Minggu, 20 April 2025

Harmonisasi Ajaran Hindu Bali dan Tradisi Bhikkhu Thailand

Harmonisasi Ajaran Hindu Bali dan Tradisi Bhikkhu Thailand: Perspektif Dharma dalam Lintas Spiritualitas Asia Tenggara


Penulis:
I Gede Sugata Yadnya Manuaba


Abstrak
Tradisi Hindu Bali dan Buddhisme Theravāda Thailand memiliki akar historis dan filosofis yang saling bersinggungan. Keduanya mengajarkan jalan spiritual melalui disiplin diri, penghormatan terhadap guru, serta pengabdian yang murni kepada dharma. Artikel ini mengangkat titik temu antara keduanya, khususnya melalui nilai kesederhanaan, kontemplasi, dan keseimbangan dalam hidup. Disajikan pula kutipan sloka sebagai pijakan reflektif untuk menunjukkan keselarasan nilai-nilai lintas tradisi tersebut.


---

Pendahuluan
Asia Tenggara adalah kawasan di mana pengaruh ajaran dharma berkembang dengan berbagai ekspresi. Hindu Bali tumbuh dalam balutan ritual, estetika, dan budaya lokal, sementara Buddhisme Theravāda di Thailand berkembang melalui kehidupan Bhikkhu yang sederhana, terstruktur, dan penuh kontemplasi. Meskipun berbeda dalam wujud, kedua tradisi ini bersumber dari ajaran-ajaran luhur India kuno, yaitu Veda, Upanishad, dan Tipitaka. Kedekatan ini membuka ruang dialog dan pemahaman mendalam antar umat lintas tradisi.


---

Sloka sebagai Titik Temu Filosofis

Salah satu sloka dari Bhagavad Gita berikut mencerminkan nilai universal yang dipraktikkan baik oleh pemangku Hindu Bali maupun Bhikkhu Buddha Thailand:

Sloka (Sansekerta):
योगस्थः कुरु कर्माणि सङ्गं त्यक्त्वा धनञ्जय।
सिद्ध्यसिद्ध्योः समो भूत्वा समत्वं योग उच्यते॥
(Bhagavad Gita II.48)

Transliterasi:
Yogasthaḥ kuru karmāṇi saṅgaṁ tyaktvā dhanañjaya,
Siddhyasiddhyoḥ samo bhūtvā samatvaṁ yoga ucyate.

Makna:
“Berada dalam keseimbangan batin (yoga), lakukanlah tugasmu tanpa keterikatan, wahai Dhananjaya (Arjuna); tetaplah seimbang dalam sukses maupun gagal – keseimbangan ini disebut yoga.”

Penjelasan:
Konsep samatvam (keseimbangan batin) merupakan inti dari jalan spiritual dalam Hindu dan juga menjadi prinsip meditasi dalam Buddhisme. Seorang Bhikkhu menjalani Vinaya dengan tujuan mencapai ketenangan batin dan bebas dari kemelekatan—prinsip yang juga dianut dalam karma yoga Hindu.


---

Kesederhanaan sebagai Jalan Dharma

Dalam tradisi Bhikkhu Thailand, praktik harian penuh disiplin dan sederhana: makan dari derma umat (pindapata), hidup dengan delapan benda (patta, jubah, saringan, dsb), serta meditasi yang mendalam. Di Bali, walaupun tidak terdapat sistem sangha formal seperti Theravāda, para pemangku dan sulinggih juga menempuh jalan brahmacarya, menjauhi kemelekatan duniawi, dan memimpin umat dalam upacara dengan penuh kebijaksanaan.

Ini menunjukkan bahwa inti dari brahmanistha maupun arahantship berada pada satu garis—menjadi pelaku dharma yang sadar dan tidak melekat pada hasil duniawi.


---

Etika Keheningan dan Pengabdian

Kedua tradisi sangat menekankan mauna (keheningan batin) dan seva (pengabdian). Dalam Buddhisme, praktik meditasi vipassana bertujuan untuk melihat realitas sebagaimana adanya. Dalam Hindu, ajaran atma jnana juga mengarahkan pada kesadaran sejati, yaitu mengenali Brahman dalam setiap aspek kehidupan.

Sloka Pendukung (Upanishad):
सत्यं ज्ञानमनन्तं ब्रह्म। (Taittiriya Upanishad II.1)
Satyaṁ jñānam anantaṁ brahma.
“Brahman adalah Kebenaran, Pengetahuan, dan Tanpa Batas.”

Baik Hindu maupun Buddhis sepakat bahwa kebenaran tertinggi tidak bisa dilihat secara duniawi, tetapi harus dicapai melalui laku batin yang mendalam.


---

Penutup: Menuju Spiritualitas Universal

Hubungan antara Hindu Bali dan Bhikkhu Thailand bukan sekadar perbandingan antartradisi, melainkan pertemuan dua jalan menuju kebijaksanaan yang sama. Umat Hindu Bali dapat banyak belajar dari disiplin dan kesederhanaan para Bhikkhu. Sementara Bhikkhu Buddha juga bisa merenungi nilai-nilai ritual Hindu yang sarat makna simbolik dan energi kolektif.

Keduanya memiliki ajaran luhur tentang pengendalian diri, penghormatan terhadap guru (guru seva), dan kebebasan dari penderitaan melalui pemahaman akan dharma.


---

Daftar Pustaka

1. Bhagavad Gita. Terjemahan dan komentar oleh Swami Chinmayananda.


2. Tipitaka (Dhammapada dan Vinaya Pitaka). Theravāda Buddhist Texts.


3. Taittiriya Upanishad. Versi dan komentar oleh Swami Tejomayananda.


4. Titib, I Wayan. Veda dan Upanishad: Tafsir atas Ajaran-Ajaran Hindu. Paramita, 2004.


5. Narada Thera. The Buddha and His Teachings. Buddhist Publication Society, Sri Lanka.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar