Ratu Ketut Petung
---
Bab 7: Pelepasan Panca Tanmatra
Panca Tanmatra adalah esensi halus dari persepsi, dikembalikan ke kesadaran semesta:
1. Rupa (penglihatan) → ke Om melalui pelarutan Ratu Ngurah → Iswara
2. Rasa (pengecap) → ke Om melalui pelarutan Ratu Wayan Tebeng → Brahma
3. Gandha (penciuman) → ke Om melalui pelarutan Ratu Made Jelawung → Mahadeva
4. Sabda (suara) → ke Om melalui pelarutan Ratu Nyoman Sakti → Wisnu
5. Sparsa (perabaan) → ke Om melalui pelarutan Ratu Ketut Petung → Siwa
---
Bab 8: Peran Kundalini dan Brahmadara
Kundalini, sebagai energi spiritual di dasar tulang belakang, naik melalui sushumna menuju hati. Di sinilah Atman bersatu dengan Brahman dalam Brahmadara — ruang spiritual dalam kesadaran murni.
---
Bab 9: Penyatuan Atman dengan Brahman
Moksha sejati terjadi saat semua unsur lebur, dan Atman menyatu dengan kesadaran Brahman. Proses ini disebut "Aham Brahmasmi" — Aku adalah Brahman.
> "tat tvam asi" — Engkaulah Itu (Chandogya Upanisad)
---
Bab 10: Maya dan Kembali ke Semesta
Semua unsur materi kembali ke ibu pertiwi, dan energi kembali ke semesta. Maya sebagai kekuatan ilusi kini disadari, dan jiwa terbebas dari keterikatan duniawi.
---
Bab 11: Simbolisme Aham, Om, dan Ham
OM: Kesadaran semesta
AHAM: Aku sejati (Atman)
HAM: Nirguna Brahman (tanpa bentuk)
Jiwa melewati tahapan OM → Aham → Ham sebagai transendensi menuju keabadian.
---
Bab 12: Penutup
Moksha bukan akhir, tapi awal dari ketiadaan bentuk, pembebasan dari dualitas. Inilah perjalanan kembali ke asal, dari maya menuju Satya — kebenaran abadi.
Semoga buku ini memberi manfaat dan membuka wawasan spiritual pembaca untuk semakin mengenal dirinya dan kembali kepada-Nya.
Om Santih, Santih, Santih Om.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar