Moksha sebagai Proses Penyatuan Atman dengan Brahman: Telaah Filosofis Pelepasan Panca Maha Bhuta dan Unsur Diri Berdasarkan Perspektif Tattwa Hindu
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Abstrak
Dalam ajaran Hindu khususnya di Nusantara, proses kematian bukan sekadar berakhirnya kehidupan fisik, melainkan sebuah transformasi suci menuju penyatuan dengan kesadaran universal – moksha. Proses ini ditandai dengan pelepasan bertahap dari seluruh unsur pembentuk tubuh dan jiwa, yakni panca maha bhuta, karmendriya, budi indriya, dan tanmatra, kembali menuju sumber asalnya. Artikel ini mengulas tahapan-tahapan tersebut secara sistematis, didukung kutipan sloka Sansekerta yang relevan, serta makna filosofisnya dalam konteks tattwa dan yoga.
---
Pendahuluan
Hidup adalah perjalanan sang Atman. Saat tubuh fana tak lagi mampu menjadi wadahnya, maka dimulailah proses kembali ke asal, menuju moksha. Moksha bukan sekadar “mati”, melainkan pencapaian tertinggi: lepas dari kelahiran kembali dan bersatu dengan Brahman.
---
Sloka Sansekerta Pendukung
> "Yadā pañcāvatiṣṭhante jñānāni manasā saha |
buddhiś ca na vicestiṣṭa tam āhuḥ paramāṁ gatim"
(Kaṭha Upaniṣad 2.3.10)
Transliterasi:
Yadā pañca avatiṣṭhante jñānāni manasā saha, buddhiś ca na vicestiṣṭa tam āhuḥ paramāṁ gatim.
Makna:
Apabila kelima indriya dan pikiran telah diam, serta kecerdasan berhenti bergerak, itulah keadaan tertinggi — moksha.
---
1. Pelepasan Panca Maha Bhuta
Tubuh manusia terbentuk dari lima unsur dasar: tanah (pretiwi), air (apah), api (teja), udara (bayu), dan ruang (akasa). Saat kematian:
Pretiwi (daging, tulang) kembali ke timur oleh Sang Anggapati
Apah (cairan tubuh) kembali ke selatan oleh Sang Mrajapati
Teja (panas tubuh) kembali ke barat oleh Sang Banaspati
Bayu (udara) kembali ke utara oleh Sang Banaspati Raja
Akasa (rongga tubuh) kembali ke tengah oleh Sang Bhuta Dengen / Raganta
---
2. Pelepasan Panca Karmendriya (Indria Tindakan)
Kelima daya tindakan juga dilebur dan dikembalikan ke hati:
Panendriya (gerak tangan) → oleh Anggapati
Padendriya (gerak kaki) → oleh Mrajapati
Garbendriya (organ perut) → oleh Banaspati
Upastendriya (organ kelamin) → oleh Banaspati Raja
Payundriya (organ ekskresi) → oleh Bhuta Dengen / Raganta
---
3. Pelepasan Panca Budhi Indriya (Indria Pengetahuan)
Indria pengenalan kembali ke kesadaran dan menyebabkan personifikasi unsur-unsur halus kembali ke asal:
Srotendriya (pendengaran) → ke jantung → Anggapati melebur jadi Ratu Ngurah Tangkeb Langit
Twakindriya (peraba) → ke hati → Mrajapati jadi Ratu Wayan Tebeng
Caksundriya (penglihatan) → ke ginjal → Banaspati jadi Ratu Made Jelawung
Jihwendriya (pengecap) → ke empedu → Banaspati Raja jadi Ratu Nyoman Sakti Pengadangan
Ghranendriya (penciuman) → ke tumpukan energi → Bhuta Dengen jadi Ratu Ketut Petung
---
4. Pelepasan Panca Tanmatra (Esensi Indrawi)
Tanmatra adalah energi halus dari pengalaman indrawi. Proses pelepasannya melibatkan pengembalian ke asal ilahi:
Rupa Tanmatra (visual) → kembali ke Ong lewat Ratu Ngurah Tangkeb Langit → ke Iswara
Rasa Tanmatra (pengecap) → Ratu Wayan Tebeng → Brahma
Gandha Tanmatra (penciuman) → Ratu Made Jelawung → Mahadeva
Sabda Tanmatra (suara) → Ratu Nyoman Sakti Pengadangan → Wisnu
Sparsa Tanmatra (sentuhan) → Ratu Ketut Petung → Siwa
---
5. Kesatuan Atman dan Brahman: Kembali ke Sumber
Semua unsur yang dilepaskan disucikan oleh kundalini, naik dari mandala dasar ke hati, lalu menyatu di Brahmadara – titik penyatuan Atman dengan Brahman.
> "Sarvam khalvidam brahma"
(Chandogya Upanishad 3.14.1)
"Sesungguhnya, semua ini adalah Brahman."
Ketika penyatuan itu terjadi, maka:
Unsur fisik → kembali ke Pertiwi
Energi halus → kembali ke Maya / Ibu Alam Semesta
Daya kesadaran → kembali ke Om
Om → ke Aham (kesadaran aku semesta)
Aham → ke Ham (nirguna brahman – tanpa bentuk, tanpa sifat)
---
Penutup
Moksha bukan pelarian dari dunia, melainkan pulang ke rumah sejati. Tubuh ini hanyalah pakaian sementara. Saat pakaian itu ditanggalkan, kitalah jiwa abadi yang kembali ke samudra kesadaran tak terbatas — Brahman. Proses pelepasan ini adalah ritual tertinggi yang sarat makna spiritual dan ilmiah dalam ajaran Hindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar