Makna Simbolik dan Spiritualitas Puja Pangastawa Tirta di Pura Kahyangan Dharma Smerti
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
I. Pendahuluan
Tradisi keagamaan di Bali sangat kental dengan penggunaan simbol, mantra, dan sarana upakara yang sarat makna filosofis. Salah satu bentuk pengamalan spiritual yang penting dalam kehidupan umat Hindu Bali adalah puja tirta, yaitu pemujaan terhadap air suci (tirtha) yang diyakini memiliki kekuatan spiritual untuk menyucikan dan menyembuhkan. Dalam konteks ini, Puja Pangastawa Tirta yang dilaksanakan di Pura Kahyangan Dharma Smerti menjadi salah satu bentuk penghayatan spiritual yang sarat nilai-nilai teologis, etis, dan kosmologis.
II. Landasan Filosofis dan Teologis
Tirtha dalam tradisi Hindu tidak hanya dimaknai sebagai air fisik, tetapi merupakan manifestasi kekuatan suci para dewa, khususnya Dewa Gangga sebagai dewa air suci. Dalam sloka-sloka yang digunakan dalam Puja Pangastawa Tirta, tampak jelas bagaimana Brahma, Wisnu, Rudra dan juga Narayana disebut sebagai asal mula kekuatan air yang disebut sebagai amṛta atau sari kehidupan abadi. Sloka ini menegaskan bahwa air bukan sekadar elemen alam, tetapi simbol kebijaksanaan, kesucian, dan penyelamatan spiritual.
III. Analisis Sloka-Mantra
Mantra pertama:
"Om Brahma Wisnu Mahadewa... Gangga hyang sinuhun prabhawatah"
menggambarkan kekuatan spiritual air suci yang berasal dari Dewa Gangga. Ini menjadi simbol bahwa seluruh dewa bersatu dalam pancaran suci tirtha untuk menganugerahkan kemurnian dan kekekalan.
Sloka kedua menyebutkan:
"Siwa putra prama daksa manuaba jnanam maha gangga..."
yang merupakan simbol pengetahuan agung (jnanam) dan warisan spiritual yang mengalir sebagaimana Gangga mengalir ke samudra. Air suci di sini juga dimaknai sebagai warisan tak berwujud dari kearifan leluhur.
Sloka ketiga hingga kelima mempertegas fungsi tirtha sebagai penghancur penderitaan (klesa), pembersih penyakit, dan penghubung antara manusia dengan nilai-nilai dharma yang luhur. Pujastawa ini menempatkan Pura Kahyangan Dharma Smerti sebagai ruang sakral penyatuan mikrokosmos dan makrokosmos.
IV. Nilai Budaya dan Pelestarian Tradisi
Puja Pangastawa Tirta tidak hanya memiliki nilai spiritual tetapi juga mengandung nilai edukatif dan kultural. Melalui pelafalan sloka dalam bahasa Sanskerta, generasi muda diajak untuk mengenal akar budaya dan bahasa liturgi agama Hindu. Selain itu, upacara ini menjadi bentuk nyata pelestarian taksu spiritual Bali, di mana ritual dan ilmu pengetahuan tidak dipisahkan, tetapi saling menyatu dan menguatkan.
V. Penutup
Puja Pangastawa Tirta di Pura Kahyangan Dharma Smerti adalah praktik spiritual yang mendalam, mencerminkan keselarasan antara tubuh, pikiran, dan alam semesta. Dengan memahami makna mantra dan simbol dalam puja ini, umat tidak hanya menjalankan ritual secara fisik, tetapi juga memaknainya secara batiniah sebagai jalan penyucian diri dan penguatan dharma.
Daftar Pustaka (opsional):
- Titib, I Wayan. (1996). Veda dan Upanishad. Surabaya: Paramita.
- Putra, I Ketut Gede. (2005). Makna Simbolik Upacara Hindu Bali. Denpasar: Udayana University Press.
- Bhagavad Gita dan Upanishad (Terjemahan dan Tafsir).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar